Apa yang akan kalian lakukan saat tiba-tiba kalian masuk kedalam novel favorit kalian???
itu lah yang di alami Anya uang harus berjuang hidup di dalam novel sebagai ibu Tiri Jahat tapi ingin berubah jadi ibu tiri baik bak bidadari.
akan kah anya dapat merubah jalan hidup nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanty rahayu bahari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1: Kematian yang Tidak Terduga
Anya selalu menganggap dirinya sebagai "figur tambahan" dalam film kehidupannya sendiri.
Di usia 28 tahun, ia hanya seorang desainer grafis freelance yang bekerja dari apartemen studio mungilnya di pusat kota. Kehidupannya datar, nyaman dalam kebosanan yang disengaja. Tidak ada drama besar, tidak ada prestasi yang mencolok, dan yang paling penting, tidak ada tokoh antagonis yang mengancam. Musuhnya hanyalah tenggat waktu klien dan tagihan listrik yang selalu membengkak.
Di tangannya, layar tablet memancarkan cahaya biru dingin. Matanya fokus, tidak pada proyek logo yang harusnya ia kerjakan, melainkan pada halaman terakhir novel fantasi yang sedang ia lahap: The Cursed Stepmother.
“Tubuh Elara, yang dulunya indah dan angkuh, kini tergeletak kaku di lantai marmer ruang bawah tanah. Anak-anak tiri yang ia aniaya, kini berdiri di atasnya, mata mereka kosong tanpa belas kasihan. Duke Alaric hanya menyaksikan dari jauh, ekspresi wajahnya adalah campuran lega dan penyesalan yang terlambat. Akhirnya, penjahat itu mendapatkan balasan yang layak setelah menabur begitu banyak kebencian.”
Anya mendengus, menyesap kopi dinginnya. “Kasihan sekali. Walaupun dia jahat, kematiannya tetap mengerikan,” gumamnya pada diri sendiri. Dia merasa kasihan bukan karena Elara si ibu tiri itu baik—tidak, Elara memang iblis bergaun mahal—tetapi karena nasibnya begitu final dan menyedihkan. Novel itu adalah kisah klise tentang penebusan si anak tiri dan kehancuran si antagonis, sebuah formula yang sukses di pasaran.
Kring! Kring!
Suara dering telepon memecah keheningan. Itu dari ibunya, menanyakan kabar dan menyinggung soal mencari pekerjaan kantoran yang lebih stabil. Anya buru-buru menolak panggilan itu. Bukan karena ia membenci ibunya, tetapi ia membenci keharusan untuk menjelaskan mengapa ia senang dengan pekerjaan yang tidak stabil. Ia suka kebebasan, bahkan jika kebebasan itu berarti kesendirian.
Dia kembali fokus pada novel. Bab terakhir adalah epilog. Anak-anak Duke Alaric tumbuh bahagia, Duke Alaric akhirnya menemukan kedamaian, dan nama Elara si ibu tiri jahat hanya menjadi catatan kaki yang dilupakan sejarah.
“Andai saja aku yang menjadi Elara,” pikir Anya iseng sambil merebahkan diri di sofa usangnya. “Aku akan mengubah segalanya. Dengan pengetahuan plotku, aku pasti bisa menghindari kematian tragis itu. Siapa yang mau mati di tangan anak sendiri? Astaga.”
Ia membayangkan skenarionya: bersikap baik sejak hari pertama, memenangkan hati anak-anak tiri, dan tentu saja, membangun bisnisnya sendiri agar ia tidak bergantung pada Duke Alaric yang dingin itu. Itu akan menjadi kisah yang jauh lebih menarik daripada alur aslinya. Sebuah kisah tentang survival dan penebusan dosa.
Saat ia terhanyut dalam fantasi mengubah plot novel, sebuah getaran aneh mulai terasa di seluruh apartemen. Awalnya hanya getaran kecil, seperti truk besar yang melintas. Namun, getaran itu dengan cepat berubah menjadi guncangan yang brutal dan menggelegar.
Gempa bumi.
Mata Anya melebar. Ia tinggal di lantai 12 gedung tua. Kepanikan tiba-tiba melumpuhkannya. Ia mencoba berdiri, tablet berisi novel jatuh ke lantai kayu, tetapi ia kehilangan keseimbangan. Benda-benda di rak mulai berjatuhan, vas bunga keramik pecah berkeping-keping.
"Ya Tuhan!"
Sambil merangkak, ia mencoba meraih kusen pintu. Getaran itu semakin intens, diiringi bunyi retakan mengerikan dari beton di atasnya. Listrik padam. Kegelapan total menyelimuti studio, hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang redup dari jendela.
Tiba-tiba, ia mendengar suara yang paling menakutkan: suara beton besar yang patah dan roboh. Itu datang dari langit-langit tepat di atas tempat tidurnya.
Ia tidak punya waktu untuk berteriak atau berpikir.
Detik berikutnya adalah kekosongan yang memekakkan telinga, diikuti oleh rasa sakit yang menusuk, tajam, dan universal. Rasanya seperti seluruh tubuhnya dihancurkan di bawah beban dunia. Aroma debu, logam yang bengkok, dan bau darah memenuhi indra penciumannya.
Dalam sepersekian detik terakhir kesadarannya, ia tidak memikirkan pekerjaan yang belum selesai, atau janji dengan ibunya. Ia hanya memikirkan satu hal: novel yang ia baca.
“...dia harus menghindari nasib mati di tangan anak tiri…”
Kesadaran Anya meredup, seperti lampu bohlam tua yang kehabisan daya. Rasa sakit itu menghilang, digantikan oleh rasa dingin yang sangat dalam dan damai. Ia yakin, ini adalah akhir dari Anya, si desainer grafis yang biasa-biasa saja. Ia mati sendirian, ditimpa reruntuhan di apartemennya sendiri.
Tepat saat ia berpikir dirinya telah mencapai kehampaan total, sebuah sensasi aneh muncul. Itu bukan rasa sakit fisik, tetapi kejutan emosional yang intens.
Ia mulai "melihat" kenangan yang bukan miliknya. Kenangan tentang kebencian, iri hati, gaun sutra yang mewah, dan dua pasang mata anak kecil yang selalu dipenuhi ketakutan setiap kali melihatnya.
Kenangan itu datang seperti badai, menghantam kesadaran yang baru saja padam.
“Aku adalah Elara. Ibu tiri jahat yang menyiksa Siera dan Rian. Istri Duke Alaric. Dan aku akan mati mengenaskan sebentar lagi.”
Anya, yang seharusnya sudah tiada, tiba-tiba merasa panas di tenggorokannya dan sesak di dadanya. Ia tersentak, mencoba bernapas.
Matanya terbuka.
Bukan lagi studio kumuh yang gelap dan penuh debu. Ia kini berada di dalam kamar yang asing, besar, dan didekorasi dengan kemewahan berlebihan yang khas gaya bangsawan abad pertengahan. Jendela-jendela tinggi dilapisi tirai beludru tebal. Udara kamar berbau parfum mahal, bukan debu reruntuhan.
Ia mencoba mengangkat tangannya. Jari-jari lentik dengan kuku yang terawat sempurna, dihiasi cincin berlian yang berkilauan, menyambut pandangannya. Ini bukan tangan freelancer yang kasar karena terlalu banyak memegang mouse komputer.
Ia meraba kepalanya, merasakan migrain yang hebat. Sebuah suara asing, tinggi, dan manja keluar dari mulutnya: "Pelayan! Air!"
Detik itu juga, realitas menghantamnya lebih keras daripada reruntuhan gedung.
Anya telah mati. Dan kini, ia terjebak di tubuh Elara Bellatrix, ibu tiri jahat yang sebentar lagi akan dieksekusi dalam novel yang baru saja ia baca, The Cursed Stepmother.
Nasib buruknya belum berakhir. Justru, ia baru saja dimulai.
...****************...
Bersambung....
Terima kasih telah membaca📖💞
Jangan lupa bantu like komen dan share❣️