Cantika yang bekerja sebagai kurir harus menerima pernikahan dengan yoga Pradipta hanya karena ia mengirim barang pesanan ke alamat yang salah .
Apakah pernikahan dadakan Cantika akan bahagia ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara kecil yang menggangu
Keesokan paginya, suasana rumah Pradipta berlangsung canggung. Tidak sampai ribut, tapi seperti ada asap yang menggantung di udara,namun tidak kelihatan, tapi menusuk hidung. Yoga sarapan lebih diam dari biasanya. Cantika juga sibuk memainkan sendok, mencocok-cocokkan nasi tanpa benar-benar makan.
Bu Ratna memperhatikan keduanya dengan alis terangkat.
“Kenapa? Sarapan nggak enak? Mbok Darmi salah masukin garam lagi?”
Mbok Darmi langsung protes, “Walah, Bu! Saya ini kalau masak pake hati, bukan pake mata merem!”
Cantika tersenyum kecil. Yoga cuma geleng, tapi tetap tidak bicara.
Dan tentu saja… Bu Ratna mencium sesuatu.
“Ada apa ini? Kalian berantem?” tanya Bu Ratna langsung, tanpa sensor.
Keduanya tersentak.
Cantika buru-buru menggeleng. Yoga juga menggeleng,tapi terlalu cepat sampai kelihatan mencurigakan.
Bu Ratna mendecak pelan. “Kalian ini baru nikah, masa udah dinginan gini? Mama nggak mau ada masalah di rumah ini.”
Yoga menelan ludah. “Nggak ada masalah, Ma. Kami cuma capek.”
"Hmm. Jawaban standar orang yang jelas-jelas abis cekcok."
Cantika menunduk. Bu Ratna memandangnya lebih lama.
Untungnya, beliau tidak menambah tekanan. Hanya berdiri, merapikan syalnya, dan berpesan:
“Kalau ada apa-apa, bicarakan. Jangan dipendam.”
"iya ,ma ."
"Setiap rumah tangga pasti ada ujiannya ,tinggal kalian berdua pandai - pandai menyikapinya ,jangan sampai masalah Kecil menjadi besar ,"
Yoga dan Cantika hanya menganggukkan kepalnya .
"Bara api didalam masalah rumah tangga ,jangan dibiarkan berlarut hingga menjadi besar ,dan nanti akan membakar rumah tangga kalian ,nanti akan merugikan kalian berdua ,cepat padamkan api yang akan merusak keharmonisan rumah tangga kalian ."
Yoga dan Cantika hanya terdiam ,mereka mendengarkan nasehat ibu Ratna ,dan didalam hati mereka ,terutama Cantika ,dia berkata didalam hatinya( "apa yang dikatakan mama benar ,mungkin aku yang terlalu Egois ,seharusnya aku tidak boleh egois ,karena bagaimanapun aku dan mas yoga menikah bukan karena cinta ,wajar kalau mas yoga masih punya perasaan sama mantannya .")
"ya sudah kalian selesaikan berdua ,mama mau kekamar dulu ."Bu Ratna segera bergegas meninggalkan tempat itu ,ia ingin memberi kesempatan berdua
Setelah Bu Ratna pergi, keheningan kembali jatuh. Yoga berdiri, mengambil jas kerjanya.
Cantika memberanikan diri memanggil. “Mas Yoga?”
Yoga berhenti, tapi tidak langsung menoleh.
“Maafkan aku , Kamu jangan berangkat dengan hati nggak enak gitu,” kata Cantika lirih.
Yoga akhirnya menoleh. Wajahnya melembut, tapi matanya tetap rumit.
“Aku nggak marah kamu kerja.”
Ia mendekat, berdiri di depan Cantika. “Aku cuma takut kehilangan kamu.”
Denyaaanng—hati Cantika langsung disetrum halus.
“Terus… soal kemarin, aku juga minta maaf kalo nadaku keras,” lanjut Yoga.
Cantika mengembuskan napas. “Nggak papa… aku juga salah anter barang tanpa bilang.”
Yoga menatapnya beberapa detik, lalu mengusap kepala Cantika singkat,cepat dan malu-malu.
Cantika mematung.
Yoga langsung pura-pura serius dan jalan ke pintu.
“Aku berangkat dulu.”
Cantika meraih tasnya. “Aku juga.”
Yoga berhenti. “Aku antar.”
“Eh? Nggak usah, aku naik ojek online aja.”
Yoga mendekatkan wajahnya, menatap intens.
“Cantika… kita baru baikan. Jangan bikin aku khawatir lagi.”
Duh.
Duh.
Ini suami barunya kenapa mendadak sweet posesif?
Cantika akhirnya menurut dan naik mobil bersama Yoga. Tapi begitu sampai depan kantor Rani, konflik selanjutnya muncul… dalam bentuk yang tidak Cantika harapkan.
---
Di Depan tempat ia bekerja
Yoga baru saja memarkirkan mobil. Cantika mau buka pintu ketika seseorang mengetuk jendela.
Tok. Tok.
Cantika menoleh. Yoga menoleh.
Di luar jendela berdiri dia.
Marsha.
Dengan dress rapi, rambut sempurna, dan tatapan menghakimi full HD.
Cantika sudah mau buka mulut menyapa, tapi Marsha langsung berkata:
“Oh, Yoga. Ternyata kamu antar dia kerja.”
Ia tersenyum miring.
“Imut juga, ya.”
Yoga menghela napas dan buka kaca jendela."kenapa kamu bisa disini ?"
"O..itu tadi kebetulan aku mengambil pesanan ."
“Kamu nggak usah alesan ,sebenarnya Ada apa,kamu disini , Marsha?”
“Aku cuma mau bicara sama kamu. Kalau boleh lima menit.”
Yoga langsung menolak. “Nggak perlu.”
Marsha mengedipkan mata. “Tentang proyekmu semester ini.”
Yoga terdiam.
Cantika langsung waspada.
Proyek? Kerjaan?
Marsha menatapnya sekilas. “Boleh ya? Ini soal profesional.”
Yoga tidak ingin, itu jelas. Tapi ia tidak mau bikin masalah juga. Ia akhirnya menoleh ke Cantika.
“Aku cuma sebentar.”
Cantika menanggapi dengan santai.
“Oh iya, nggak apa-apa. Aku masuk dulu ya.”
Yoga mengangguk, tetapi wajahnya tetap tegang.
Cantika turun dari mobil. Marsha menatapnya sebentar, lalu menyunggingkan senyum ramah tapi… bukan ramah yang baik.
“Cantika, jaga diri ya,” ucap Marsha pelan—namun nadanya seperti ancaman.
Cantika hanya membalas dengan senyum lebih ramah lagi. “Makasi, Mbak. Kamu juga. Jangan capek-capek stalking suami orang.”
Marsha tersentak halus.
Yoga memijat batang hidungnya.
“Ayo cepat, Marsha.”
Keduanya berjalan menjauh.
Dan di situlah konflik makin menggila.
---
Di Dalam Kantor Rani.
Cantika masuk dengan napas panjang, mencoba tetap tenang. Rani langsung menghampirinya.
“CANTIKAAAA! Astaga akhirnya kamu datang!”
Rani memeluk.
“Eh? Kok badannya kaku gini? Kamu ngapain semalam?”
Cantika memutar bola mata. “Bukan itu. Aku cuma… lagi pusing.”
Rani langsung memasang mode gosip. “Kenapa? Berantem sama suami? Atau suami kamu ngambek? Atau—OH! Jangan bilang kalian—”
“Stop.”
“Oke.”
Cantika duduk dan mulai cerita tentang perdebatan mereka semalam, tapi belum sempat sampai bagian Marsha muncul lagi, Rani sudah menunjuk wajahnya.
“Mbak Cantika, kamu harus set boundaries. Suamimu itu tampan, kaya, dingin… tipe-tipe gampang diserang cewek masa lalu.”
“Kamu ngomong gitu bikin aku tambah puyeng.”
Rani mendekat. “Tapi kamu sayang dia, kan?”
Cantika ingin bilang nggak!
Tapi mulutnya malah bilang:
“…Aku nggak tau.”
Rani tersenyum seperti habis menemukan harta karun.
“Ohooo, itu artinya iya.”
“Bukan!”
“Iya.”
“BUKAN!”
Rani menatapnya lima detik.
“Iya.”
Cantika menutup muka.
Ya Tuhan, ini sahabat apa polisi interogasi?
Namun sebelum mereka bisa melanjutkan perdebatan, pintu kantor terbuka.
Dan masuklah laki-laki berseragam satpam komplek perkantoran.
“Permisi, ada yang namanya Cantika?”
Cantika berdiri cemas. “Saya.”
“Ini ada kiriman. Dari seseorang bernama… Yoga Pradipta.”
Rani menyeret napas dramatis.
“HAH. SUAMI POSSESSIVE ALERT.”
Cantika langsung menepuk dahinya.
Satpam itu menyerahkan kotak makanan dan secarik catatan kecil.
“Jangan telat makan. Jangan cuma es teh.
– Yoga.”
Rani langsung menjerit.
“AKHHHHH DIA SWEET SEKALI. AKU MUAK. AKU CAIR. AKU KALAH.”
Cantika menatap catatan itu lama… dan pipinya merah.
Tapi sebelum ia sempat menikmati momen itu—
Satpam kembali bicara:
“Oh iya, Bu. Tadi ada perempuan nunggu di luar. Namanya Marsha. Katanya dia mau ketemu Bu Cantika. Dia bilang penting.”
Cantika dan Rani:
“HAH???”
Rani panik. “JANGAN KELUAR! ITU JEBAKAN!”
Cantika membeku.
Dadanya berdebar keras.
Yoga saja belum selesai bicara sama Marsha.
Kenapa perempuan itu datang mencarinya?
Ada sesuatu yang jelas-jelas tidak beres.
Konflik yang sebenarnya… baru akan dimulai.
Salut sama bu Ratna...yang sabar dan telaten. ngajari Cantyka...
Semangat Cantyka...nggak butuh waktu lama kamu pasti lulus pelatihan oleh mama mertu 😍😍
Cantyka pasti mudah belajar menjadi pendamping pebisnis.
Dedemit...aku suka caramu memperlakukan Cantyka....semoga langgeng yaaas😍😍