"Aku hanya minta satu tahun, Jingga. Setelah melahirkan anak Langit, kau bebas pergi. Tapi jangan pernah berharap cinta darinya, karena hatinya hanya milikku.” – Nesya.
_______
Di balik senyumnya yang manis, tersimpan rahasia dan ambisi yang tak pernah ku duga. Suamiku terikat janji, dan aku hanyalah madu pilihan istrinya—bukan untuk dicinta, tapi untuk memenuhi kehendak dan keturunan.
Setiap hari adalah permainan hati, setiap kata adalah ujian kesetiaan. Aku belajar bahwa cinta tidak selalu adil, dan kebahagiaan bisa datang dari pilihan yang salah.
Apakah aku akan tetap menanggung belenggu ini… atau memberontak demi kebebasan hati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Keputusan Berat
...0o0__0o0...
...Rumah besar bergaya minimalis itu tampak sepi malam itu. Hanya cahaya temaram lampu ruang kerja yang masih menyala. Di balik pintu, seorang perempuan duduk mematung dengan wajah pucat....
...Dr. Nesya Azzahra — dokter kandungan ternama sekaligus ahli agama di sebuah majelis wanita — sedang menatap hasil pemeriksaan laboratorium di tangannya. Lagi-lagi, satu kata yang paling di takutinya tertera jelas: Negatif....
...Air matanya jatuh tanpa izin....
...“Ya Allah…” bisiknya lirih. “Mengapa Engkau belum juga titipkan anak dalam rahimku ?”...
...Pintu ruang kerja berderit terbuka. Seorang pria berwibawa masuk dengan langkah tenang. Jubah panjang khas ulama melekat di tubuhnya, meski sehari-hari ia juga di kenal sebagai dokter bedah yang di segani....
...Dr. Langit Alfaruq, suaminya....
...Ia menatap Nesya dengan sorot mata teduh namun penuh tanya. “Sayang, kamu belum tidur ?” tanyanya lembut, mendekat....
...Nesya buru-buru menyeka air matanya. “Tidak Abi. Aku sedang… memikirkan pasien.”...
...Langit duduk di hadapan istrinya, tangannya menggenggam jemari Nesya. “Aku tahu ada yang kau sembunyikan. Bukankah sejak pernikahan kita 5 tahun lalu, tak ada rahasia di antara kita ?”...
...Sekilas Nesya ingin membuka semuanya. Tentang tekanan ibunya, sindiran ipar, dan rasa terhina karena tak mampu memberi keturunan. Namun ia menahan lidahnya....
...Ego sebagai istri pertama, sebagai wanita yang di hormati banyak orang, tak mengizinkan-nya tampak lemah di depan suaminya....
...“Aku baik-baik saja,” katanya kaku....
...Langit memandangi-nya lama, lalu menghela napas. “Baiklah. Tapi jangan sakiti dirimu dengan pikiran yang tak perlu. Kita harus percaya, semua ada waktunya.”...
...Nesya hanya mengangguk, meski di dalam dada hatinya berteriak: Aku tak bisa menunggu lebih lama. Aku harus melakukan sesuatu sebelum orang lain merenggut kebahagiaan kita....
...Dan malam itu, sebuah tekad gila mulai tumbuh. Tekad untuk mencarikan istri kedua bagi suaminya sendiri....
...0o0__0o0...
...Hari itu, langit Jakarta kelabu. Hujan baru saja reda, meninggalkan aroma tanah basah yang menusuk hidung....
...Di ruang praktiknya, Dr. Nesya Azzahra duduk dengan gelisah. Senyum ramah tetap ia tampilkan di depan pasien, tapi begitu sendirian, wajahnya kembali murung. Kata-kata ibunya beberapa malam lalu masih terngiang:...
...> “Kalau kamu tidak bisa memberi cucu, bagaimana keluarga Langit bisa melanjutkan keturunan ? Jangan sampai iparmu menertawakan mu.”...
...Kalimat sang ibu kala itu menusuk, menggerogoti harga dirinya sebagai perempuan....
...Sore itu, Nesya tanpa sengaja melihat seorang gadis muda yang menunggu di ruang tunggu rumah sakit. Tubuhnya tampak lelah, wajahnya pucat, namun matanya tegas. Ia menggenggam erat map medis sambil bolak-balik menekan layar ponsel....
...“Maaf, Mbak… ayah saya butuh operasi segera. Tapi saya belum punya cukup uang…” suara lirih itu terdengar saat Jingga berbicara dengan petugas administrasi....
...Nesya berhenti melangkah. Ada sesuatu dalam nada suara gadis itu yang membuatnya menoleh....
...Jingga Prameswari....
...Nama yang baru pertama kali ia dengar hari itu, tapi entah mengapa, seolah Allah sengaja menaruh gadis itu di hadapannya....
...Nesya mendekat, pura-pura ramah. “Kamu butuh bantuan ?” tanyanya halus....
...Jingga menoleh, menatap wanita anggun bersetelan dokter. Ada harapan dan juga kewaspadaan di matanya....
...“Kalau dokter tahu cara-nya… tolonglah. Ayah saya harus segera di operasi. Saya rela bekerja apa saja untuk bisa membayar biaya operasi nya.”...
...Senyum tipis terukir di bibir Nesya, tapi sorot matanya menyimpan rencana. Inilah jalannya....
...“Aku bisa membantu mu,” katanya pelan. “Tapi tentu saja, tidak gratis.”...
...Jingga menelan ludah. “Apa maksud dokter ?”...
...Nesya mendekat, suaranya semakin dingin. “Jadilah istri kedua suamiku selama satu tahun saja. Sampai kau melahirkan anaknya. Setelah itu, kau bebas. Anggap saja ini pekerjaan dengan bayaran yang sangat besar.”...
...Jingga terperanjat. Darahnya berdesir panas. “Apa… dokter tidak salah bicara ?”...
...“Tidak.” Nesya menatapnya lurus, tanpa rasa bersalah. “Aku serius. Kau akan menolong ayahmu… dan sekaligus menolong ku.”...
...Hening menjerat keduanya....
...Hati Jingga bergejolak—antara marah, hina, dan putus asa. Namun di kepalanya, wajah ayahnya yang sekarat terus membayang....
...Dan di saat itulah, takdir mulai mempertemukan tiga hati dalam satu ikatan paling rumit: sebuah pernikahan tanpa cinta....
...0o0__0o0...
...Jingga Prameswari duduk di tepi ranjang rumah sakit, menatap wajah ayahnya yang tertidur dengan selang infus menancap di tangan. Napas pria itu berat, dadanya naik-turun tak beraturan....
...“Bertahanlah, Yah…” bisiknya, suaranya bergetar....
...Sejak ibunya meninggal tiga tahun lalu, hanya ayah satu-satunya keluarga yang ia punya. Kehidupan mereka berubah drastis. Dari rumah sederhana yang hangat, kini hanya tersisa kamar kontrakan sempit dengan atap bocor....
...Jingga bekerja serabutan. Siang menjadi kasir minimarket, malam menjahit pesanan kecil-kecilan. Namun berapapun ia berusaha, tetap tak mampu menutupi biaya operasi yang menggunung....
...> Kalau saja aku lahir di keluarga kaya… aku tidak perlu menadahkan tangan begini....
...Meski begitu, Jingga bukan tipe gadis lemah. Banyak yang mencoba meremehkan atau menindasnya, tapi ia selalu melawan. Wajahnya mungkin lembut, tapi sorot matanya selalu berani....
...Hari itu, setelah mendengar tawaran Nesya, hatinya masih belum tenang. Kata-kata dokter itu terus menggema:...
...“Jadilah istri kedua suamiku selama satu tahun…”...
...Tangannya mengepal. Gila! Bagaimana mungkin aku menjual diri demi menyelamatkan ayahku ?...
...Tapi setiap kali keraguan datang, suara mesin monitor detak jantung ayahnya selalu mengingatkan: waktu mereka semakin sedikit....
...0o0__0o0...
...Malamnya, di kamar kontrakan, Jingga berdoa....
...“Ya Allah… kalau memang ini jalan yang harus ku tempuh demi Ayah, beri aku kekuatan. Aku janji tidak akan menyerah meski harus jadi ‘istri kontrak’ yang hina di mata orang lain.”...
...Air matanya jatuh, tapi wajahnya tetap tegas. Jingga tahu, jalan yang ia pilih bukanlah jalan biasa. Tapi ia juga tahu, dirinya tidak akan mudah di injak-injak. Bahkan oleh seorang wanita setinggi langit sekalipun…...
...Dan esok hari, Jingga melangkah dengan keputusan bulat: menerima tawaran itu....
...0o0__0o0...
...Ruang kerja Dr. Nesya terasa dingin sore itu. Aroma antiseptik bercampur wangi melati dari diffuser membuat suasana semakin menekan....
...Jingga duduk kaku di kursi seberang meja. Tangannya mengepal di pangkuan, matanya lurus menatap wanita anggun di hadapannya....
...“Aku terima tawaran dokter,” ucapnya mantap, meski hatinya terasa bergetar....
...“Demi Ayahku.”...
...Nesya tersenyum tipis, lega sekaligus puas. “Bagus. Kau membuat keputusan yang bijak. Anggap saja ini kontrak. Hanya Setahun. Setelah kau melahirkan anak Langit, kau bebas. Semua biaya ayah mu, aku yang tanggung.”...
...Jingga menahan amarah. Ingin rasanya meludahkan kata-kata pedas, tapi ia ingat: keselamatan ayahnya ada di ujung kesepakatan ini....
...Ceklek..!...
...Pintu tiba-tiba terbuka....
...Dr. Langit Alfaruq masuk, wajahnya datar. Ia baru selesai dari ruang operasi. Pandangan matanya segera beralih dari istrinya ke gadis asing yang duduk di sana....
...Gadis itu terlihat sangat muda dan sangat cantik, Sekilas tatap Langit bertubrukan dan ia memiliki mata coklat terang yang begitu mempesona....
...“Ada apa ini ?” suaranya tenang, tapi berwibawa....
...Nesya bangkit, berjalan mendekati suaminya. Dengan tenang ia berkata, “Langit… ini Jingga. Mulai hari ini, dia akan menjadi istri kedua dalam rumah tangga kita.”...
...Langit terdiam. Seolah kalimat itu terlalu asing untuk di proses....
...“Istri kedua…?” ulangnya pelan, nadanya getir....
...“Ya.” Nesya menatapnya lurus. “Aku sudah menyiapkan semuanya. Kau akan menikahinya. Sementara dia akan memberi mu anak yang tidak bisa ku berikan.”...
...Jingga menunduk. Hatinya terasa seperti di pukul. Anak… hanya itu yang di lihat dari ku....
...Langit memejamkan mata, lalu menatap Nesya tajam. “Astaghfirullah, Nesya. Apa yang kau katakan ini ?”...
...Nesya menahan genggaman-nya di lengan Langit. “Aku melakukan ini demi kita. Demi keluarga kita. Demi harga diri ku sebagai istri mu.”...
...Suasana tegang....
...Langit kemudian menoleh pada Jingga. Tatapan matanya menusuk, dalam dan penuh perhitungan....
...“Apa kau tahu konsekuensi dari semua ini ?” tanyanya dingin....
...Jingga mengangkat wajahnya. Meski tubuhnya gemetar, suaranya tetap tegas....
...“Aku tahu. Demi kesembuhan ayah ku, sudah tugas seorang anak mengusahakan apapun, meskipun harus mengorbankan hidupku sendiri.”...
...Tatapan Langit membeku. Sebuah perlawanan yang tak ia sangka keluar dari mulut gadis kecil seperti Jingga....
...Dan untuk pertama kalinya, Nesya merasa ada sesuatu yang berbeda—seperti api kecil yang mulai menyala di antara dua orang di depannya....
...Api yang suatu hari bisa membakar seluruh rumah tangganya....
...0o0__0o0...
...Hari itu, aula kecil di kompleks masjid besar di penuhi cahaya lampu gantung yang hangat. Namun suasana hati orang-orang di dalamnya jauh dari kata hangat....
...Di barisan depan, Dr. Langit Alfaruq duduk bersila dengan wajah kaku. Sorot matanya kosong, seolah tak benar-benar berada di sana. Sementara di samping-nya, beberapa saksi dan penghulu telah siap....
...Jingga Prameswari duduk di ruang terpisah, di temani dua orang saksi wanita yang di sediakan Nesya. Gaun putih sederhana melekat di tubuhnya, jauh dari kemewahan pesta pernikahan yang biasanya di idamkan setiap gadis....
...Di balik kain kerudung tipis, matanya basah....
...Jingga meng-genggam erat map kecil berisi bukti transfer biaya operasi ayahnya—hasil kesepakatan yang menghancurkan martabatnya, namun menyelamatkan nyawa orang yang paling ia cintai....
...“Bismillahirrahmanirrahim…” suara penghulu menggema....
...Ijab kabul berjalan cepat....
...Langit mengucapkannya dengan suara mantap meski dingin. "Saya terima nikahnya Jingga Prameswari dengan mas kawin tersebut, tunai."...
...Kalimat itu seolah merobek hati Nesya yang duduk anggun di barisan samping. Ia tersenyum, pura-pura tegar. Tapi di dalam dadanya, ada bara api yang mulai berkobar....
... 0o0__0o0...
...Malam itu, di kamar rumah besar milik keluarga Langit, suasana terasa kaku....
...Jingga duduk di ujung ranjang, menunduk, jari-jarinya gelisah memainkan ujung kerudung. Jantung-nya berdegup kencang. Ia tahu inilah malam pertama—malam yang di takuti sekaligus memalukan....
...Langit masuk, meletakkan jasnya di kursi, lalu berdiri lama menatap ke luar jendela. Hening membentang di antara mereka....
...Akhirnya ia membuka suara. “Aku tidak akan menyentuh mu.”...
...Jingga menoleh, kaget. “Apa… maksudnya ?”...
...Langit berbalik, menatap lurus ke arah istrinya yang baru sah beberapa jam lalu....
...“Pernikahan ini bukan keinginan ku. Aku hanya melakukannya demi menenangkan Nesya. Jadi jangan berharap aku akan menyentuh mu tanpa cinta."...
...Kata-kata itu terasa seperti belati menusuk dada Jingga. Namun ia menegakkan dagunya, menolak menunjukkan kelemahan....
...“Kalau begitu Jagan menyentuh ku,” balasnya berani. “Kalau kau hanya menganggap ku rahim untuk anakmu, jangan harap aku menyerahkan tubuhku.”...
...Langit terdiam, tak menyangka gadis kecil itu bisa menantang-nya dengan kalimat setegas itu. Mata mereka bertemu, saling melempar api....
...“Jangan mencoba bermain api dengan ku,” ucap Langit dingin....
...Jingga justru tersenyum tipis, getir. “Aku bukan main api. Aku hanya menjaga harga diriku. Jika suatu saat aku jatuh cinta pada mu, barulah kau boleh menyentuh ku.”...
...Langit menghela napas panjang. Ia berjalan ke lemari, mengambil selimut, lalu membentangkan-nya di sofa....
...“Tidurlah. Malam ini aku tidur di sofa sini. Dan kau bisa tidur di atas ranjang.”...
...Jingga menatap punggung pria itu lama, dadanya sesak. Pernikahan yang baru di mulai terasa seperti penjara. Tapi dalam hati kecilnya, ada bisikan:...
...Aku tidak akan kalah. Jika harus melalui neraka ini demi Ayah, aku akan bertahan. Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun—bahkan seorang pasangan dokter seangkuh mereka—menghancurkan diriku....
... 0o0__0o0...
...Di kamar lain, Nesya menatap langit-langit dengan mata merah. Meski ia sendiri yang merencanakan pernikahan itu, bayangan Langit duduk berdua dengan perempuan lain membuat dadanya terbakar....
...“Langit hanya milik ku…” gumamnya, lirih tapi penuh bara. “Tidak ada perempuan manapun yang bisa merebutnya dariku. Bahkan perempuan rendahan itu sekalipun.”...
...Dan malam pertama itu pun berlalu tanpa cinta—hanya menyisakan jurang kebekuan yang suatu hari akan runtuh oleh api cinta terlarang....
...0o0__0o0...
baca cerita poli²an tuh suka bikin gemes tp mau gk dibaca penasaran bgt 😂