Peradaban modern dengan peradaban kuno seperti berdampingan satu sama lain. April memakai kalung berbentuk kubus yang sudah dipakainya sejak masih bayi. April sering terjebak di dalam roh lubang hitam kubus yang tak dikenal asal-usulnya. Gejolak-gejolak yang dialami April saat umurnya masih sangat muda, membuatnya kehilangan arah. Jalan apa yang akan April ambil saat dirinya diambang dilema panjang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Keypi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB I : 29 APRIL
Petir menyambar dengan keras seperti ingin mencabik tanah. Rintik hujan perlahan-perlahan begitu deras. Kota menjadi senyap, setiap kendaraan terhenti dan tidak banyak aktivitas yang terjadi.
“Ukh!” darah segar yang keluar dari mulutnya.
“Beri dia pelajaran dan jangan sampai dia lolos hidup” tatapan itu begitu haus akan darah yang harus dirinya lihat. Dua laki-laki bertubuh besar dan kuat memukuli seorang paruh baya yang tak berdaya. Air mata yang menetes bersamaan dengan rintik hujan. Kedua tangannya membekap mulutnya sendiri dengan melihat seorang paruh baya dipukuli sampai mati.
“Hiyakhh!!” pukulan kuat terakhir pada orang paruh baya itu. Hirupan nafasnya sudah menghilang dan darahnya mengalir bersama rintik hujan.
“Bos, orang sialan itu sudah mati” sosok bertubuh besar dengan sangat puas.
“Kita pergi” ucap bosnya. Kedua orang besar itu saling bertukar tatapan dan pergi. Petir menyambar tiga kali, hujan begitu deras dan orang paruh baya tergeletak dengan nasib yang sangat tragis.
“Hee... hee.. AYAHH!!!!!” berlari mendekati jasad orang paruh baya itu.
“Heeee, ayahh, kenapa ayah? KENAPA!?” air mata yang begitu deras membasahi pipinya bersama rintik hujan. Dia, membawa jasad ayahnya dengan mendorong sebuah gerobak yang berisi mata pencahariannya, beberapa tumpukan sampah botol dan plastik. Tubuh kecilnya yang berusaha membawa jasad ayahnya dengan gerobak bukanlah hal yang baik untuknya. Tulang-tulangnya tidak kuat tapi dirinya tidak akan menyerah. Sampai pada titik, dirinya bisa mendorong gerobaknya secara perlahan menuju tempat pulangnya.
“Ayah.. tenang saja...” mata yang indah harus mengalami banjir yang tak terbendung.
5 jam perjalanan itu belum usai, nafasnya terengah-engah dan cahaya di matanya menjadi pudar, tubuhnya tak sanggup tuk berdiri. Dia, melihat sosok bertubuh tinggi di hadapannya, seorang pria dan dirinya pingsan.
3 Hari kemudian
Dirinya membuka kedua matanya secara perlahan-lahan, denyut berdetuk normal, matanya melihat ke arah atap berwarna putih keabu-abuan dan terlihat banyak peralatan medis. Dia terkejut dan berusaha untuk bangun.
‘Ngikkk’ pintu terbuka dan sosok pria tinggi itu menghampirinya. Raut wajahnya begitu pucat, mengingat bayangan dua sosok besar pada saat itu, tangannya gemetar, matanya memancarkan ketakutan.
“Sudah bangun?” pria tinggi itu bertanya padanya dan mendekatinya. Pria itu mengusap kepalanya dan dia terdiam kikuk.
“Tidak perlu takut” dia tetap takut dan kebingungan, ‘mengapa ia disini dan dimana ayahnya?’ pria itu tersenyum dan mengerti mimik wajah darinya.
“Ayahmu sudah saya kremasi dan kuburkan secara layak, kamu tidak perlu khawatir”
“Kamu pasti bertanya-tanya siapa sebenarnya saya” pria itu membelakanginya dan aura yang dipancarkan begitu kuat. Pria itu menoleh padanya dan mendekati dengan usapan yang hangat padanya.
“Istirahatlah dahulu, besok waktunya pulang dari rumah sakit.” Pria itu meninggalkannya dan menutup pintu kamar rawatnya. ‘Ayah...’ tatapannya memandang ke langit-langit kamar rawatnya.
Keesokkan harinya
Pria itu sudah mengurusi berkas-berkas untuk pulang rawatnya. Dia melihat banyak orang dan nafas segar.
“Tolong kau jaga dia” perintah dari pria itu untuk seorang perempuan dewasa.
“Baik, Pak!” pria itu pergi keluar dan dia melihat pria tinggi itu meninggalkannya. Sosok perempuan berkacamata, rambut bob berwarna coklat susu, kulitnya seputih susu, memakai sepatu hak tinggi, rok hitam sepaha dan croptop dengan jaket putih hitam begitu cantik menghampirinya. Dia begitu terpesona dan melihat ada senjata api di ikat pinggangnya.
“Hai, salam kenal, aku Rawa, kamu bisa panggil aku kak Awa. Kamu pasti April, ya?” senyuman manis yang membuat siapa saja terpesona. ‘Tunggu, bagaimana dia bisa tahu namaku? Apakah pria tinggi itu?' dia begitu bingung. Awa yang melihat April diam dan seperti sedang memikirkan sesuatu berusaha untuk memecahkan keheningan itu dengan menggandeng April dengan lembut dan membawanya kembali ke markas.
“April, yuk kita masuk ke dalam mobil. Semua pertanyaan dan jawaban yang ingin kamu dapatkan ada di markas dan kamu pasti akan senang” senyuman manis dan wink untuk April agar terhibur.
\* \* \*
Pemandangan yang indah sekali memanjakan matanya, selama dirinya hidup belum pernah melihat pemandangan yang begitu indah. Tak heran, dirinya dibesarkan di tempat yang terpencil dan jauh dari kata layak. Umur yang masih begitu sangat muda, 7 tahun, belum memiliki banyak wawasan dan pengetahuan. Bahkan bisa dibilang dirinya tak pernah tadika dan sekolah di tingkat dasar. Hanya diajari membaca, bertahan hidup, antara baik dan buruk. Ekonomi yang minim untuk kehidupannya, tapi baginya itu tidaklah penting yang penting baginya adalah ayahnya. Saat ayahnya meninggal, dirinya sangat terpukul dan membuatnya membisu, tak tahu kalimat apa yang ingin dirinya ucapkan. Dirinya juga bertanya-tanya kenapa ayahnya bisa dipukuli sampai mati oleh dua orang bertubuh besar dan satu orang yang haus akan darah. Itu adalah pertanyaan yang ingin dirinya tanyakan dan mendapatkan jawaban. Tubuhnya yang kecil ini ingin membalas dendam tapi dirinya harus tahu alasannya apa dibalik balas dendamnya. Ayahnya mengajarkan padanya harus mengetahui alasan yang valid dibalik motif setiap tindakan agar yang ditujukan tidak sia-sia atau hal-hal yang tidak bermanfaat bagi diri sendiri.
Perjalanan yang menempuh 3 jam telah usai..
Dirinya melihat banyak sekali orang-orang dengan pakaian yang tampak berseragam dan terpancarkan sebuah senyuman menyambut April dengan hangat. Dirinya pun turun, menatap setiap orang yang menyambutnya itu. Hatinya merasakan suasana hangat yang sebelumnya tidak merasakan hal ini selain ayahnya. ‘Pria tinggi itu’ dirinya melihat pria tinggi itu menghampirinya dan mengulurkan tangan dengan senyuman yang begitu lembut. Matanya belalak dan tangannya ingin meraih namun ragu-ragu.
“Kemarilah” pria tinggi itu berusaha meyakinkan padanya. April pun berusaha untuk mempercayai pria tinggi itu dan menerima uluran tangannya. Semua orang yang melihat itu sangat gembira dan mengatakan
“Selamat datang April, selamat kembali di rumahmu!!” perasaannya begitu tersentuh. ‘Ayah...’ bayangan ingatannya tentang ayahnya muncul. ‘Aku akan selalu mengingat semua yang ayah katakan dan ajarkan padaku’