NovelToon NovelToon
Althea (Luka Yang Ku Peluk)

Althea (Luka Yang Ku Peluk)

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Obsesi / Romansa
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author:

Althea hanya ingin melupakan masa lalu.
Tapi takdir membawanya pada seorang Marco Dirgantara ,CEO Dirgantara Corp sekaligus mafia yang disegani di Eropa.
Kisah cinta mereka tidak biasa. Penuh luka ,rahasia dan bahaya.

Bab 1 - Pertemuan di Balik Pintu Kaca

Pagi di Eropa menyapa dengan bisu. Kabut tipis menggantung rendah di antara bangunan tua berarsitektur klasik, menelusup ke sela-sela jendela yang basah oleh embun. Cahaya matahari belum sepenuhnya berani menembus langit kelabu, hanya pantulan samar keemasan yang memantul di atas batu trotoar yang dingin.

Dedaunan yang gugur malam tadi masih diam di tepi jalan, seakan enggan berpindah ,seperti kenangan yang tak pernah benar-benar pergi. Udara pagi membawa aroma kopi hitam dari kafe sudut jalan, bercampur dengan wangi kulit tua dari buku-buku antik di toko sebelahnya.

Dan di tengah keheningan itu ,langkah seorang wanita terdengar pelan... Pelan, namun berat.

Seolah setiap langkahnya menyeret masa lalu yang tak selesai.

'Althea Safira'

Wanita pemilik tinggi 165 cm, tubuh ramping tapi tidak terlalu kurus ,body goals yang nyaris sempurna ,berpadu dengan rambut hitam sedikit bergelombang ,bulu mata lentik dan bibir kecil yang sedikit tebal berwarna chery.

Kulit putih bersih, ada bekas luka kecil di dekat pergelangan tangan. Mata dengan manik coklat hangat, juga senyum yang lembut.

Namanya tak asing bagi luka. Selama ini ia hidup dalam sunyi, di antara bayang-bayang masa lalu yang tertinggal. Tapi pagi itu, untuk pertama kalinya, ia menyeberang batas ,dari dunia yang tenang ke dunia yang penuh kuasa. Dari luka yang disembunyikan ke medan yang akan menguliti semuanya.

Hari itu, ia berpenampilan sedikit berbeda. Pakaian semi formal ,dan make up tipis ,mengiringi langkahnya menuju gedung yang tidak hanya menjulang ,tapi juga menantang langit. 'Dirgantara Corporation.'

---

Langkah-langkah kakinya terdengar lembut di atas lantai marmer putih lobby gedung dengan 68 lantai itu. Dinding kaca, cahaya lampu gantung modern, dan suara sepatu hak yang bergema seolah menjadi pengantar sunyi yang membuat perutnya mual. Rasanya seperti berdiri di tengah kuil kekuasaan ,megah tapi dingin.

Tangannya menggenggam map cokelat yang kini sedikit basah oleh keringat. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menyamakan degup jantung yang sejak tadi memukul dinding dadanya.

Ia tahu, ini bukan sekadar wawancara kerja. Ini awal dari sesuatu yang lebih dalam, lebih tajam, dan mungkin lebih berbahaya dari apa pun yang pernah ia hadapi.

“Althea Safira?”

Suara wanita dari balik meja resepsionis memotong lamunannya. Althea menoleh cepat, lalu mengangguk.

“Silakan naik ke lantai 46. Ruang meeting utama. CEO akan langsung mewawancarai Anda.”

Althea nyaris kehilangan suara. “C–CEO langsung?”

Wanita itu hanya tersenyum kecil. “Selamat datang di DirCorp. Semuanya akan terlihat tidak biasa di sini.”

Lantai 46 Dirgantara Corp

Di sini sepi ,sunyi seperti dunia yang tak tersentuh oleh suara manusia. Lorong panjangnya dilapisi karpet tebal berwarna abu gelap. Lampu-lampunya hangat, tapi udara justru terasa menusuk. Althea menelan ludah saat matanya menangkap pintu kaca besar di ujung lorong yang terbuka otomatis ketika ia mendekat.

Ruangan itu sangat luas. Modern terlalu rapih dan terlalu sempurna. Layar LED raksasa menempel di dinding depan, menyala redup dengan logo Dirgantara Corp. Meja panjang di tengah ruangan mengikilap bagai cermin. Tapi pandangan Althea hanya tertuju pada satu sosok yang berdiri membelakangi jendela raksasa yang menyajikan pemandangan kota Amsterdam dari ketinggian.

Pria itu berpostur tinggi tegap. Jas hitamnya pas membingkai tubuh kokoh yang terlihat tak tergoyahkan. Satu tangan dimasukkan ke dalam saku, sedang tangan satunya memegang cangkir kecil berisi kopi hitam.

'Marco Dirgantara.'

Nama yang menimbulkan bisik-bisik, rasa takut, bahkan kekaguman diam-diam di dunia bisnis. CEO muda yang dikenal tak berperasaan. Pria yang disebut-sebut menjalankan perusahaan ini layaknya medan perang. Banyak yang mengaguminya ,lebih banyak lagi yang memilih menjauh.

“Althea Safira.”

Suaranya terdengar rendah, berat, nyaris tanpa intonasi.

Althea mengangguk kaku. “Ya, Tuan.”

Marco masih belum menoleh. Tapi aura yang ia pancarkan cukup untuk membuat punggung Althea kaku. Baru beberapa detik di ruangan itu, dan rasanya seperti sedang ditelanjangi oleh udara yang ia hirup.

Akhirnya Marco berbalik. Tatapan mata abu gelap itu langsung menohok wajah Althea. Tak ada senyum ,tak ada sambutan.

Yang ada hanyalah tatapan tajam, dalam, dan seolah... tahu segalanya.

Ia tidak memandangnya seperti seorang pelamar kerja. Ia memandang seperti... seorang penguasa menilai lawan atau pion.

“Kau melamar posisi asisten legal. Tanpa pengalaman.”

Althea meneguk ludah. “Saya cepat belajar, Tuan. Saya siap ditempa.”

“Semua orang bilang begitu,” Marco menaruh cangkirnya di atas meja, lalu melangkah pelan mendekat. Suara langkahnya bergema lembut, tapi setiap detaknya seperti menghantam jantung Althea. “Sebelum akhirnya hancur dan tenggelam di sini.”

Ia berhenti tepat satu meter di depan Althea. Wangi maskulinnya samar tercium tajam, dominan, dan mahal. Althea menatap pria itu ,mata mereka bertemu dan seketika, ia merasa berdiri di tepi jurang.

“Menarik,” gumam Arga pelan. “Aku bisa melihat ada sesuatu dalam tatapanmu.”

Althea mengerutkan alis tanpa sadar. “Maaf Tuan?”

“Tatapan yang menyembunyikan terlalu banyak hal. Kau tidak ingin ada di sini ,tapi juga tidak punya tempat lain untuk pergi ,Betul kan?

Kalimatnya lirih, tapi tepat ,menusuk seolah menelanjangi isi pikirannya yang bahkan belum sempat ia katakan.

“Selamat bergabung.”

Untuk sejenak, Althea merasa waktu berhenti. Ia nyaris tidak percaya pada apa yang baru didengarnya.

Marco melangkah lebih dekat. Napasnya nyaris menyentuh pipi Althea saat ia berkata, “Tapi dengarkan ini baik-baik.”

Suaranya pelan. Tapi nadanya mengandung ancaman.

“Aku akan menguji batasmu ,memaksamu ,dan menyudutkanmu. Karena di kantor ini, yang lemah tidak akan bertahan, yang ragu akan dimakan hidup-hidup.”

Ia mundur selangkah, menatapnya datar. “Mulai besok pukul tujuh ,jangan terlambat. Ah iya ,satu hal lagi ,aku benci pengulangan.”

Althea mengangguk pelan. “Ya, Tuan.”

Ia membalikkan badan, hendak melangkah pergi, ketika suara Marco terdengar lagi.

“Dan satu hal lagi...”

Langkah Althea terhenti.

“Jangan pernah sekalipun menangis di depan saya ,karena saya tidak akan menghiburmu. Saya justru akan menghancurkanmu lebih dalam.”

Sejenak hening.

Lalu pintu kaca terbuka otomatis, seolah ruangan itu sendiri mengusirnya keluar.

Althea melangkah keluar dengan langkah cepat, tapi hatinya terasa tertinggal di ruangan tadi. Bukan karena kekaguman, apalagi rasa kagum semu. Tapi karena ,untuk pertama kalinya, ia bertemu seseorang yang mampu membaca luka yang ia tutupi rapat selama bertahun-tahun.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Althea merasa... ia sedang berjalan ke dalam perang yang tak bisa ia menangkan ,tapi juga tak bisa ia hindari.

Jantung nya masih berdegub ,ia berjalan meninggalkan Dirgantara Corp dengan perasaan aneh ,ada gelenyar tak biasa ,seolah memberi sinyal hati-hati untuk diri ya di mulai dari hari ini.

Hai Kakak Pembaca ,jangan lupa vote ,saran dan masukan nya yaa.. Saya pemula ,salam kenal.. ♥️

1
ISIMPFORMITSUKI
Mantap jiwaa!
Thảo nguyên đỏ
Gemesin banget karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!