Tamara adalah seorang wanita muda yang independen dan mandiri. Ia bisa hidup bahagia dan kaya tanpa dukungan seorang laki-laki. Ia juga membenci anak-anak karena menurutnya mereka merepotkan dan rewel.
akan tetapi takdir membuatnya harus mencicipi kehidupan yang paling ia benci yaitu bertransmigrasi menjadi seorang ibu muda dari anak yang bernasib malang...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Q Lembayun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misi Dunia Lain
Seorang wanita sedang berdiri dengan tatapan tajam dan sedikit mengerikan. Ia terlihat cantik namun karena auranya yang gelap membuat orang-orang takut untuk mendekatinya. Wanita itu kini sedang menatap tajam ke arah layar yang ada di depannya. Dimana terdapat gambar segerombolan anak-anak yang sedang bermain di taman.
Anak-anak itu terlihat lucu dan menggemaskan. Mereka bermain dan tertawa bersama. Dari sudut manapun orang-orang melihat, itu merupakan pemandangan yang indah dan sangat harmonis. Membuat orang-orang merasa tenang dan ikut bahagia bersamanya.
Akan tetapi hal berbeda dirasakan oleh Tamara. Ia menatap ke arah layar dengan tatapan tajam dan sedikit rasa jijik. Ia tidak suka melihat anak-anak, baginya anak-anak adalah sesuatu yang kotor dan menyusahkan. Apalagi ditambah tingkah mereka yang rewel dan susah diatur.
"Pemandangan yang menjijikkan." ucapnya mencela.
Hal tersebut membuat sistem lobak yang ada di sampingnya meringkuk ketakutan. Tuan rumahnya kali ini begitu galak hingga membuatnya tak berani untuk sekedar bersuara.
Tamara sendiri adalah seorang wanita independen abad ke 22. Dia adalah seorang CEO wanita yang menjadi orang paling kaya di negaranya. Ia tidak membutuhkan laki-laki untuk membuatnya menjadi kaya dan bahagia karena ia sudah sangat kaya dan bisa membahagiakan dirinya sendiri. Apalagi seorang anak, ia membenci anak-anak dan ia juga tidak membutuhkannya.
Akan tetapi nasib sialnya telah mendorong Tamara ke lubang hitam tak berujung. Hal tersebut dikarenakan ia mengalami kecelakaan mobil dan harus mati di tempat. Namun kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan yang tidak biasa, melainkan sebuah skenario pembunuhan yang telah direncanakan. Hal tersebut membuat Tamara marah dan memiliki nilai kebencian yang teramat tinggi. Nilai kebencian itu telah memicu sebuah sistem menjadi aktif dan mengontraknya untuk sebuah misi.
"Jadi maksudmu, misi ku adalah bereinkarnasi menjadi seorang ibu dan membesarkan seorang anak?"
Sistem lobak yang mendengar pertanyaan tuan rumahnya langsung mengangguk dengan wajah kaget dan takut. Suara Tamara terdengar galak dan tegas, apalagi ditambah dengan wajahnya yang terlihat dingin tanpa senyuman. Hal tersebut membuat sistem lobak tak berani berbicara dan mengeluarkan suaranya.
"Jadi apa imbalan yang akan aku dapatkan jika misi itu berhasil?"
Sistem lobak pun mencoba memberanikan diri untuk berbicara. Ia melayang di sekitar tuan rumah dan memperlihatkan keuntungan yang didapatkan saat melaksanakan misi dan setelah misi diselesaikan.
"Jika Tuan Rumah melaksanakan misi ini, maka Tuan rumah akan mendapatkan uang tunjangan selama hidup. Selain itu setelah misi selesai maka Tuan Rumah dapat kembali beberapa jam sebelum kecelakaan Tuan Rumah terjadi."
Tamara tidak peduli dengan uang, karena ia merasa uang terlalu mudah di dapatkan. Tapi lain ceritanya jika imbalan dari misi adalah hidup kembali. Dengan begitu ia akan kembali ke kehidupan lamanya, dan membalas dendam pada siapapun yang berani menyabotase kecelakaan mobilnya. Ia juga tak akan segan-segan mencincang habis orang-orang yang bersekongkol untuk membunuh nya selama ini.
"Berikan kontraknya."
Sistem lobak pun langsung memberi sebuah kertas virtual yang berisi perjanjian. Disana tertera misi serta imbalan yang di dapatkan Tuan Rumah. Setelah Tamara menandatanganinya, ia pun langsung merasa bahwa kesadarannya mulai menipis dan menghilang.
[Selamat datang di departemen ruang dan waktu. Tuan Rumah secara resmi menandatangani misi di dunia reinkarnasi abad ke 21. Dimana Tuan Rumah akan bereinkarnasi menjadi seorang ibu dan membesarkan seorang anak. Selama misi berlangsung, sistem memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan Tuan Rumah dengan memberi misi kecil dengan imbalan uang. Selain itu, setelah Tuan Rumah menyelesaikan misi utama maka Tuan Rumah berhak untuk kembali ke dunia Tuan Rumah beberapa jam sebelum terjadinya kecelakaan. Sekali lagi, selamat atas bergabungnya Tuan Rumah dalam misi ini dan kami ucapkan selamat bertugas...]
Tamara tidak terlalu memperhatikan apa yang diucapkan sistem padanya. Ia hanya fokus pada apa yang ia rasakan sekarang. Tamara merasa bahwa perutnya sangat sakit hingga membuatnya ingin mengumpat dengan keras.
'sial! Aku belum pernah merasakan rasa sakit semacam ini'
Rasa sakit itu terasa seperti perutnya ditusuk ribuan jarum dan tulangnya terasa dipatahkan. Kepalanya juga pusing dan tak bisa memikirkan apa-apa selain rasa sakit. Hal tersebut membuat Tamara tanpa sadar meneteskan air mata dan menangis dalam tidurnya.
"...perutku sakit." ucapnya lemah.
Setelah itu seorang anak laki-laki tak jauh darinya terdengar berbicara dengan seseorang melalui telepon.
"Halo... Apakah ini rumah sakit? Ibuku sedang menangis dan dia mengeluarkan darah. Bisakah kalian datang menolongnya?"
Entah apalagi yang diucapkan anak itu setelahnya. Akan tetapi Tamara dapat merasakan bahwa suara anak itu terdengar bergetar dan ketakutan. Namun suara kekanakannya membuat orang-orang yang mendengarnya akan langsung merasa simpati dan kasihan.
Di tengah rasa sakit yang melanda tubuhnya, Tamara masih tetap berusaha untuk membuka matanya yang telah bercucuran air mata. Penglihatannya mulai kabur, akan tetapi ia dapat melihat dengan jelas ada seorang anak laki-laki yang berdiri di depannya.
Anak itu berumur sekitar 5 tahun, dia berdiri di depan Tamara sambil memegang handphone miliknya. Saat anak itu melihat Tamara yang membuka mata, anak itu pun langsung mendekat dan membelai wajah Tamara dengan pelan.
"Ibu, sebentar lagi paman dokter akan datang. Ibu bersabarlah."
Bahkan ditengah rasa takut, anak itu masih menghiburnya. Hal tersebut membuat Tamara sedikit malu dan heran. Ia baru pertama kali melihat seorang anak yang begitu masuk akal dan tidak menyusahkan.
Hanya saja sangat disayangkan, Tamara saat ini sangat kesakitan hingga ia tidak memiliki tenaga hanya untuk bertanya siapa anak itu sebenarnya.
Tamara hanya mencoba menahan rasa sakit dan menangis lebih banyak. Air matanya tak bisa berhenti dan ia mulai terisak dengan suara yang lebih keras. Ia sebenarnya malu karena menangis seperti ini, tapi rasa sakit yang ia rasakan saat ini begitu menyakitkan. Ia benar-benar tak bisa membendung rasa sakitnya.
"Ibu jangan menangis."
Anak laki-laki itu pun ikut menangis tapi ia masih sempat membelai pipi Tamara dan menghapus air matanya. Hal tersebut membuat Tamara semakin merasa emosional. Ia belum pernah dibujuk oleh seorang anak.
"Ibu bersabarlah, paman dokter mengatakan bahwa dia akan segera datang."
Anak itu menemani Tamara untuk waktu yang cukup lama. Ia tidak pernah beranjak untuk meninggalkan Tamara seorang diri. Anak itu bahkan membawa handphone miliknya dan sesekali berbicara melalui telepon dengan seseorang yang ia sebut paman dokter.
Tak lama suara ambulan terdengar mendekat dan beberapa orang langsung menerobos ke dalam rumah. Mereka membawa tandu dan mencoba mengangkat Tamara yang hampir mati lemas.
Tamara pun dibawa entah kemana, ia hanya merasa bahwa ia terlalu lelah menahan rasa sakit, jadi ia pun tak bisa menahan rasa ngantuk dan tak sadarkan diri setelahnya.