Empat Mata Jatuh Cinta

Sambil menunggu adanya keajaiban berupa seorang pemain drum baru yang masuk dalam band kami. Kami terus berusaha memperbanyak lagu-lagu yang akan kami nyanyikan kelak, serta menjadikan lagu ciptaan sebagai lagu yang wajib kami hafal.

Saat seperti ini, rasanya cukup tersiksa. Terutama pada lagu Bokek Bokek yang liriknya sangat banyak dan sering diganti-ganti karena sebenarnya lirik tersebut masih proses. Kami belum menemukan lirik yang pas meskipun nadanya sudah didapatkan.

Keberadaan di SMA setelah kurang lebih lima bulan ini jauh lebih baik dibanding awal masuk SMA. Jauh lebih baik dari masa-masa SMP.

Semenjak mengenal Amda dan Erdy. Semenjak beberapa teman di kelas melihatku sering menggambar dan menulis puisi. Semenjak beberapa teman melihatku mengacau dengan lelucon-lelucon bodoh yang benar-benar tidak dapat aku lakukan sendiri.

Sira, perempuan populer di kelas serta seorang teman yang pertama kali menyebutku dengan sebutan “otak mudik”. Tingkah anehku mungkin yang membuatnya mengatakan itu. Sejak itu, seakan-akan Sira menjadikan otak mudik menempel erat pada diriku. Otak mudik di sini mungkin adalah sebuah sifat berani menunjukkan kekonyolan diri atau lebih ke bodoh kali ya?

Ide konyol ini pertama kali dibeberkan oleh Amda. Ide untuk membuat suatu kelompok atau bahasa kerennya geng, yang awalnya bertujuan untuk menjadi kelompok bermain dan bersenang-senang atas dasar persahabatan.

Kami menyetujuinya meskipun beberapa menganggap ini sebuah lelucon. Namun, aku menganggap ini sebuah kejutan persahabatan. Formasinya ada aku, Uti, Amda, Erdy, serta Ana, satu-satunya anggota perempuan yang bersedia masuk geng kami. Pada hari itu, kami menyetujui lahirnya geng baru di kelas X.3 yang secara resmi kami beri nama Mana Otak Genk.

Proses pemberian nama yang cukup panjang. Mulanya kami membuat geng tidak dapat menentukan nama karena selalu saja menjadi pertikaian pendapat yang membuat kami justru makin pusing. Kami bahkan sudah melakukan polling untuk menentukan nama geng ini tapi tetap tidak ada yang cocok.

Aku mengakui nama-nama yang mereka berikan sangat keren. Hingga suatu hari di masjid sekolah, aku dan Amda berunding secara mendadak setelah melaksanakan salat Zuhur berjamaah.

Nama itu dipilih karena kami adalah geng yang kebanyakan ulah. Maksudnya saat kami bercanda, kami selalu mengeluarkan kekonyolan yang menghibur. Mungkin beberapa orang menganggap kami adalah geng orang-orang pendiam. Namun, di saat kami berkumpul, entah kenapa kami selalu tertawa dan melakukan hal-hal aneh.

Hingga akhirnya, aku dan Amda mengumumkan kepada para anggota tentang nama geng ini dan hasilnya semua anggota menyetujuinya meskipun beberapa anggota ada yang pasrah dengan nama tersebut di antaranya Erdy dan Uti yang memang merekalah yang paling susah diajak kompromi.

Akhirnya mereka setuju juga, mungkin karena sudah lelah mencari nama yang tepat. Padahal, merekalah yang menyumbang nama paling banyak, terutama Erdy yang selalu memberikan nama dengan bahasa Inggris yang super keren agar terlihat “go international”.

Supaya geng ini terasa seperti organisasi yang terstruktur. Kami memutuskan untuk membuat jabatan tertentu untuk para anggota. Aku ditunjuk sebagai ketua geng sedangkan Amda menjadi wakil ketua.

Erdy menjadi seksi teknologi dan keamanan, dia bertugas membuat geng ini dapat saling berkomunikasi melalui teknologi yang tersedia serta mengamankan jika ada anggota yang membuat ulah di luar batas yang ditentukan oleh sekolah.

Uti menjadi seorang desainer, bertugas menggambar segala desain yang berhubungan dengan Mana Otak Genk. Termasuk logo Mana Otak Genk yang sedang dibuat.

Serta Ana menjadi bendahara. Dialah orang yang mengatur keuangan, termasuk kas yang dipungut setiap harinya sebesar seribu rupiah serta urusan keuangan lain yang berhubungan dengan Mana Otak Genk. Rasanya seperti OSIS kedua di sekolah ini, hanya saja geng ini masih dibilang sangat rahasia, bahkan murid di kelas ini hanya beberapa saja yang mengetahuinya.

Kelas X.3 tidak hanya memiliki satu geng. Ada satu geng lagi yang bahkan sangat terkenal dengan touring dan perkumpulan anak-anak motornya. Kelompok ini begitu banyak anggotanya, dari kelas lain, bahkan dari sekolah lain.

Kelompok tersebut disebut Antac atau kepanjangannya Anak Tangerang Community. Kelompok ini diketuai oleh Opi. Aku tidak menyadari dan tidak menyangka, padahal di awal kehidupan SMA, kami pernah menggila bersama. Mungkin karena kurang gaul di kelas, berita berdirinya Antac saja aku tidak menyadarinya.

Setelah membentuk Mana Otak Genk, kehidupan di SMA mulai berubah drastis. Suatu saat, entah kenapa aku galau berat. Aku ingin sekali punya pacar. Apa-apaan ini?

Aku tidak biasa dengan perasaan ini. Mencoba mengikutinya. Berkali-kali melirik murid perempuan yang ada di kelas tapi rasanya cara ini keliru. Teramat mengerikan jika dipikir lebih dalam.

Mengapa aku bertingkah serendah ini? Mencoba mencari cara yang lebih wajar. Teman perempuan, kata itu muncul di kepala. Jika punya beberapa teman perempuan, aku pikir bisa berkenalan dengan temannya yang tentunya perempuan juga.

Pikiranku mengarah kepada Ana yang saat itu adalah teman perempuan satu-satunya yang akrab dan juga dia anggota Mana Otak Genk. Dihiasi rasa malu, aku meminta bantuannya untuk mengenalkan aku pada temannya, dengan harapan bisa menemukan perempuan yang cocok untuk menjadi pacar.

Akhirnya Ana mengenalkanku kepada temannya yang bernama Ena. Ana memberikan nomor ponsel Ena. Sesampainya di rumah, dengan penuh perasaan ragu dan gugup, aku mencoba mengirimkan pesan kepadanya. Tidak pernah belajar untuk berkenalan dengan baik. Aku langsung bertanya, “Boleh kenalan?”

Perasaan yang campur aduk. Rasanya saat itu bukan aku yang sebenarnya. Ada apa denganku?

Tidak lama kemudian ponsel berbunyi. Dia setuju untuk berkenalan. Aku langsung melanjutkan, ini sebuah pilihan. Rasanya jika aku tidak mencoba berusaha mencari kekasih, aku tidak akan pernah paham tentang cinta yang sebenarnya. Bicara apa aku ini?

Kami saling membalas pesan singkat meskipun sedikit kaku tapi aku berhasil mengenalnya. Suatu hari, Ana memintaku untuk ketemuan dengan Ena. Saat itu jam istirahat, kami akan bertemu di kantin.

Sebenarnya sebelum ini, dia sudah pernah melihatku, aku juga sepertinya sudah pernah melihatnya, hanya saja aku malu dan pura-pura tidak melihat. Takut salah orang juga karena kami belum pernah bertemu sebelumnya.

Aku berjalan pelan menuju kantin. Benar-benar gugup, beberapa murid di kantin menatap seolah-olah ada pemain gulat masuk ke arena. Aku ke kantin bersama Aga, anggota baru Mana Otak Genk.Dia yang membantu mencari kata-kata dan memberi tahu apa yang harus dikatakan di awal perkenalan nanti. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menemaniku ke kantin dan membantu, aku mentraktir minuman.

Melihat sekitar, rasanya ada yang melihat ke arahku. Seorang perempuan berdiri agak jauh dari tempatku. Dia melambaikan tangan, aku menghampirinya.

Saat sudah berhadapan, dia langsung memperkenalkan diri. Ternyata benar dia adalah Ena. Akhirnya kami bertemu. Saat ini perasaanku dominan gugup daripada perasaan untuk menyambut perempuan ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...