Tangan kanan kelvin kemudian masuk ke dalam Dress ,dan mulai membelai lembut.
"Mhhh," Tubuh brianna menggeliat ke kanan kiri, tiap kali merasakan tekanan pada area sensitif nya .
"Heh, apa itu nikmat," Ledek kelvin sembari menghentikan permainan tangan nya, membuat Brianna benar benar malu sekaligus Geram .
"Fuck you bastard," Umpat nya .
Kelvin hanya tersenyum kemudian bangkit dan mencuci tangan nya di westafel.
Membuat Brianna benar benar tersiksa antara ingin dan malu .
Kelvin kemudian menghampiri brianna yang kacau di sofa.
"Kamu butuh aku Marya,"
"Cih jangan merasa bangga bung, aku bahkan bisa melakukan nya sendiri untuk ku,"
"Oh ya,"
"Ya,"
"Baiklah ...kalau begitu lakukan sendiri sisanya," Kelvin kemudian bangkit dan keluar dari hotel Brianna,
Brianna benar benar geram dan mengutuk nya dengan sumpah serapah. Kemudian ia bangkit mengunci pintu nya dan masuk ke kamar menuntaskan hasrat nya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tentang Brianna
Perkenalkan, Brianna Marya William. Lahir dari rahim kekayaan, ia adalah anak tunggal William Mahendra, pewaris imperium tekstil yang menjulang tinggi dengan cabang-cabang perusahaannya yang menjamur. Ibu nya, Bernada, seorang ratu bisnis yang menguasai deretan butik dan brand pakaian papan atas. Seringnya mereka menetap di luar negeri untuk mengurus kekaisaran bisnis membuat mereka lupa memiliki anak secantik berlian. Diliputi kemewahan, ironisnya, Brianna merasa seperti yatim piatu yang kehilangan tempat untuk berbagi suka duka. Kesunyian itu menghantarkan nya mencari serpihan kebebasan di luar sana, di luar kemilau harta yang tak pernah bisa mengisi kekosongan hati.
Ia juga mengenyam pendidikan di salah satu universitas bergengsi bertaraf internasional di negara nya, tubuhnya yang menjulang tinggi 175 cm dan berat 65 kg sering kali membuat orang salah mengira usia nya yang sesungguhnya. Rupanya, gen campuran dari sang ayah, blasteran Inggris-Indonesia, menjadi warisan yang nyata. Di tengah kesibukan kuliah, ia juga mulai merambah ke dunia bisnis, mengambil alih kendali salah satu perusahaan milik keluarga dibantu oleh asisten kepercayaan William. Harapan william begitu besar, setelah anaknya wisuda, ia begitu berharap anak tunggalnya itu akan lebih terlibat dan membawa inovasi pada salah satu cabang perusahaan.
Ketertarikan Brianna pada kehidupan bebas bermula saat ia mengerjakan sebuah tugas kuliah secara berkelompok di rumah. ia dan salah satu temannya yang bernama Andre dikelompokkan jadi satu karena jarak rumah mereka berdekatan. Siang itu Andre datang membawa tugas ke rumah.
"Permisi pak, bisa bertemu Brianna?" sapa Andre pada satpam penjaga rumah.
"Oh, Andre ya? Silakan masuk, tadi Non Anna sudah berpesan."
"Oh baik, terima kasih Pak."
Andre, seorang pria bertubuh atletis, anak basket dengan tinggi 180 cm dan memiliki kulit putih, ia keturunan Perancis. Brianna yang melihat Andre datang segera menghampiri.
"Hey ndre masuk yuk."
"Thank you by the way lu tinggal dirumah sendirian."
Tanya andre seraya mengikuti Brianna masuk ke dalam rumah
"Hmm gak juga sih ada mbak dapur, supir dan penjaga rumah yang memang tinggal disini yuk kita ke atas."
Di rumah besar itu, terdapat beberapa sosok yang sudah seperti keluarga sendiri. Mbak Tuti, yang berusia 45 tahun, bekerja dengan setia sebagai asisten rumah tangga. Bang David, yang berumur 27 tahun, bertanggung jawab sebagai supir. Sedangkan Pak Sapri, penjaga keamanan rumah, seringkali tertidur lelap karena usia senjanya yang sudah tidak memungkinkan dia untuk terlalu banyak bergerak, hingga terkadang sepertinya ia pun tak akan sadar jika ada pencuri yang masuk.
Namun, walaupun rumah itu terasa ramai, baginya bagaikan kuburan yang hening; tak ada gelak tawa antara seorang anak dengan kedua orang tuanya yang hangat dan penuh cinta.
"Tolong bawakan cemilan dan dua jus jeruk ke atas, ya Mbak," teriak Brianna.
"Baik, Non," jawab Mbak Tuti dengan suara lembutnya.
Begitu sampai di kamar, Brianna langsung menyiapkan laptop dan tumpukan buku untuk mengerjakan tugas, begitu pula dengan Andre, yang juga tampak sibuk dengan bukunya. Suasana menjadi sangat tenang, hanya suara ketukan tombol laptop dan gesekan pena di atas kertas yang terdengar, memecah kesunyian yang menyelimuti ruangan.
Andre terlihat begitu tampan meski hanya mengenakan kaos berwarna putih dan celana pendek.
sedang Brianna hanya mengenakan tanktop bewarna cream dan hotpants. ya gadis iti memang terbiasa begitu jika di dalam rumah.
*tok ..tok.*
"Iya mbak masuk."
"Ini minum ama cemilan nya non mbak kembali ke dapur dulu non."
"Oke makasih mbak."
"Lo sexy juga ternyata Brian."
Ucap andre seraya menatap ke arah Brianna.
"Ups...sorry ndre..apa gue perlu ganti baju, gue biasa begini kalau dirumah."
"Enggak perlu udah itu aja biar gue semangat ngerjain tugas nya ."
"Yee...bisa aja lo."
Sahutku sambil melempar penghapus ke arah nya.
"Hahahaha kan gue normal Brian, bokap nyokap lo kemana."
"Biasa lagi ke LN mungkin minggu depan baru balik, yaudah kita mulai yuk Ini laptop nya juga udah siap."
Karna andre tidak membawa laptop akhirnya mereka pun join laptop, posisi mereka saling telungkup berdampingan di lantai kamar yang di lapisi permadani.
"Lo dirumah punya adik."
Tanya Brianna pada andre. sebuah pertanyaan yang sengaja ia lontarkan untuk memecah ketegangan karena berdampingan dengan andre membuat nya salah tingkah. Andre sendiri adalah salah satu pria idaman di kampus karena ia tampan dan anak basket.
"Sama aja ama lo, gue juga anak tunggal Brian, ini harus banget ya kita ngerjain 5 halaman."
"Ya mau gimana lagi ndre tugas nya begitu."
Entah mengapa, jantung Brianna berdebar saat sadar Andre mencuri pandang ke arah dada. Ada rasa malu yang tiba-tiba menyelimuti, membuat pipinya merona. "Yaudah, oke, kita kerjain," ucap Andre, berusaha meredam situasi yang tiba-tiba menjadi canggung.
Kesenyapan terasa begitu panjang saat kami sibuk dengan soal masing-masing, seolah tiap detik bergulir lebih lama dari biasanya. Dalam keheningan itu, tiba-tiba saja Brianna merasakan tangan kiri Andre perlahan melingkar di pinggang nya. Alih-alih menepis, ada bagian dalam dirinya yang mengizinkannya, seolah-olah rasa diamnya adalah sebuah jawaban atas rasa penasaran yang tak terucap. Ini membuat detak jantungnya semakin tak menentu, terjebak di antara rasa ingin menolak dan rasa yang lain yang ingin membiarkan segalanya terjadi.
Perlahan ia rasakan tangan andre mulai meraba raba bagian bongkahan belakang nya.
Brianna mencoba memejamkan mata, merasakan setiap detik yang berlalu sebagai pengalaman baru dalam hidupnya. mereka berdua terhanyut dalam kehangatan yang mendalam, saat Andre mengangkat wajahnya dan perlahan melumat bibir ranum Brianna, Brianna memejamkan matanya dan mulai menikmati permainan nakal Andre. Semakin dalam tangan Andre pun semakin nakal, tanpa ia sadari pakaian nya telah bercerai berai. pria tampan itu membuainya dalam kenikmatan sampai mencapai puncak kebersamaan yang tak terlupakan. Setelah itu, Brianna segera bangkit, mencari tisu untuk membersihkan diri. Ia merasakan kelelahan yang menyenangkan dan memutuskan untuk berbaring kembali.
Andre memeluknya erat, mengucapkan terima kasih dengan tulus. Brianna merasa seperti melayang, tanpa rasa penyesalan, meskipun ini adalah pengalaman pertama yang sangat berarti baginya. Sejak saat itu, ia sering merasa tubuhnya merindukan sentuhan, dan terkadang ia memanjakan diri sendiri hingga terlelap dalam kelelahan.
Dengan andre adalah pengalaman pertamanya, dan sejak saat itu ia sering meminta pada andre untuk memuaskan nya. Terkadang mereka melakukan nya di sebuah hotel, di rumah Brianna bahkan terkadang di gudang kampus. Brianna benar benar ketagihan dengan kenikmatan semata itu. Apalagi Andre seringkali mengatakan jika ia mencintai Brianna dan selalu memuji setiap permainan yang diajarkan oleh Andre meski playboy kampus itu tak pernah mengartikan hubungan mereka sebagai sepasang kekasih.
Seiring bergantinya waktu Andre mulai menunjukan sifat aslinya, Andre memiliki pacar baru seorang mahasiswi yang baru saja masuk, sejak saat itu andre cenderung tak punya waktu untuk nya dan itu membuat dirinya semakin kacau.
Saat libur datang, Brianna memutuskan untuk menyegarkan diri. Dengan membayar sewa sebuah hotel di tepi pantai, ia berharap bisa meninggalkan semua penat. Di tengah perjalanan, hasrat yang sudah lama terpendam seolah menggelora. Hampir satu bulan ini Brianna mengatasi kesepian dengan cara sendiri, tanpa kehadiran Andre.