Masa remaja adalah masa yang tidak akan mudah untuk dilupakan.
Bahkan ketika usia yang sudah renta atau jika kita telah memiliki pasangan sampai punya anak, masa remaja lah yang paling diingat oleh sebagian orang.
3 bulan telah berlalu, Aufa masih betah dengan statusnya yang single.
Namun itu tidak akan berlangsung lama, apalagi sekarang ia sudah dapat kenalan baru semalam.
Seseorang itu masuk dalam kriteria laki-laki idamannya. Jika Aufa beruntung, laki-laki itu ingin mengutarakan perasaannya kepada Aufa, mungkin bisa dipikirkan dan bakalan diterima oleh Aufa sebagai pacarnya.
Usia yang masih berpikiran labil, belum dewasa dalam bersikap masih cinta-cinta monyet memang kebiasaan anak-anak remaja dulu hingga pacar.
"Halo, dengan siapa saya berbicara?" Canda Aufa menerima telfon dari nomor baru.
"Ehem.. bisa bicara dengan Aufa?"
"Siapa sih ini? hummmm...jangan bilang ini dengan Dicky" Batinnya dalam hati.
"Dicky ya?" Tebaknya dengan ragu
"Iya, ini saya Dicky. Yang semalam minta nomor hpmu itu loh" balasnya dengan senyum
"Ooooohh.. oke. Ada apa dan bagaimana?"
Setelah tahu bahwa yang menelfon adalah laki-laki yang baru saja dipikirkan, Aufa mulai grogi dan salah tingkah sampai tidak bisa lagi berkata-kata.
"Tidak. Hanya mau telfon saja. Memangnya kenapa? Ada yang marah ya?" Selidiknya sambil menyipitkan mata bulatnya.
"Humm.. nggak juga sih. Siapa yang mau marah? Orang tuaku?" Jawab Aufa dengan mulut manyung.
"Siapa tahu saya telfon begini, pacarmu dia marah kan nggak enak saya." Keluhnya.
"Santai saja, Dicky. Saya ini nggak punya pacar. Biasa, lagi jomblo. Hehehe" balas Aufa dengan malu-malu.
"Wah, kabar baik itu. Berarti saya bisa dong mendaftar, Hehehe.."
Ternyata laki-laki itu sama saja ya. Tidak malu untuk bertanya sama perempuan yang baru dikenalnya.
"Kayaknya kamu sudah biasa dih ngomong seperti itu?" Tanya Aufa penuh selidik.
"Iyaaa.. ada yang salah ya dengan pertanyaanku tadi?" Lagi-lagi jawaban itu yang selalu Aufa dengar dari semua laki-laki yang pernah dekat dengannya.
"Nggak salah sih. Hanya kayak mudah saja gitu loh." Jawabnya dengan nada malas.
"Loh. Kamu marah ya Aufa? Maafkan saya deh kalau ada pertanyaanku yang buat kamu marah." Balas si Laki-laki yang baru dikenalnya semalam.
"Hehehe.. nggak apa-apa lah. Kayaknya saya saja ini yang berpikiran macam-macam sama kamu. Soalnya sudah trauma dengan laki-laki. Hehehe" canda Aufa.
"Iya, deh. Oh ya, kamu beneran jomblo kan? Kalau iya, boleh nggak saya telfon atau sms-san sama kamu?" Tanyanya dengan penuh harap.
"Boleh toh. Masa nggak." Balas Aufa dengan senyum tipis.
Dicky adalah laki-laki kedua yang dipacari setelah Radit.
Aufa dan Radit berpacaran hampir setahun lamanya, namun putus karena Radit selingkuh darinya.
Pacaran jarak jauh memang tidak akan bertahan lama apabila salah satu di antara pasangan tidak saling percaya dan tidak setia.
Setelah perbincangan melalui telfon antara Aufa dan laki-laki yang dikenalnya di acara joget beberapa hari yang lalu, Aufa selalu ditelfon dan di sms oleh Dicky.
Hampir setiap hari mereka bertukar kabar, namun masih lewat telepon belum pernah bertemu secara langsung setelah perkenalan di malam joget itu.
Aufa sudah benar-benar melupakan Radit, mantan pertamanya. Bahkan dia seperti tidak sedang dalam putus cinta. Ya, sekarang Aufa sudah membuka hatinya kembali untuk yang baru.
Dia berharap bahwa Dicky adalah laki-laki yang baik, tidak memainkan hati perempuan apalagi sampai menyakiti.
Suatu malam, tepatnya di malam minggu tepat di hari ulang tahun Aufa yang ke-17 Dicky menyatakan cintanya
"Halo, Aufa" dengan suara sedikit gemetar.
"Ada apa, Dik. Kok suara kamu agak lain tidak seperti biasanya?" Tanya Aufa agak heran.
"Mau nggak kamu jadi pacarku?" Tembaknya dengan sedikit hati-hati.
"Humm.. gimana ya?" Balas Aufa dengan pura-pura berpikir.
Padahal dia juga sebenarnya suka sama laki-laki berkulit sawo matang itu.
"Gimana, mau nggak, Fa?" Berharap bahwa cintanya tidak ditolak.
"Iya, Dik. Saya mau kok. Hehehe.." jawab Aufa dengan senyum tapi masih deg-deg kan karena tidak percaya bahwa dia secepat itu punya pacar lagi.
"Terima kasih, Aufa. Sayang kamu, I Love you"
laki-laki berambut ikal itu benar-benar bahagia malam itu.
"Hehehe, I Love you too"
balas Aufa dengan sumringah.
Malam minggu, malam pergantian hari di mana Aufa telah memasuki usia dewasa, usia yang sudah matang menurut data KTP dan seharusnya bisa pergi ke manapun tanpa khawatir.
Tetapi tidak dengan Aufa, orang tuanya begitu hati-hati dalam mendidiknya karena dia adalah anak sulung dan anak perempuan satu-satunya yang besar.
Mama papanya tidak membolehkannya bepergian sendirian, apalagi di usianya yang sekarang, usia yang rawan apabila berpacaran bebas tanpa pengawasan.
Kedua orang tua Aufa tahu bahwa anak kesayangannya itu sudah punya pacar lagi, jadi mereka tidak akan pernah membiarkan Aufa pergi ke mana-mana tanpa seizin keduanya.
"Kalau seumpama kamu mau bertemu dengan la Dicky secara langsung atau nanti dia mau ajak kamu ketemuan, jangan pernah bertemu di luar atau di jalan, bahaya."
"Pokoknya kamu harus ketemu di rumah tapi harus ada Mama dan bapak baru bisa."
Pesan kedua orang tua Aufa.
"Iya, Mama. Umbe, bapak"
Begitulah, Aufa anaknya tidak berani membantah selagi demi kebaikannya.
Aufa memang tidak pernah merahasiakan sesuatu kepada kedua orang tuanya. Apapun dia cerita kepada mereka, dari masalah pribadi, masalah tugas sekolah, masalah dengan teman-temannya atau apapun itu yang tidak bisa diceritakan ke orang lain Aufa hanya berani cerita dengan Mama dan Bapaknya.
Alhamdulillah, kedua orang tuanya bisa dipercaya dan tidak menghakimi apalagi terlalu menggurui ketika mendengarkan curhatan anak-anaknya.
Jika ada yang salah dari perbuatan mereka, kedua orang tuanya hanya memberi nasehat dengan pelan meski pernah Aufa menangis sejadi-jadinya karena nasehat dari bapaknya yang agak keras.
Tidak terasa sudah sebulan Aufa dan Dicky menjalin kasih jarak jauh tanpa bertemu meski sekali.
Tiba-tiba Dicky menghubungi Aufa bahwa dia mau bertemu dengannya.
"Sudah lama saya nggak lihat mukamu, Fa sudah sebulan kalau nggak salah."
Pesan teks yang dikirim oleh sang pacar kepada Aufa.
"Iya ya, ternyata kita sudah 1 bulan pacaran. Mau bertemu di mana?"
Teks dikirim ke Dicky. Begitu nama kontak yang tertulis di layar hp Aufa
"Ketemu di mana ya? Tapi kamu kan nggak boleh ketemuan sama saya di luar selain di rumahmu kan? Itupun harus ada Mama dan bapakmu baru boleh kita ketemuannya." Keluhnya.
"Ya begitu memang peraturannya. Hahahha" canda Aufa dengan muka biasa saja.
"Baiklah. Sampai ketemu besok di rumahmu, Aufa."
Bagaimanakah reaksi kedua orang tua Aufa ketika bertemu dengan pacar baru anak sulung kesayangannya? apakah akan ada perselisihan atau pertentangan dari keduanya?
Ditunggu episode selanjutnya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments