Kenalan baru Aufa

"Kita PUTUS, oke. Jangan hubungi saya lagi, STOP."

Aufa langsung mematikan hpnya dan memblokir nomor Radit begitu saja.

Seminggu setelah Aufa memutuskan hubungan dengan Radit, pacar pertamanya. Ia terlihat tidak bersemangat. Pacar pertama memang susah untuk dilupakan, begitu kata orang-orang.

Kring kring kriiiing...

hp Aufa berbunyi, tanda panggilan masuk.

"Siapa ini? Kok nomor baru? Malas saya begini kalau ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal" keluh Aufa pelan.

"Halo, dengan siapa ini?" Tanya Aufa dengan jengkel.

"Ini saya, Rangga temannya Radit."

"Rangga? Ada apa nelfon? Ada yang bisa saya bantu?" Jawab Aufa masih nada jengkel.

"Tidak juga. Saya hanya mau tanya saja. Kamu putus ya sama Radit?"

"Malas saya gubris pertanyaan nggak penting ini." Batin Aufa.

"Iya." Jawabnya dengan ogah.

"Humm, ini loh Radit. Dia pusing katanya ini, kerjaannya cemberut mulu setiap hari. Pengen kembali sama kamu lagi katanya ini."

Rayunya kepada Aufa.

"Alasan itu lah. Macam saya nggak tahu saja sifatnya. Saya itu sudah 3 kali kasih kesempatan sama dia lah, tapi nggak tobat-tobat, masih mengulang terus kesalahan yang sama. Malas saya, capek tahu." Masih jawab dengan nada jengkel.

"Berarti ini tidak mau maafkan dia lagi?"

"Umbe(iya). Sudah dulu ya."

Aufa menutup telfonnya dan tanpa berlama-lama ia langsung memblokir nomor Rangga.

"Ma, saya izin mau ke rumahnya Mentari eee," pamit Aufa ke mamanya.

"Iya."

Mama Aufa memang seperti itu. Dia tidak melarang anak sulungnya main ke rumah temannya.

Apalagi itu Mentari, sahabat Aufa sejak kecil. Tidak ada alasan untuk berkata tidak, apalagi mama Aufa sudah mengenal sifat-sifat sahabat dan teman-teman dekatnya.

Hari ini, Aufa dan Mentari sepakat untuk jalan-jalan sore di jalan 25, jalan yang baru di aspal oleh bapak bupati untuk desa mereka.

Jalan 25 adalah tempat kantor-kantor baru di kabupaten Buton. Seperti Kantor Bupati, Kantor Agama, Rumah sakit Umum, Kapolres dan masih banyak lagi.

Selain itu, jalan 25 masih minim dengan rumah penduduk, pemandangannya masih sangat indah belum ada polusi udara dan kendaraan yang berlalu lalang. Sangat cocok untuk anak muda ataupun orang tua untuk sekedar jalan pagi atau sore.

Sudah sebulan Aufa tidak lagi memikirkan Radit. Hari-harinya ia habiskan dengan sekolahnya dan jalan-jalan bersama Mentari dan ke tujuh temannya.

Seperti biasa mereka pergi berjalan-jalan sore, berkumpul sambil mengerjakan tugas-tugas sekolah mereka.

Masa muda yang begitu indah.

Di zaman Aufa dan teman-temannya semasa SMA, belum ada yang punya hp Android ataupun hp Iphone (hp boba)  masih hp merek Cina dan merek Blackberry.

Belum ada Instagram, WhatsApp ataupun Aplikasi canggih lainnya.

Di zaman sekolah Aufa, ia dan teman-temannya ketika berkumpul mereka begitu menikmati momen sambil bercerita tanpa ada di antara mereka fokus dengan hpnya.

Tidak ada senyum palsu, hanya ada kebahagiaan yang tidak akan bisa didapatkan di zaman sekarang.

"Aufa, kita ke joget yuk di lapangan" ajak Mentari lewat telpon.

"Ayuk. Hahahha" tanpa berpikir panjang Aufa langsung mengiyakan.

"Ma, mau ke joget dulu eee sama Mentari."  Seperti biasa harus izin ibu negara dulu.

"Humm" jawab Mama Aufa singkat.

Tanpa basa basi Aufa langsung buka pintu menuju rumah Mentari, takut mamanya berubah pikiran.

Aufa dan Mentari memang suka joget, di mana ada joget selama masih di dalam kampung, mereka selalu ada.

Namanya juga menikmati masa muda, belum tahu hal itu bisa membuat Allah marah.

Pikirannya masih sangat labil, Aufa pun belum pakai kerudung. Masih belum diizinkan sama Bapaknya karena takut rambut panjangnya rontok katanya.

Hanya Mentari yang sudah memakai kerudung sejak ia SMP. Semasa Aufa SMP di tahun 2007 sampai 2010 dan SMA tahun 2010 sampi 2013 perempuan yang mengenakan kerudung masih sangat kurang. Bisa dihitung dengan jari.

Di dalam kelas SMA Aufa yang mengenakan kerudung hanya 3 orang saja, tetapi perempuan wajib memakai rok panjang dan bajunya pun tidak transparan.

Adapun kalau transparan, kebanyakan mereka memakai dalaman kaos termaksud Aufa. Tidak seperti sekarang hampir semua anak perempuan yang berumat muslim memakai kerudung.

Tetapi itu hanya di sekolah saja, kalau di rumah atau di luar rumah sebagian dari mereka masih nyaman dengan memamerkan rambut indahnya.

Terkadang masih ada juga anak sekolah berpakaian sangat minim, Naudzu billah.

Sesampainya di lapangan, Aufa dan Mentari bertemu dengan teman-temannya dan mulai pergi ke tengah lapangan untuk joget.

Musik dangdut dan dj di zaman itu begitu indah, sangat cocok untuk berjoget. Musik kelima dimainkan dan tiba-tiba ada seseorang yang tidak dikenal mengajak Aufa untuk berjoget, begitu memang cara mainnya.

Laki-laki mengajak perempuan untuk dijadikan pasangan jogetnya. Jika ada perempuan yang menolak, maka kacaulah acara jogetnya karena si laki-laki marah dan nggak terima jika ditolak.

Mau nggak mau Aufa hanya mengiyakan saja meski sedikit ragu dan malu-malu.

"Boleh kenalan nggak?" Bisik si laki-laki sambil berjoget mengikuti alunan musik.

"Humm, boleh. Namaku, Aufa" balas Aufa dengan nada juteknya.

"Nama yang cantik. Saya, Dicky," balas si laki-laki berambut ikal itu.

Setelah musik pertama selesai, ternyata laki-laki itu masih mengajak Aufa untuk berjoget kembali, sudah ke tiga kalinya Aufa diundang joget olehnya.

"Bisa minta nomor hpnya nggak?" Pinta Dicky kepada Aufa dengan senyuman manisnya.

"Humm, saya nggak bawa hp." Jawab Aufa dengan nada malu-malu.

"Tapi hafal kan?" Balas Dicky dengan nada harap. Sambil berpikir panjang, akhirnya Aufa pun membacakan nomor hpnya kepada laki-laki yang baru dikenalnya.

"Aufa, pulang yuk sudah tengah malam nih. Takut kita kena ngomel sama mama." Ajak Mentari.

Tanpa berpikir panjang Aufa pun langsung pergi mengikuti Mentari untuk pulang. Kebetulan badan-badan Aufa sudah mulai lemas.

 

Bagaimanakah kelanjutan hubungan Aufa dengan laki-laki yang baru dikenalnya? Adakah cinta pandangan pertama dari Dicky terhadap Aufa? Ditunggu ya, gays semoga suka dengan ceritanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!