Seorang pemuda bersandar santai di bawah pohon rindang. Pakaiannya sudah hilang warnanya, serat-seratnya sudah terlihat jelas saking seringnya dicuci. Tapi anehnya, pakaian itu tidak terlihat lusuh, malah terawat dengan baik. Ia tampak seperti pemuda sederhana, atau lebih tepatnya, pemuda yang sangat miskin.
Di sampingnya, ada keranjang besar berisi jamur kayu aneka ragam. Ia menguap, merentangkan badannya yang pegal setelah seharian penuh mencari jamur herbal. Sejak pagi buta, saat kabut masih tebal di hutan, ia sudah menyusuri setiap celah pohon yang tumbang dan setiap batang yang melapuk. Setiap jamur yang ditemukannya adalah setetes keringat dan harapan. Dengan napas panjang, ia berganti posisi dari duduk menjadi rebahan. Sebuah buku tua, yang halamannya hanya tersisa beberapa lembar, ditengkurapkannya ke wajah, sengaja untuk menghalangi terik matahari agar bisa tidur sejenak. Ia pun terlelap.
Sampul buku itu bertuliskan "Awal Era Baru". Dilihat dari cetakannya, buku ini pasti lebih tua dari kakek-buyutnya, bahkan mungkin lebih tua dari desa tempat ia tinggal. Ia membeli buku ini di pasar setelah menjual jamurnya. Awalnya ia yakin harganya masih terjangkau. Tapi setelah buku itu di tangan, ia berjalan pulang sambil merenung.
"Tunggu dulu," pikirnya. "Sebenarnya ini mahal sekali, kan?"
Harganya sangat tidak masuk akal untuk sebuah buku tua yang halamannya sudah compang-camping. Tapi ia sudah terlanjur membelinya, bukan cuma karena hobi membaca, melainkan juga karena hatinya yang terlalu lembut. Ia tidak tega menolak permintaan nenek tua penjual buku yang saat itu hanya ditemani cucu kecilnya yang kurus.
"Nak, ini peninggalan kakek buyutku. Awalnya buku ini utuh, tapi sekarang cuma sisa beberapa lembar," kata nenek itu, suaranya serak. "Sebenarnya ini warisan berharga, tapi memberi makan cucuku sekarang jauh lebih penting. Tolong bantu nenek ya, anak manis!"
Mao Yu, yang juga tahu rasanya susah, tahu betul arti kata "memberi makan" itu. Melihat mata cucu kecil yang berbinar menatap buku, ia tahu dirinya tidak punya pilihan. Maka, tanpa banyak pikir, ia langsung membeli buku itu, seolah-olah tabungannya yang terkuras tidak sebanding dengan senyum si nenek.
Sekian waktu berlalu, Mao Yu terbangun, menyingkirkan buku dari wajahnya. Ia bergumam, "Awal era yang baru... Hmm."
Ia membolak-balik halaman yang tersisa. "Cerita pengantar tidur? Sajak-sajak yang berlebihan," pikirnya.
Isinya tentang manusia yang memerangi iblis selama ratusan tahun, kisah pahlawan heroik yang tak pernah lelah, dan kebaikan yang pada akhirnya mengalahkan kejahatan. Ah, klise sekali. Kisah seperti ini mungkin hanya ada di buku. Di desa kecilnya, kejahatan terbesar adalah babi tetangga yang merusak kebun, dan pahlawannya adalah petani yang berhasil mengusirnya.
"Hahaha..." Mao Yu tertawa hambar, air matanya menetes. "Aku menghabiskan hampir separuh tabunganku... hanya untuk kertas ini."
Ia teringat impiannya: bekerja keras, menabung, lalu pergi ke desa sebelah untuk mendaftar ke salah satu sekte di sana. Ia tidak muluk-muluk, cukup jadi anggota terluar saja sudah lebih dari cukup. Asalkan bisa makan tiga kali sehari dan punya atap yang tidak bocor, itu sudah surga baginya.
"Ya sudah lah. Waktunya pulang."
Ia bangkit dengan sigap, melempar buku tua itu ke keranjang, lalu menggendong keranjangnya dalam satu gerakan cekatan. Matanya menatap jalan pulang. Pandangannya sayu, tapi ada tekad yang membara di sana. Tekad yang tidak akan goyah, meskipun separuh tabungannya sudah berubah menjadi cerita usang.
Itulah Mao Yu, seorang pemuda 16 tahun dari desa kecil yang hanya dihuni dua puluh rumah, yang sekarang kembali ke rumahnya dengan separuh tabungan yang hilang dan mimpi yang tetap utuh. Sebuah awal yang baru, mungkin tidak hanya di buku itu, tapi juga untuk dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Jamur Kayu
2022-08-29
1
Bebas merdeka
di coba
2022-05-22
0
Bebas merdeka
sip
2022-05-22
0