▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Titt... Titt...
Alarm pagi yang selalu memekakkan telinga, adalah permulaan yang tidak menyenangkan di hari senin ini, upacara bendera yang setiap minggu dilaksanakan, pelajaran kimia dan matematika di hari yang sama. Sungguh aku benci hari senin.
06.15
Ku matikan alarm laknat ini dan aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Hanya sendirian di rumah ini, sunyi dan terasa dingin. Ayahku yang tidak peduli denganku dan hanya bisa mengucapkan kata-kata yang tidak mengenakkan di telinga ketika bertemu dengan ku.
Pria itu sedang di luar negeri sekarang, aku tidak tahu dan tidak peduli di negara apa yang sedang ia tinggali saat ini. Pria itu bahkan tidak layak dipanggil dengan sebutan ayah.
Mengingat apa yang dulu dia lakukan kepada ku dan ibuku membuat rasa sakit, benci dan amarah dalam hati ku semakin mencuat. Entah apa yang membuatnya sebenci itu pada kami, aku tidak tahu.
Sudahlah,
Lebih baik aku mencari orang yang dapat menerimaku apa adanya.
Tapi, apakah mungkin ada seseorang yang dapat menerimaku apa adanya? Bukankah itu mustahil?
Aku hanya terkekeh pelan.
Bukankah hidup itu tidak adil?
Setelah selesai bersiap siap untuk ke sekolah, aku pun mengambil kunci motor dan mulai berangkat ke sekolah. Sungguh tidak ada yang menarik pagi ini. Membosankan seperti biasanya.
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Akhirnya aku pun sampai di sekolah dengan aman. Kulangkahkan kakiku menuju kelas dan tiba-tiba...
"Eh, maaf gue ngak sengaja numpahin minuman ke baju lo." Gadis itu meminta maaf tapi tidak ada rasa bersalah di raut wajahnya, sepertinya ada hal yang dia rencanakan terhadap ku, atau aku yang terlalu overthinking.
"Hmm..." balas ku acuh dan segera pergi karena mungkin saja dia akan melakukan hal yang lebih dari ini.
"Maafin adek gue ya, dia emang kayak gitu orang nya, agak ceroboh." Ucap seorang yang tiba-tiba berdiri di belakang ku. Wajah nya terlihat familiar, tapi siapa ya?.
"Lo siapa?" Tanya ku.
"Than!. Ini gue, Dina. Masa lo lupa sihhh, kita kan pernah sekelas waktu kelas 10." Ucapnya kepada ku. Aku mengangguk paham. Padahal aku masih lupa.
"Iya, gue maafin. Bilang ke adek lo, sekali lagi numpahin minuman di baju gue, gue patahin lehernya." Ucapku ngasal kepada gadis bernama Dina itu. Dia terkejut, lalu mengangguk cepat.
"Buset! ngeri amat. Sekali lagi gue minta maaf ya." Ucap nya kepadaku.
"Hmm... " Aku langsung pergi dari hadapannya.
Aku pergi ke lokerku terlebih dahulu untuk mengambil baju simpanan yang sewaktu waktu dapat aku gunakan jika kotor.
Selesai berganti baju, aku pun masuk ke kelas dan melihat semua orang sibuk mengerjakan pr kimia, aku sih bodo amat karena aku memang tidak peduli dengan kimia.
"Than!! Lo bikin pr kimia ga?" tanya sahabat ku, Alexandra.
"Kagak bikin gue." Balas ku santai sambil meletakkan tas di kursi.
Xandra yang mendengar ku mengucapkan hal itu langsung menghentikan kegiatan salin menyalin pr kimia, lalu menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa lo? Kayak ga tau gue aja." ucap ku.
Lalu xandra langsung memukul kepalaku dengan pena.
"Awww... Paan sih mukul mukul segala." Ucap ku kesal.
"Lo lupa, atau gimana sih?! Kalau lo ga bikin pr lagi, bisa-bisa bu Beti bakal ngadu lagi sama bokap lo!"
"Biarin aja lah! Capek gue." Ucapku malas.
"Than, please, kali ini lo nurut sama gue ya. Gue ga mau lo dikasarin sama bokap lo lagi. Kalau lo ga mau, sini gue buatin pr lo." Ucap xandra berusaha untuk membujuk ku.
Aku terdiam sejenak, memang minggu lalu guru kimia ku, bu Beti. Mengadukan ku kepada ayah. Saat pulang sekolah,ayah langsung menelponku dan marah-marah,membentak dan menyebutku binatang. Itu memang hal yang sangat buruk.
"Tau ah, males gue! Gua udah biasa di bilang binatang. Lagian ngapain lo yang ngerjain tugas gue? Bodo amat lah." aku memang sudah tidak peduli dengan pria tua itu. Dia menyebutku binatang, menyebutku anak tidak tahu terimakasih, anak tidak tahu di untung, anak tidak berguna, di bentak, itu sudah biasa dalam hidupku.
Xandra masih menatapku dengan khawatir. Xandra selalu baik padaku dan selalu khawatir dengan ku. Walaupun keluarga nya bahagia dan tidak sepertiku, tapi dia mengerti posisi ku saat ini.
"Xan, kok lo mau sih temenan sama orang kayak gue?" Tanya ku tiba-tiba yang membuat Xandra bingung.
Gadis berambut pirang itu menatap ku lama. "Lo ngomong apa sih?! Lo itu sahabat gue yang terbaik. Kenapa sih tiba-tiba nanya kek gitu?".
"Lo nggak malu gitu, punya sahabat kayak gue?" Tanyaku pada xandra.
"Kenapa malu?"
"Gue ini sakit, gue sering bolak balik ke psikiater. Gue ngerasa ga pantes jadi sahabat lo." Ucap ku pelan.
"Than, lo kenapa sih? Berkali-kali gue bilang, lo itu udah sembuh. Lo ga sakit apa-apa. Sampai kapan pun lo tetap jadi sahabat gue yang terbaik." Ucap xandra lalu memeluk ku erat.
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Bel pulang pun berbunyi, semua siswa bergegas untuk kerumah masing-masing. Tetapi aku tidak ada niat sedikit pun untuk pulang ke rumah ku.
Hatiku benar-benar terasa kosong, aku merasa seperti tidak punya tujuan.
"Than!" Panggil xandra mengejutkan ku.
"Kok akhir-akhir ini lo sering ngelamun? Cerita sama gue ya?"
Aku menggeleng lemah, "Gue nggak apa-apa kok, cuma mikirin 'nanti malem makan apa ya?' gitu doang" Ucap ku ngasal.
Xandra masih diam menatapku, dia terlihat masih belum percaya dengan jawaban yang ku berikan.
"Lo pikir gue bakal percaya gitu?"
"Iya" Balasku singkat.
Xandra menghembuskan napasnya kasar.
"Than, lo kerumah gue aja gimana? Daripada sendirian di rumah." aku memang tidak berniat untuk pulang, tapi aku juga tidak ingin kerumah xandra.
Aku hanya... Takut merepotkan orang lain.
"Ga usah, gue kerumah aja, gue gapapa kok sendirian." xandra masih menatap ku dengan tatapan khawatir.
"Serius?"
"Gue serius, Alexandraaa." Ucapku sambil tersenyum sebagai jawaban dari pertanyaan xandra.
"Eh, tapi-"
"Lo pulang gih, tuh abang lo udah jemput." ucapku sambil mendorongnya untuk segera pulang.
"Bye..!"
Aku masih berdiri dari kejauhan melihat keakraban antara xandra dengan kakak nya. Mereka membuat ku iri. Tanpa sadar aku tersenyum tipis.
Kapan aku bisa seperti dia? Merasakan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan?
Sudah lah, sepertinya semua itu tidak akan pernah bisa ku rasakan.
Aku menengadahkan kepalaku menghadap langit.
kebahagiaan, hanya itu yang aku inginkan.
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
Jangan lupa like, comment dan tambahkan ke favorit.
Maapkeun typo bersebaran
Salam hangat
_ThePaleCat
▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️▫️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Mei wahyuni
kasian juga si tania udah di bentak di katain pula oleh ayahnya kalo gue di posisi nya si tania udah ku bejek bejek tu tuan Bangka
2021-12-06
2
Kamaludin Romadhon
Gua aja semua pelajaran blank
2021-05-11
1
Hallo^^
kenapa aku gak bisa liat chap nya selalu ada tulisan silahkan coba lagi padahal koneksi ku bagus bagus aja
2020-12-24
1