02

Saking seringnya proposalku Anniv aku mulai menyerah dan menggeluti dengan serius hobbyku yaitu jalan-jalan dan bercengkrama dengan kehidupan santai juga menjalani apa yang harus dijalani.

Katakanlah aku kabur dari realita hidup yang harus kuhadapi. Sejauh ini, bukannya menghadapi aku memilih untuk melupakan bahwa aku punya kewajiban menaruh gelar dibelakang namaku dan berhenti menghambur-hamburkan hasil jerih payah ibuku.

Kian hari ibu makin mengeluh tentang upah yang harus di dapat semenjak pemerintahan menerapkan kebijakan yang namanya BPJS. Susah payah beliau belajar, mengeluarkan dana yang amat sangat besar mendapat gelar, melakukan layanan sosial ke satu tempat ketempat lain, dengan susah payah kinerjanya diakui negara hingga bisa menetap lalu membuka praktek sendiri.

Sesulit itu tapi semenjak ada kebijakan itu, katanya kinerjanya dinilai layaknya jasa kang prarkir. Sedikit mengenaskan memang tapi apa dayaku bahkan yang kulakukan malah menutup mata dan masa bodoh. Saat ini, aku tengah berada di punjak gunung bawakaraeng bersama teman-teman mapala unhas.

Gunung Bawakaraeng adalah sebuah gunung yang terletak di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.850 meter di atas permukaan laut.

Medannya luar biasa bahkan amat sangat luar biasa untuk pendaki baru tapi bagiku walaupun sudah beberapa kali ke tempat ini, setiap kunjunganku membawa kesan baru yang membekas disetiap perjalanannya.

Ya, jangan remehkan fisikku yang kecil tapi, begini-begini aku sudah kesekian kalinya berada di tempat ini. Setelah menempuh perjalanan jauh, dengan peluh yang masih melengket dibadan, dan nafas yang masih diatur, kini aku tengah duduk santai menikmati pemandangan dengan perasaan damai juga segelas kopi hangat ditangan. Tanpa kusadari seorang senior duduk di sampingku.

"Sudah merasa lebih tenang?" Tanyanya tanpa menoleh padaku dan ikut menatap apa yang ada dihadapan kami saat ini.

"Mmm" jawabku singkat karena enggan merusak suasana hati.

Sosok itu sempat terdiam lama begitupun aku, tak seorang pun yang membuka bahan pembahasan lagi diantara kami hingga seseorang dari sudut lain berteriak memberi perintah bahwa sudah saatnya kami memasang tenda setelah itu makan dan beristirahat.

Setelah menginap semalam disana akhirnya kami kembali pulang ke kota makassar. Perjuangan dan deritaku belom berakhir ternyata, seperti  saat ini sungguh aku sangat malas untuk menghadapi sebuah kenyataan yang sudah lama aku hindari namun waow penyihir tiri sudah sangat memaksa untuk mendapat kabar kelulusannku sepertinya penyihir tiri itu sudah sangat jenuh karena segala alasanku yang tidak kunjung mendapatkan gelar itu jadilah aku di kirim kembali ke makassar dan meranalah aku selama aku berada di kampus.

.

.

.

.

dengan keterpaksaan akhirnya aku harus berdiri didepan ruangan pembimbing akademik, ini akan menjadi pertemuan kesekian kalinya kami setelah aku melakukan ujian proposal beberapa tahun lalu, iya beberapa tahun lalu, aku seharusnya sudah mendapat gelar dibelakang namaku jika saja rasa malas menghadapi wajah orang itu.

pintunya tertutup rapat, pintu itu telah kuketuk namun memang sepertinya didalam ruangan itu tak berpenghuni jadi kutunggu i tepat diruangannya.

aku sudah duduk beberapa jam disini tapi batang hidungnya tak kunjung nampak padahal sudah silih berganti orang lain yang memperhatikan aku juga silih berganti menanyai keperluanku.

hampir tiga jam aku duduk disana tak jelas! hingga seseorang yang salah satu teman angakatanku yang kini telah bergelar mahasiswa S2 datang.

bayangkan teman seangkatanku saja sudah S2 dan sebentar lagi proposal penelitian untuk tesisnya sedangkan aku, sarjana S1 saja ngak kelar-kelar gaysss!! bisa rasain ngak sih ini, dia pembunuhan secara tak kasat matakan??. mana dia dengan santainya duduk di sampingku dan berkata

"weee apa kau bikin disini?" (Tujuan apa kau disini)

"tunggu prof" tunjukku pada pintu didepanku yang terkunci rapat."

"eddd begitu memang kalo pernah pensiun di kampus, pergi mo dulu tar balik lagi kalo dah mau selesai jam kantor"

"logh kenapa?"

"prof itu sekarang lebih banyak diluar dibanding di kampus itu juga balik tuk absensi doang" katanya santai sambil membuka kunci gadgetnya.

"jadi gua nunggu kayak tokek mati disini ngak guna dong?"

"jelaslah, egh udah makan belum makan yuk" ajaknya mengalihkan pembicaraan.

"iya boleh, tapi gua mau makan orang boleh ngak?"

"ahahaha habis pensiun ko jadi kanibal ternyata" katanya menggejek sambil tertawa jahat.

"aghh lo kenapa ngak bilang dari tadi monyong" kataku sambil melayangkan cubitan-cubitan kecil di pahanya.

"adu duug adu iya, ampun ampun. lagh di chat lu juga cuman cari gua bukan nanya prof sekarang kegiatannya gimana geblekk!!" katanya ikut deram denganku.

"tapi setidaknya lo peka keg, nanya pensiunan kayak gue ngapaen kekampus gitu?" kataku sewot.

"udah-udah" katanya mencoba membuatku sabar lalu dia kembali berkata "makan yuk, aku teraktir deh"

"auuu agh malas aing"

"ayolah, dikantin banyak dedek memeess yuk"

"dasar tante girang" kataku sarkas walau begitu tetap membiarkannya menyeretku sesuka hati.

"tar lu juga girang kalo udah dikantin"

"maksud lo?" tanyaku heran

"udah ayooo" paksanya sambil terus melangkah melewati lorong-lorong menuruni tangga dan berbelok disamping kantor staf akademik barulah kami sampai.

kantin terlihat ramai apa lagi memang jam makan siang. entah sudah berapa angkatan kulalui, banyak wajah-wajah baru kini yang ku jumpai sekali ada yang kenal mereka udah S2 boghh!!!

salah satunya laki-laki berbadan kentong disudut sana. saat aku telah melangkahkan kaki memasuki kantin, dari jauh dia telah berteriak dengan girang dan berkata

"weee kerdil ingat jalan kampus jo pade, ku kira mati moko weee" (wee kerdil, kamu masih ingat jalan ke kampus ternyata, ku pikir kamu dah mati)

"diam ko kong, nggak guna gue ngehirauin setan gentayangan kayak lo" kataku sembari melemparinya bakwan jualan mace.

"cieee yang masih panggil pake panggilan sayang iheeeiiidehh" teriak salah satu teman angkatanku yang kuingat bernama wahyu.

seketika kantin ramai dengan sorak-sorak ejekan tentangku dan lelaki yang sangat ingin kulupakan itu.

namanya Muh. Alfarizi, usianya beberapa tahun diatasku. dia adalah salah satu seniorku. walaupun tidak ingin kuakui tapi alfa itu mantan teman mesra pertama sekaligus musuh bebuyutanku.

Setelah sekian lama tidak bertemu, penampilannya masih sama, sikap arogant dan parlentenya juga sama. Kata orang lain, dia sosok yang menyenangkan tapi hanya denganku dia akan bersikap usil juga menyebalkan.

jika kalian anggap dia suka, maka please buka mata batin kalian. Dia bukan anak TK yang menunjukkan rasa suka dengan cara kekanak-kanakan seperti itu, bahkan rambut gondrong, kemeja lusuh dan sepatu kotornya itu petanda dia sudah amat sangat dewasa hingga tidak mengurusi penampilan lagi.

Walau begitu sebenarnya dia tipe orang cerdas dan aktif sebenarnya bahkan kini dirinya menjabat sebagai ketua BEM tapi menurutku, apa gunanya togh sampai saat ini, pria itu tak kunjung menjelesaikan S1 nya padahal ancaman D.O SUDAH DIDEPAN MATA

Terpopuler

Comments

Linggarini

Linggarini

sampe lupa siapa tokoh utama ny, si widya, bayu, alya, linda ato tomi...

2021-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!