Reinkarnasi Sebagai Putri Di Dunia Terkutuk
Aku berhasil memenangkan permainan ini! Permainan yang menurut mereka akan sangat sulit untuk diselesaikan. Empress Decree adalah nama permainan ini.
Permainan ini adalah jenis permainan pertahanan atau dapat disebut tower defense game and memiliki fitur dungeon raid sebagai mode penyerangannya.
Permainan yang sudah cukup lama ada, namun hanya segelintir orang yang dapat menahlukkannya, terlebih lagi seorang gadis, aku adalah salah satu yang berhasil menyelesaikannya.
“Chat, aku benar-benar menyelesaikan game ini, bahkan sebagai seorang cewek kalian tahu,” ucapku yang sedang melakukan streaming permainan ini di sebuah platform.
“Siapa yang bilang cewek gak mungkin bisa menyelesaikannya, ku kasih paham dia sekarang juga,” lanjutku sambil membaca chat-chat yang masuk di streamingku.
“oh makasih makasih donasinya. Mungkin aku akan menggunakannya untuk beli hp baru dan yang lain ehehe,” ucapku saat membaca chat-chat yang muncul silih berganti.
“Game ini terlalu sulit untukku kalian tahu kan itu? Jadi memenangkannya adalah kebanggan tersendiri untukku.”
“Oh untuk game selanjutnya, mungkin seperti Breakout Arena atau Force Delta yang akan kumainkan. Aku juga ingin sekali-kali coba game perang gitu, katanya realistis,” tambahku sebelum menghela nafas panjang.
Game ini sangatlah sulit, setiap aksi kita di game dapat mempengaruhi hasil game ini. Salah satu langkah saja akan menyebabkan rentetan hal buruk di sesi selanjutnya. Tak salah mereka menyebut ini penyiksaan berkedok permainan.
Tidak ada penghargaan yang lebih baik daripada menyelesaikan permainan ini, namun jika apakah ada suatu hal yang membuatku menyesal…
“Menurutku ini sangat sedih, Putri Kerajaan yang seharusnya menjadi tokoh utama dan Maria yang menjadi healer utama yang telah membawa hingga boss terakhir harus terbunuh untuk mengalahkan Raja Iblisnya.” Aku membaca sebuah chat yang menunjukkan ini.
Sejujurnya aku menyukai game ini karena pengaruh vibes positif ketiga karakter utama, Putri Verxina, Ksatria Lukasz dan Healer Maria yang menjadi ikon permainan ini.
Aku tahu diriku telah terbawa suasana permainan ini, dan bahkan penontonku juga terbawa oleh karakter-karakterku yang ikonik di permainan ini. Verxina yang tidak mudah patah semangat, Lukasz yang selalu berusaha dan Maria yang selalu tersenyum di sisi mereka.
“Kalian mengingatnya juga ya, perkataan Lukasz yang akan menyatakan perasaannya pada Putri Verxina,” ucapku yang penonton langsung membanjiri chatku dengan emotikon menangis.
Tepat sebelum pertempuran terakhir, ada sebuah cutscene dimana Lukasz mengatakan hal tersebut ke Verxina. Aku tahu itu adalah sebuah bendera merah kematian, namun aku tidak menyangka yang tersisa hanyalah Lukasz sendiri disana.
Memang tujuanku memainkan permainan ini adalah mencapai akhir permainan ini, bukan membuat seluruh karakterku selamat. Karena aku tahu, permainan ini sangatlah mustahil diselesaikan tanpa jatuhnya korban.
Boss terakhir adalah Raja Iblis. Aku melihatnya di layar monitorku. Tubuh besarnya bersimbah darah dengan Lukasz yang berdiri disana. Pedangnya menusuk tubuh Raja Iblis. Aku juga dapat melihat tubuh Verxina dan Maria yang saling bersandar satu sama lain tanpa adanya gerakan.
Meskipun ia hanya sebuah karakter di permainan ini, entah kenapa rasanya, aku dapat merasakan penderitaannya. Seperti dia sedang menangis disana. Punggungnya terlihat sangat menderita dengan kemenangannya ini.
Aku menghela nafas panjang dan menutup mata mengantukku. Mungkin ini waktunya yang tepat untuk tidur ya, sudah dua hari aku begadang menyelesaikan permainan ini.
Setelah mengatakan selamat malam ke penonton, aku mematikan komputer dan beranjak ke tempat tidurku.
Aku masih saja memikirkannya, apa yang mungkin menyebabkan Lukasz terlihat sangat sedih seperti itu? Mungkinkah karena seluruh rekannya tewas ataukah karena Verxina dan Maria yang tewas?
Sebelum aku tahu, aku sudah menutup mataku. Malam ini malam yang sangat panjang untukku. Mungkin besok akan jadi hari yang baik untuk mencoba permainan lainnya
(***)
Suara keras membangunkanku, rasanya kepala ini mau meledak saja saat mendengarnya…
Siapa sih yang menyalakan kembang api dan petasan hari ini? Apa ada perayaan dan aku ketinggalan informasinya?
Selain itu aku juga merasakan tanah bergetar, apakah ini gempa? Apa terjadi gempa sekarang?
Kubuka kedua mataku dan aku melihat pemandangan yang mengerikan. Ledakan terjadi dimana-mana, suara teriakan dapat terdengar dari seluruh penjuru kastil, dan batu-batuan bekas kastil ini beterbangan dimana-mana.
“Apa-apaan yang terjadi ini!” Teriakku setelah mendengar suara raungan. Saat aku melihat keatas, sesuatu menabrak tembok diatasku. Sebuah ledakan terjadi dan bongkahan tembok jatuh tepat disampingku.
Aku mencoba bangkit, tapi sepertinya kakiku mati rasa dengan segala kehancuran disampingku. Selain itu, aku juga merasakan sesuatu di kepalaku yang sakit mulai tadi.
Tanganku berwarna merah setelah merabanya, apakah ini darah? boom boom clang clang. Suara ledakan itu terjadi lagi, bau ini, apakah ini bau bubuk mesiu, dimana aku ini sebenarnya?!
Sebuah Meriam menembak disampingku, sebuah Meriam kuno dari bentuknya. Tembakannya cukup untuk menganggu pendengaranku.
Aku menoleh kesamping dan aku melihat sebuah bendera merah, bendera yang sangat familiar denganku. Aku sering melihatnya, terutama kemarin malam, saat aku bermain permainan itu.
“Jangan biarkan mereka naik keatas, serang mereka!”
“Tahan mereka!”
“Mereka masuk, kita yang akan mati!”
“Hentikan mereka yang memanjat!”
Puluhan tentara berzirah besi, mereka memakai pedang, tombak, dan perisai mereka untuk menghentikan dan menyerang sesuatu. Apa-apaan ini, dimanakah ini sebenarnya?
Saat aku masih ling-lung dengan apapun hal yang terjadi disini, beberapa tentara mendatangiku.
“Tuan Putri!” Tuan Putri, siapa? Aku? Kucoba melihat sekitar, tidak ada wanita disini, apakah yang mereka maksudkan adalah diriku?
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?!” Wajahnya serem, mereka serem, apakah mereka musuhku dalam perang ini?! Secara reflek aku merayap mundur. Saat aku akan berkata sesuatu pada mereka, benda seperti bola merah datang pada kami.
“Apaan itu?!” ledakan di dekatku terjadi, melemparkan kami sejauh beberapa meter.
“Kalian baik-ba … ik sa…ja?” Siapapun yang didepanku tadi benar-benar hancur, bagian tubuh mereka berhamburan dimana-mana! Perutku mual dan aku langsung memuntahkan seluruh isi perutku.
“Yang Mulia!” seseorang memanggilku sepertinya, saat aku melihatnya, seorang wanita dengan pakaian mirip biarawati berlari menuju arahku.
Saat aku melihatnya, entah kenapa sepertinya aku mengingat sesuatu, sebuah wajah yang sangat familiar untukku. Wanita itu, mirip seperti Maria dari permainan itu, Empress Decree.
“Maria awas!” Seperti bergerak sendiri, tubuhku melompat, memeluk dan membawa Maria keluar dari sebuah kaki raksasa yang akan menyabetnya.
“Y..Yang Mulia?! Tangan anda!” Aku tak merasakan apapun selama beberapa saat sebelum darah keluar dari tangan kiriku. Apakah serangan tadi berhasil mengenaiku?
Sebuah monster raksasa menampakkan dirinya. Monster bertubuh seperti belalang sembah raksasa muncul di hadapan kami. Besarnya mungkin seperti sebuah truk tronton, monster gila macam apa ini?
“Serang dia! Lindungi Yang Mulia!” Teriak beberapa tentara yang berlari menuju monster itu dengan senjata mereka masing-masing.
Apapun yang mereka lakukan hanya membuat monster itu makin marah. Serangan mereka mampu menembus perut monster itu, namun sebuah sabetan yang dibutuhkan untuk membunuh seluruh tentara itu. Aku memeluk erat Maria, apakah mungkin akhir kami sedekat ini? Bahkan aku belum melakukan apapun disini.
Kepala monster itu terpotong secara tiba-tiba. Selain itu, tubuhnya juga terpotong menjadi beberapa bagian. Kami berdua melihat seorang pria berambut pirang dengan pedangnya bernafas dengan terengah-engah. Pria berambut pirang, mata biru menyala dan memakai zirah besi seperti itu, tidak salah lagi Lukasz.
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?!” hanya anggukan yang dapat kulakukan sekarang. Mulutku terlalu kaku untuk bahkan mengatakan terima kasih telah menyelamatkan kami.
“Maria, bawa Yang Mulia ke tempat perawatan. Jangan tinggalkan tempat itu sampai matahari terbenam.”
“Musuh kita akan mundur setelah matahari terbenam! Jangan biarkan mereka kembali menerobos!” kata Lukasz pada Maria dan seluruh tentara yang masih tersisa.
“Terima kasih tuan Lukasz! Saya pamit dulu, ayo Yang Mulia, anda lebih ringan dari dugaanku,” Maria menggendongku ke sebuah ruangan yang berisi pasien pasien dari pertempuran ini.
“Aku butuh antiseptik”
“Aku butuh pisau bedah!”
“Kita akan kehilangannya, bertahanlah tuan!”
“Terus dorong, jangan sampai kita kehilangannya!”
“Terus tekan lukanya! Tahan pendarahannya!”
Suara disini lebih tenang daripada diluar, namun semuanya dalam keadaan genting.
“Yang Mulia, ini mungkin akan sakit, jadi tolong tahan sebentar saja,” ucap Maria padaku, tangannya mulai mengeluarkan cahaya hijau yang secara perlahan menutup luka di tangan kiri dan keningku. Sensasi sakitnya sangat terasa, jaringan tubuh dipaksa menutup, sel-sel tubuh dipaksa tumbuh untuk menutup luka dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Seperti lukamu ditarik dari dalam. Au menggigit sebuah perban untuk menahan rasanya.
“Terima kasih Maria,” Baru saja aku berterimakasih padanya, tembok jebol setelah dihantam sesuatu. Sebuah monster yang sama, hanya saja lebih kecil memaksa masuk.
“Jangan biarkan mereka mendekati para perawat! Halau mereka!” Tentara terluka bukanlah tandingan untuk monster, mereka hanya terhempas dengan mudah kembali kebelakang.
Aku tidak tahu apakah ini adalah reflek, namun aku mengambil sebuah tombak dan melemparkannya seperti sebuah lembing ke salah satu matanya yang menembus kepala monster tersebut. Saat dia mencoba mengeluarkannya, sebuah tombak kembali melesat dan menembus dadanya, menjatuhkannya kebawah.
“Kumpulkan tombak dan perisai disini! Buat perimeter dan jangan biarkan mereka mendekati para perawat disini!” ucapanku tak mendapat perhatian dari mereka, apa mereka tuli?
“Hei! Cepat lakukan itu!” bentakku yang kini mereka dengar, dan apakah mereka juga takut denganku?
Sebuah monster memaksa masuk setelah temannya terbunuh dan langsung terbunuh ketika kepalanya tertembus oleh tombak. Rasa menyenangkan apa ini? Apakah seperti ini rasanya mengalahkan sebuah monster? Mungkin aku bisa terbiasa dengan rasa ini
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments