Aku berhasil memenangkan permainan ini! Permainan yang menurut mereka akan sangat sulit untuk diselesaikan. Empress Decree adalah nama permainan ini.
Permainan ini adalah jenis permainan pertahanan atau dapat disebut tower defense game and memiliki fitur dungeon raid sebagai mode penyerangannya.
Permainan yang sudah cukup lama ada, namun hanya segelintir orang yang dapat menahlukkannya, terlebih lagi seorang gadis, aku adalah salah satu yang berhasil menyelesaikannya.
“Chat, aku benar-benar menyelesaikan game ini, bahkan sebagai seorang cewek kalian tahu,” ucapku yang sedang melakukan streaming permainan ini di sebuah platform.
“Siapa yang bilang cewek gak mungkin bisa menyelesaikannya, ku kasih paham dia sekarang juga,” lanjutku sambil membaca chat-chat yang masuk di streamingku.
“oh makasih makasih donasinya. Mungkin aku akan menggunakannya untuk beli hp baru dan yang lain ehehe,” ucapku saat membaca chat-chat yang muncul silih berganti.
“Game ini terlalu sulit untukku kalian tahu kan itu? Jadi memenangkannya adalah kebanggan tersendiri untukku.”
“Oh untuk game selanjutnya, mungkin seperti Breakout Arena atau Force Delta yang akan kumainkan. Aku juga ingin sekali-kali coba game perang gitu, katanya realistis,” tambahku sebelum menghela nafas panjang.
Game ini sangatlah sulit, setiap aksi kita di game dapat mempengaruhi hasil game ini. Salah satu langkah saja akan menyebabkan rentetan hal buruk di sesi selanjutnya. Tak salah mereka menyebut ini penyiksaan berkedok permainan.
Tidak ada penghargaan yang lebih baik daripada menyelesaikan permainan ini, namun jika apakah ada suatu hal yang membuatku menyesal…
“Menurutku ini sangat sedih, Putri Kerajaan yang seharusnya menjadi tokoh utama dan Maria yang menjadi healer utama yang telah membawa hingga boss terakhir harus terbunuh untuk mengalahkan Raja Iblisnya.” Aku membaca sebuah chat yang menunjukkan ini.
Sejujurnya aku menyukai game ini karena pengaruh vibes positif ketiga karakter utama, Putri Verxina, Ksatria Lukasz dan Healer Maria yang menjadi ikon permainan ini.
Aku tahu diriku telah terbawa suasana permainan ini, dan bahkan penontonku juga terbawa oleh karakter-karakterku yang ikonik di permainan ini. Verxina yang tidak mudah patah semangat, Lukasz yang selalu berusaha dan Maria yang selalu tersenyum di sisi mereka.
“Kalian mengingatnya juga ya, perkataan Lukasz yang akan menyatakan perasaannya pada Putri Verxina,” ucapku yang penonton langsung membanjiri chatku dengan emotikon menangis.
Tepat sebelum pertempuran terakhir, ada sebuah cutscene dimana Lukasz mengatakan hal tersebut ke Verxina. Aku tahu itu adalah sebuah bendera merah kematian, namun aku tidak menyangka yang tersisa hanyalah Lukasz sendiri disana.
Memang tujuanku memainkan permainan ini adalah mencapai akhir permainan ini, bukan membuat seluruh karakterku selamat. Karena aku tahu, permainan ini sangatlah mustahil diselesaikan tanpa jatuhnya korban.
Boss terakhir adalah Raja Iblis. Aku melihatnya di layar monitorku. Tubuh besarnya bersimbah darah dengan Lukasz yang berdiri disana. Pedangnya menusuk tubuh Raja Iblis. Aku juga dapat melihat tubuh Verxina dan Maria yang saling bersandar satu sama lain tanpa adanya gerakan.
Meskipun ia hanya sebuah karakter di permainan ini, entah kenapa rasanya, aku dapat merasakan penderitaannya. Seperti dia sedang menangis disana. Punggungnya terlihat sangat menderita dengan kemenangannya ini.
Aku menghela nafas panjang dan menutup mata mengantukku. Mungkin ini waktunya yang tepat untuk tidur ya, sudah dua hari aku begadang menyelesaikan permainan ini.
Setelah mengatakan selamat malam ke penonton, aku mematikan komputer dan beranjak ke tempat tidurku.
Aku masih saja memikirkannya, apa yang mungkin menyebabkan Lukasz terlihat sangat sedih seperti itu? Mungkinkah karena seluruh rekannya tewas ataukah karena Verxina dan Maria yang tewas?
Sebelum aku tahu, aku sudah menutup mataku. Malam ini malam yang sangat panjang untukku. Mungkin besok akan jadi hari yang baik untuk mencoba permainan lainnya
(***)
Suara keras membangunkanku, rasanya kepala ini mau meledak saja saat mendengarnya…
Siapa sih yang menyalakan kembang api dan petasan hari ini? Apa ada perayaan dan aku ketinggalan informasinya?
Selain itu aku juga merasakan tanah bergetar, apakah ini gempa? Apa terjadi gempa sekarang?
Kubuka kedua mataku dan aku melihat pemandangan yang mengerikan. Ledakan terjadi dimana-mana, suara teriakan dapat terdengar dari seluruh penjuru kastil, dan batu-batuan bekas kastil ini beterbangan dimana-mana.
“Apa-apaan yang terjadi ini!” Teriakku setelah mendengar suara raungan. Saat aku melihat keatas, sesuatu menabrak tembok diatasku. Sebuah ledakan terjadi dan bongkahan tembok jatuh tepat disampingku.
Aku mencoba bangkit, tapi sepertinya kakiku mati rasa dengan segala kehancuran disampingku. Selain itu, aku juga merasakan sesuatu di kepalaku yang sakit mulai tadi.
Tanganku berwarna merah setelah merabanya, apakah ini darah? boom boom clang clang. Suara ledakan itu terjadi lagi, bau ini, apakah ini bau bubuk mesiu, dimana aku ini sebenarnya?!
Sebuah Meriam menembak disampingku, sebuah Meriam kuno dari bentuknya. Tembakannya cukup untuk menganggu pendengaranku.
Aku menoleh kesamping dan aku melihat sebuah bendera merah, bendera yang sangat familiar denganku. Aku sering melihatnya, terutama kemarin malam, saat aku bermain permainan itu.
“Jangan biarkan mereka naik keatas, serang mereka!”
“Tahan mereka!”
“Mereka masuk, kita yang akan mati!”
“Hentikan mereka yang memanjat!”
Puluhan tentara berzirah besi, mereka memakai pedang, tombak, dan perisai mereka untuk menghentikan dan menyerang sesuatu. Apa-apaan ini, dimanakah ini sebenarnya?
Saat aku masih ling-lung dengan apapun hal yang terjadi disini, beberapa tentara mendatangiku.
“Tuan Putri!” Tuan Putri, siapa? Aku? Kucoba melihat sekitar, tidak ada wanita disini, apakah yang mereka maksudkan adalah diriku?
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?!” Wajahnya serem, mereka serem, apakah mereka musuhku dalam perang ini?! Secara reflek aku merayap mundur. Saat aku akan berkata sesuatu pada mereka, benda seperti bola merah datang pada kami.
“Apaan itu?!” ledakan di dekatku terjadi, melemparkan kami sejauh beberapa meter.
“Kalian baik-ba … ik sa…ja?” Siapapun yang didepanku tadi benar-benar hancur, bagian tubuh mereka berhamburan dimana-mana! Perutku mual dan aku langsung memuntahkan seluruh isi perutku.
“Yang Mulia!” seseorang memanggilku sepertinya, saat aku melihatnya, seorang wanita dengan pakaian mirip biarawati berlari menuju arahku.
Saat aku melihatnya, entah kenapa sepertinya aku mengingat sesuatu, sebuah wajah yang sangat familiar untukku. Wanita itu, mirip seperti Maria dari permainan itu, Empress Decree.
“Maria awas!” Seperti bergerak sendiri, tubuhku melompat, memeluk dan membawa Maria keluar dari sebuah kaki raksasa yang akan menyabetnya.
“Y..Yang Mulia?! Tangan anda!” Aku tak merasakan apapun selama beberapa saat sebelum darah keluar dari tangan kiriku. Apakah serangan tadi berhasil mengenaiku?
Sebuah monster raksasa menampakkan dirinya. Monster bertubuh seperti belalang sembah raksasa muncul di hadapan kami. Besarnya mungkin seperti sebuah truk tronton, monster gila macam apa ini?
“Serang dia! Lindungi Yang Mulia!” Teriak beberapa tentara yang berlari menuju monster itu dengan senjata mereka masing-masing.
Apapun yang mereka lakukan hanya membuat monster itu makin marah. Serangan mereka mampu menembus perut monster itu, namun sebuah sabetan yang dibutuhkan untuk membunuh seluruh tentara itu. Aku memeluk erat Maria, apakah mungkin akhir kami sedekat ini? Bahkan aku belum melakukan apapun disini.
Kepala monster itu terpotong secara tiba-tiba. Selain itu, tubuhnya juga terpotong menjadi beberapa bagian. Kami berdua melihat seorang pria berambut pirang dengan pedangnya bernafas dengan terengah-engah. Pria berambut pirang, mata biru menyala dan memakai zirah besi seperti itu, tidak salah lagi Lukasz.
“Anda baik-baik saja Yang Mulia?!” hanya anggukan yang dapat kulakukan sekarang. Mulutku terlalu kaku untuk bahkan mengatakan terima kasih telah menyelamatkan kami.
“Maria, bawa Yang Mulia ke tempat perawatan. Jangan tinggalkan tempat itu sampai matahari terbenam.”
“Musuh kita akan mundur setelah matahari terbenam! Jangan biarkan mereka kembali menerobos!” kata Lukasz pada Maria dan seluruh tentara yang masih tersisa.
“Terima kasih tuan Lukasz! Saya pamit dulu, ayo Yang Mulia, anda lebih ringan dari dugaanku,” Maria menggendongku ke sebuah ruangan yang berisi pasien pasien dari pertempuran ini.
“Aku butuh antiseptik”
“Aku butuh pisau bedah!”
“Kita akan kehilangannya, bertahanlah tuan!”
“Terus dorong, jangan sampai kita kehilangannya!”
“Terus tekan lukanya! Tahan pendarahannya!”
Suara disini lebih tenang daripada diluar, namun semuanya dalam keadaan genting.
“Yang Mulia, ini mungkin akan sakit, jadi tolong tahan sebentar saja,” ucap Maria padaku, tangannya mulai mengeluarkan cahaya hijau yang secara perlahan menutup luka di tangan kiri dan keningku. Sensasi sakitnya sangat terasa, jaringan tubuh dipaksa menutup, sel-sel tubuh dipaksa tumbuh untuk menutup luka dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Seperti lukamu ditarik dari dalam. Au menggigit sebuah perban untuk menahan rasanya.
“Terima kasih Maria,” Baru saja aku berterimakasih padanya, tembok jebol setelah dihantam sesuatu. Sebuah monster yang sama, hanya saja lebih kecil memaksa masuk.
“Jangan biarkan mereka mendekati para perawat! Halau mereka!” Tentara terluka bukanlah tandingan untuk monster, mereka hanya terhempas dengan mudah kembali kebelakang.
Aku tidak tahu apakah ini adalah reflek, namun aku mengambil sebuah tombak dan melemparkannya seperti sebuah lembing ke salah satu matanya yang menembus kepala monster tersebut. Saat dia mencoba mengeluarkannya, sebuah tombak kembali melesat dan menembus dadanya, menjatuhkannya kebawah.
“Kumpulkan tombak dan perisai disini! Buat perimeter dan jangan biarkan mereka mendekati para perawat disini!” ucapanku tak mendapat perhatian dari mereka, apa mereka tuli?
“Hei! Cepat lakukan itu!” bentakku yang kini mereka dengar, dan apakah mereka juga takut denganku?
Sebuah monster memaksa masuk setelah temannya terbunuh dan langsung terbunuh ketika kepalanya tertembus oleh tombak. Rasa menyenangkan apa ini? Apakah seperti ini rasanya mengalahkan sebuah monster? Mungkin aku bisa terbiasa dengan rasa ini
Pertempuran selesai dilakukan, pertempuran yang dilakukan oleh kami, pertempuran mematikan ini berhenti tepat sebelum matahari terbenam. Motif mereka berhenti menyerang masih belum kami ketahui, dan di permainan tidak menjelaskannya secara rinci.
Nafasku terengah-engah, selama kurang lebih 30 menit, aku dan beberapa tentara yang terluka berhasil membunuh banyak monster, walaupun ukuran mereka lebih kecil daripada yang tadi diluar.
Setelah membersihkan diri dengan sihir Maria, aku berjalan keluar dari tempat ini, tentunya dengan Maria yang masih mengikutiku dari belakang.
Keadaan disini lebih kacau daripada yang keperkirakan. Mayat baik pihak kami maupun monster berserakan dimana-mana. Perlengkapan yang kita miliki juga dalam keadaan yang buruk setelah pertempuran ini.
“Lukasz, bagaimana kondisi kita?” tanyaku padanya.
“Kekuatan tempur kita menurun 40%, kita memiliki sekitar 214 tentara dan 14 tenaga medis tersisa. Apakah anda baik-baik saja? Saya mendengar anda dan yang terluka diserang monster juga?” jawab Lukasz yang aku beri anggukan untuk menjawabnya.
“Kami aman, mereka sangat banyak. Ini hal yang sangat-sangat buruk,” kataku pada Lukasz yang juga ikut mengangguk.
“Maria, beristirahatlah. Aku melihatmu dari tadi sibuk mondar-mandir menangani pasien,” perintahku ke Maria yang hanya menggelengkan kepalanya.
“Tidak Yang Mulia, masih ada yang harus saya lakukan, terutama sebagai petugas medis khusus untuk anda, saya harus selalu bersama dengan anda,” jawab Maria yang terlihat sangat berdedikasi untuk Verxina.
Sekarang, bagaimana kami harus melakukan ini. Serangan selanjutnya pasti akan terjadi besok pagi setelah matahari terbit. Hal ini buruk untuk kami, terutama saat kekuatan kami telah menurun sebanyak 40% dari kemampuan bertempur penuh kami.
Hal ini diperburuk dengan kondisi kastil dan persenjataan yang juga mengalami berbagai kerusakan disini dan disana. Belum lagi berbicara tentang moral pasukan kami yang tentunya juga berkurang secara drastis.
“Lukasz, sekarang tanggal berapa dan dimana Lokasi ini?” tanyaku padanya.
“Bulan Maret tanggal 15 tahun 720 Kerajaan. Kita berada di Forward Operation Base dari Kota Northridge Yang Mulia,” jawabnya, perkiraanku benar, sekarang berada di bagian Prolog permainan ini, di masa tutorial lebih tepatnya.
“Lukasz, perintahkan orang-orang untuk secara bergilir membersihkan yang disini. Besok kita akan menghadapi pertempuran terbesar dalam hidup kita. Satu jam lagi panggil seluruh Kapten tim tempur kita, ada sesuatu yang perlu kusampaikan pada mereka,” perintahku padanya. Lukasz hanya mengangguk. Lalu aku melihat Maria.
“Beristirahatlah malam ini Maria, kita tidak tahu apakah malam ini adalah malam terakhir kita disini,” kataku padanya.
“Ini bukan perintah, ini permintaanku padamu. Aku tak bisa menjamin hari esok padamu,” lanjutku padanya yang hanya mengangguk padaku.
“Tapi Yang Mulia, apapun yang terjadi saya akan tetap bersama dengan anda,” jawabnya padaku yang membuatku tersenyum dan mengusap kepalanya lalu berjalan pergi ke ruangan misi.
Mereka terlihat terkejut, mungkin karena ta menyangka bagaimana Putri Verxina bertingkah tidak seperti biasanya.
(***)
Ada sesuatu yang cukup mengganjal kepalaku.
Mengapa permainan ini membuat kami harus melawan monster kuat di masa tutorial.
Apa yang terjadi pada pasukan musuh setelah berhasil mengalahkan kami di tutorial, masa mereka tiba-tiba menghilang begitu saja?
Sekarang bukan waktunya untuk berpikir kesana, sekarang adalah waktunya berpikir bagaimana kau bisa mengalahkan mereka disini dengan pasukan yang sangat terbatas.
Demon Mantis Legion adalah pasukan monster dengan daya rusak yang tinggi dan kecepatan tubuh yang juga tinggi. Mereka memiliki perlindungan fisik yang cukup lemah, namun mengakalinya dengan kecepatan yang tinggi.
Mereka bergerak sesuai perintah sang Ratu. Ratu akan menyebarkan sinyal-sinyal seperti maju, mundur, serang dan hancurkan musuh. Ratu Demon Mantis Legion juga memiliki tubuh yang lemah, bahkan lebih lemah daripada Demon Mantis biasa.
Ratu mereka pastinya akan dijaga secara ketat oleh penjaganya, sehingga melakukan serangan frontal akan terasa seperti upaya bunuh diri jika kita tidak dapat menahlukkan para penjaganya.
Jika kita setidaknya kabur dari tempat ini, kita dapat kembali ke kota Northridge dan melakukan pertempuran yang lebih baik disana. Tapi, jarak dari sini kesana adalah dua hari perjalanan, terlebih lagi tidak semua dari kita mampu bergerak dengan kecepatan tinggi. Banyak juga orang terluka yang malah akan membuat kecepatan kita menurun.
Intinya jika kita lari, maka kita akan mati dan kita bertempur kita juga akan mati.
Apa yang bisa kita lakukan di sini tuhanku!
Pintu terbuka, Lukasz dan Maria berjalan masuk bersama beberapa tentara yang terlihat berpengalaman dengan bagian mereka masing-masing.
“Saya telah membawa Kapten dari beberapa tim yang tersisa Yang Mulia,” aku mengangguk saat melihat Lukasz yang membawa tiga kapten. Kapten tim artileri, kapten tim medis dan logistik dan kapten tim jarak dekat.
Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya sebelum mengizinkan mereka duduk di kursi di depanku.
Kuletakkan kedua tangan di meja dan kutatap mereka sebelum mengatakan sesuatu.
“Aku ingin laporan kondisi setiap tim pada kalian, berurutan jarak dekat, artileri dan medis dan logistik,” perintahku sebelum mempersilahkan mereka.
Sejauh yang mereka informasikan, terdapat 214 tentara dan 14 anggota tim medis yang selamat. Tim artileri kehilangan empat meriam dan sebuah automatic bowgun. Terdapat 24 tentara yang terluka parah yang sekarang diangkut kembali ke kota Northridge.
Situasinya lebih parah dari yang kuperkirakan ditambah dengan moral dan kastil kita yang dapat dikatakan tidak dalam kondisi yang prima.
“Berapa banyak kereta kuda yang dapat membawa kita pergi dari sini?” tanyaku pada mereka.
“Terdapat sekitar 30 kereta kuda beserta kuda yang dapat kita gunakan evakuasi dari sini Yang Mulia,” Kapten logistik menginformasikan padaku.
“tidak bagus, jika kita tidak bergegas, mereka dapat menghancurkan kita di perjalanan kembali. Mereka tiga kali lebih cepat daripada kita saat di darat,” ucapku makin memperkeruh kondisi kami.
“Mungkin ini akan terdengar gila daripada yang lain, tapi aku memiliki sebuah ide untuk menyerang mereka,” ucapku membuat mereka penasaran.
Setelah menjelaskan rencanaku, mereka kuperintahkan untuk pergi dari ruangan ini, meninggalkan kami bertiga disini. Wajah Lukasz dan Maria memperlihatkan semua seperti aku telah mengatakan hal yang sangat gila, dan itu benar, rencana ini sangat gila.
Lukasz memukul meja di depanku dan memandangku dengan tatapan tidak percaya.
“Apa anda benar-benar memikirkan hal ini sebelumnya?!” tanya Lukasz yang menatapku dengan tajam.
“Maaf jika saya lancang Yang Mulia tapi, apa-apaan itu Yang Mulia?!” sekarang Maria yang bertanya padaku.
Aku menghela nafas dan balik memukul meja ini. Wajahku tepat berada didepan wajah mereka.
“Kalian berpikir aku tidak memikirkan bagaimana cara yang tepat apa bagaimana? Panggil saja aku ini Putri gila atau apalah itu. Tapi, hanya ini peluang kita dapat memenangkan pertempuran ini,” ucapku padanya.
“Tapi Yang Mulia, rencana itu sangatlah beresiko. Jika gagal…” ucap Maria sebelum kupotong.
“Jika gagal kita semua akan mati, oleh karena itu, aku berharap rencana ini tidak akan gagal,”
“Apakah Yang Mulia yakin akan rencana ini?” Lukasz bertanya padaku, nadanya mengecil dibandingkan tadi.
“Sangat yakin. Oleh karena itu, bagianmu akan sangat krusial untuk rencana ini. Selain itu,” Aku menatap Maria yang masih gelisah.
“Santai Maria, tugasmu tak kalah pentingnya, tidak benar, tugasmulah yang terpenting untuk membuka jalan bagi kami,” kataku sebelum beranjak ke salah satu jendela.
Angin malam ini cukup dingin, hembusan angin ini membawa sebuah rasa tenang sebelum badai melanda.
“Apapun yang terjadi besok, kita akan berdiri disini lagi untuk merayakan kemenangan kita. Tidak ada penyesalan dari taktik ini,” ucapku kepada mereka sambil mengulurkan kepalan tanganku pada mereka.
Mereka maju tanpa berkomentar apapun dan mengulurkan tangan mereka juga.
Aku berharap taktik ini berjalan dengan benar.
Pagi harinya di depan gerbang.
Terdapat seekor kuda berwarna hitam yang telah menungguku.
Jujur saja, semakin aku pikirkan rencana ini, semakin panik aku jadinya.
Jika aku gagal dalam melakukan ini, maka artinya kehancuran untuk kami semua.
Namun, tidak ada yang dapat aku lakukan selain ini. Hal ini juga akan kugunakan untuk meminimalisir korban jiwa yang akan timbul dalam serangan kali ini.
“Apakah anda gugup Yang Mulia?” seorang tentara bertanya padaku.
“Gugup? Tidak sama sekali. Siapa namamu prajurit?” tanyaku padanya.
“Prajurit Elano Yang Mulia. Kalau boleh jujur saya sangat takut dengan pertempuran ini,” ucapnya pertama dengan berani dan kedua dengan ketakutan.
“Takut itu sangat manusiawi, aku juga takut,” ucapku sembari memegang pedangku, pedang berwarna kebiruan. Pedang ini merupakan pedang khusus milik Verxina yang akan hilang di tutorial dan ditemukan setelah menghabisi Demon Mantis Legion Queen di tahun kedua. Pedang kuat yang memiliki kemampuan special menembus zirah musuh, cocok digunakan ke Ratu mereka yang kuat dalam pertahanan, namun lemah.
“Anda takut Yang Mulia?” tanya Elano padaku.
“Sangat, aku takut kalau tugasku takkan terlaksana dengan benar dan malah mencelakai pasukanku sendiri,” Aku tersenyum padanya dan menaiki kuda ini. Walaupun sebelumnya aku tidak bisa menaiki kuda, sepertinya tubuh Verxina memiliki instingnya sendiri.
“Kalau begitu, bagaimana jika saya mengikuti anda Yang Mulia,” ucapnya menaiki seekor kuda juga.
“Jangan tinggalkan kami Yang Mulia!” Kapten tim jarak dekat muncul dari belakangku dengan delapan anggota lainnya, masing-masing dengan kuda mereka.
“Apa yang kalian lakukan mengikutiku ke kematian, dan juga Kapten, bukankah tugasmu adalah mengatur pasukanmu diatas sana?” tanyaku pada mereka.
“Ada tuan Lukasz, lagipula tubuh tua ini kurang pemanasan Yang Mulia. Kami akan membantu sebisa kami disana,” aku tersenyum mendengarnya, dan teriakan itu benar-benar memberikanku semangat yang baru.
“Tujuan kita adalah membunuh Ratu musuh. Hal ini tidak akan mudah karena pengawalnya. Pasukan artileri akan meratakan mereka dulu sebelum kita dapat menuntaskan Ratu mereka. Jika ini berhasil, tidak ini harus berhasil. Kita akan datang kembali dan membawa kepala mahluk sialan itu dan mempersembahkannya ke tuhan kita! Maju!” Kami menunggangi kuda bersama dan menuju arah kiri menjauh dari jalanan tempat para monster bergerak.
Kuat-kuat kalian disana, tolong ulur waktu hingga kedatangan kami disana.
(***)
“Udara hari ini bagus, cuaca hari ini juga mendukung,” ucap Lukasz yang berada di tingkat dua kastil bersama tentara yang lain.
Dua jam sebelumnya ia mendengarkan kembali apa yang Putrinya katakan tentang misinya kali ini.
“Aku ingin kau jaga Maria dengan semua kemampuanmu yang ada Lukasz. Dialah yang dapat membantuku dalam mengalahkan pasukan penjaga ratu musuh,” ucap Verxina sebelumnya yang diingat betul oleh Lukasz. Namun, Lukasz tahu dengan benar apa maksud Verxina.
Maria adalah salah satu bawahan langsung Verxina sejak mereka masih anak-anak. Ia selalu yakin akan kemampuan menembak Maria sejak kecil yang menunjukkan akurasi sangat sempurna. Bahkan ia yakin bahwa Maria dapat menembak lebih baik daripada tentara yang berada disini.
“Maria, jika kau melihat tandanya tembaklah!” teriak Lukasz dari bawah, Maria berada di puncak menara dengan beberapa tentara dengan meriam sihir mereka. Siap ditembakkan kapan saja.
“B..baiklah tuan Lukasz. Aku tidak akan mengecewakan Putri Verxina,” ucap Maria dari atas.
‘Aku tidak akan mengecewakan Yang Mulia!’ pikir mereka berdua sekarang saat melihat Putri Verxina pergi menuju Ratu monster. Mereka saling melambaikan tangan dan berfokus ke tugas mereka masing-masing.
‘Berhati-hatilah Yang Mulia, semoga anda selamat,’ harapan mereka berdua dan seluruh tentara di kastil tersebut. Sekarang mereka melihat kedepan, dimana para monster mulai menampakkan wujud mereka.
“Artileri, tembak serentak saat mereka mulai memasuki wilayah serang. Jangan simpan peluru kalian, muntahkan semuanya!”
“Pemanah dan Balista kalian akan menyerang mereka yang mulai mendekat. Bidik di kepala atau mata mereka. Tubuh mereka terlalu kuat untuk anak panah!”
“Artileri sihir! Serang area pertahanan Ratu musuh, hanya kalian yang mampu melakukannya. Keselamatan Yang Mulia Putri Verxina ada di tangan kalian!”
“Petugas medis, rawatlah sebanyak-banyaknya yang kalian bisa rawat. Jangan berada di depan, tetaplah dibelakang.”
“Pasukan jarak dekat, selalu bersama. Kita lebih kuat saat kita berada dalam satu formasi!”
“Dan terakhir, singkirkan sebanyak mungkin monster yang kalian bisa. Semoga kita semua diberkati,” Lukasz menutup perintahnya. Sesaat kemudian seluruh meriam menembakkan pelurunya ke arah musuh yang telah memasuki jarak tembak mereka.
(***)
Boom Boom Boom Boom
Suara ledakan terdengar dengan cukup keras dari tempat kami. Kami sekarang berada di sekitar jarak empat kilometer dari posisi Ratu musuh jika perkiraanku tepat.
“Yang Mulia, saya melihatnya, sebuah gerombolan monster dengan mahluk apa-apaan itu?!” Kapten melaporkan padaku dari teropong yang ia bawa.
Gerombolan monster terlihat secara jelas. Beberapa monster raksasa ditambah dengan sebuah monster berwujud bagian bawah belalang sembah dan bagian atas menyerupai manusia buruk rupa.
“Bentuk setengah monster, setengah manusia. Mungkinkah itu Ratu mereka?” tanya Elano saat juga ikut membidik.
“Tidak salah lagi, Ratu Demon Mantis Legion, Isla!” Aku menyeritkan dahi, mengerti ini takkan mudah terlebih lagi dengan tim kecil seperti ini.
“Tembakkan suar ke arah mereka,” perintahku yang langsung dilakukan Elano. Suar ditembakkan kearah gerombolan Ratu.
Tak lama kemudian muncul ledakan kuat yang menghancurkan beberapa monster di tempat mereka. Isla sendiri mencari tahu lokasi penyerangnya, namun kembali menerima serangan tepat di belakangnya, membunuh monster penjaganya.
“Kesempatan kita menyerang! Waktu kita sangat terbatas!” Perintahku ke seluruh tim penyerang yang langsung maju menyerang musuh yang tersisa.
Pedang yang kubawa mengeluarkan sinar biru. Di kepalaku muncul ratusan gerakan untuk membasmi musuh yang ada. Satu kupotong kepalanya, yang kedua pedangku menembus abdomennya, dan yang ketiga menghancurkan perisainya.
Pedang ini benar-benar menakjubkan. Seluruh pertahanan musuh dapat kami lumpuhkan, hal ini tinggal menyisakan Ratu mereka didepan mata kami.
Namun, tidak seluruh rencana akan berjalan dengan baik. Tanpa kami sadari, pasukan monster mulai berbalik dan menuju arah kami dengan cepat.
“Para monster mendekat! Semuanya halangi mereka sampai Yang Mulia selesai!” ucap Kapten melihat monster-monster yang mulai mendekati mereka.
“Aku akan menyerang Ratu mereka!” Aku merasakan adanya tangan yang memegang kerah pakaianku. Saat aku melihatnya, itu Kapten.
“Yang Mulia, segera lari! Ratusan musuh kemari dengan cepat!” Kapten menginformasikan sebelum mengangkatku menaiki kudanya.
“Kapten! Yang lainnya?!” Dia hanya menggelengkan kepalanya, yang berarti seluruh tim telah dihabisi dan tersisa kami berdua saja?
Air mata menetes dari kedua mataku. Delapan orang didepan mataku, delapan orang terbunuh sia-sia karena rencana bodohku ini.
“Ini bukan waktunya untuk kecewa dan sedih Yang Mulia. Maafkan saya tapi anda masih harus tetap hidup,” aku berkedip sebentar mendengarnya.
“Apa maksudmu Kapten?!” Aku menatapnya dengan bingung akan perkataannya.
“Elano! Tangkap Yang Mulia!” dengan seluruh kekuatannya, ia melemparku ke Elano yang secara ajaib masih hidup walaupun memiliki luka dimana-mana.
“Kapten! Apa yang kau lakukan?!” Teriakanku hanya dibalas senyuman oleh Kapten. Saat aku melihat Elano, ia hanya tertunduk dan berbelok ke kanan, sepertinya mengerti sesuatu.
“Skill Provokasi diaktifkan!” Tidak, tidak apa yang kau lakukan Kapten!
“Jaga diri kalian, kalian masih muda,” Seluruh monster mengejar Kapten dan kudanya yang tetap berlari setelah memberikan provokasi untuk mengejar mereka.
Monster yang sebelumnya mengejar kami berdua, berputar mengejar Kapten yang berusaha menjauh dari kami. Kami dapat melihat Kapten tersenyum lebar sebelum menghilang di lautan monster.
“Kita tidak boleh menyia-nyiakan pengorban Kapten, Yang Mulia! Saya akan membantu anda apapun yang harus saya korbankan!” Elano melihatku dengan tatapan seperti takkan ada penyesalan lagi. Aku membalasnya dengan sebuah anggukan.
“Kita selesaikan ini! Untuk Kapten, Tim Penyerang dan Tim Pertahanan di Kastil!” Sebuah ledakan terjadi kembali dari barisan musuh. Mereka masih menembakkan meriam dari kastil.
Aku mengusap kedua mataku dan mulai berdiri diatas kuda ini. Elano memegangi kedua kakiku agar seimbang. Pedang yang kubawa kunaikkan dengan sangat tinggi.
“Elano, setelah hitungan ketiga, hentikan kuda ini. Tiga!” kuda berhenti secara mendadak, memberikanku momentum untuk melompat tinggi dengan pedang yang makin menyala. Seranganku tertuju ke kepala Isla dengan seluruh keinginanku adalah menghancurkan kepala jelek itu.
Isla mencoba menahannya dengan cakar besinya, namun pedang itu benar-benar melupakan perisai dan pertahanan musuhnya. Pedangnya menembus kepala Isla, membelahnya menjadi dua, membunuh Ratu Demon Mantis Legion dengan sekali serangan.
Elano yang tengah menangkis serangan sebuah monster dikagetkan dengan monster yang tiba tiba terjatuh tak bergerak sama sekali, sama seperti ratusan monster dibelakangnya yang hanya diam ditempat tanpa bernafas.
“Kita berhasil melakukannya Yang Mulia!” kata Elano ke Verxina yang terjatuh dari serangannya.
“Yang Mulia?!” Ia cepat-cepat menembakkan suar lain ke atas, mengisyaratkan bahwa mereka meminta bantuan sebelum Elano ikut pingsan karena luka-luka yang ia dapatkan.
(***)
“Komandan Lukasz! Musuh terus berdatangan dari arah kanan! Tim 5 telah dikalahkan!” ucap salah satu tentara setelah menahan serangan monster.
“Monster juga berdatangan dari arah kiri kita Komandan!” ucap tentara lain saat melihat beberapa rekannya tewas oleh monster.
“Maria! Bagaimana keadaanmu?!” tanya Lukasz yang masih menebas monster yang datang kepadanya.
Sejak setengah jam yang lalu, tembok kastil telah dijebol dan monster memasuki jarak tempur mereka. Lukasz, Maria dan seluruh pasukan bertempur mati-matian dalam bertahan hidup dari monster yang menyerang.
“A..aku..aku masih bisa..hueek!” jawab Maria yang memuntahkan darah. Ia telah menggunakan seluruh sihir dan energinya untuk menembakkan meriam sihir yang membantu Verxina dalam penyerangannya ke Ratu Monster.
“aaaa kita akan mati disini Tuan Lukasz! Aku senang bisa bertemu denganmu dan Tuan Putri Verxina!” ucap Maria yang merasa bahwa mereka akan kalah.
“Aku minta maaf jika selama ini aku selalu merepotkan kalian! Huek!” ucapnya kembali sebelum memuntahkan darah dan mencoba menyembuhkan beberapa tentara yang terluka berat.
“Bisa tidak kau diam! Simpan tenagamu saat Yang Mulia datang! Yang Mulia akan berhasil melakukannya!” jawab Lukasz yang kini melesat dan menebas monster-monster yang datang padanya.
“Namaku Lukasz Valentine! Pengawal Yang Mulia Verxina Cheval! Jika kalian mau menyakitinya, kalian harus menghadapiku dahulu!” Teriaknya dengan lantang menantang setiap monster yang datang padanya.
Lukasz Bersiap melesat kembali, namun ia menyadari sebuah hal. Monster yang dari tadi menyerang tiba-tiba berhenti bergerak. Lukasz yang heran melihat Maria yang juga menutup mata saat salah satu monster berada di depannya.
“Eh aku masih hidup?” ucap Maria dan beberapa petugas medis lainnya saat melihat tubuh mereka tidak tercabik oleh monster.
“Itu artinya?” ucap Lukasz yang melihat suar berwarna hijau ditembakkan dari arah Ratu Monster.
“Yang Mulia berhasil,” ucap Lukasz yang sangat lega denga napa yang terjadi.
“Pertempuran selesai! Ini kemenangan kita!” seru Lukasz yang mengangkat pedangnya. Ia lalu menaiki seekor kuda yang memerintahkan beberapa tentara untuk menjemput pasukan penyerang.
“Maria, ikut denganku, kita akan ke Yang Mulia,” Maria berlari kecil menuju Lukasz dan kudanya. Mereka bergerak dengan cepat menuju lokasi Verxina yang tak sadarkan diri disana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!