Sahabat

Disisi lain. Di dalam ruangan kantor, tempat Andi bekerja. Terlihat, Andi sedang membuka beberapa lembar dokumen yang hampir selesai. Di saat, sebenarnya sudah memasuki jam istirahat kantor.

Karena ketekunan Andi ketika bekerja, ia tidak ingin menyiakan-nyiakan sedikit pun waktu ketika dimana pekerjaan dia sedikit lagi yang hampir selesai. Beberapa menit kemudian, datang Mia yang ingin membawakan kopi untuk Pak Andi.

Mia berjalan perlahan dengan hati-hati membawa nampan berisi kopi. Ia mengetuk pintu kantor ruangan Andi sebelum masuk.

Tok ..

Tok ..

Tok ..

"Permisi .." -Mia

"Ya, silahkan masuk!" -Andi

Karena pertemuan kemarin mereka, kini Mia lebih sering membawakan secangkir kopi hangat untuk Andi menemaninya bekerja. Dan hal itu, bukan karena permintaan Bos, melainkan permintaan Andi sendiri yang menyuruh Mia untuk selalu membawakannya kopi pada jam istirahat.

Tatapan mereka bertemu di ujung pintu ketika Mia masih berdiri. Mia tersenyum. Begitupun Andi. Mia berjalan pelan mendekat ke arah meja kantor Andi seraya memegang daun cangkirnya agar tidak jatuh.

"Kopinya, Pak Andi .." -Mia

Ketika Mia ingin mengangkat cangkir yang berisi kopi itu, entah mengapa tiba-tiba Mia kehilangan keseimbangan pada pergelangan tangannya. Membuat kopi yang di pegangnya sedikit tumpah mengenai baju kantor Andi. Andi merasa sedikit kepanasan.

Aw!

"Ah .. Maaf, Pak. Saya benar-benar tidak sengaja!" -Mia

Mia yang merasa bersalah dan panik, langsung meletakan nampan yang berisi secangkir kopi itu di atas meja kantor Andi. Dan ia bergerak dengan cepat mencari dan mengambil tisu untuk membantu Andi membersihkan baju kantornya yang mulai bernoda.

Ketika tangan Mia ingin mengelap baju Andi secara spontan, Andi bergerak mundur dengan kursi rodanya. Tidak ingin Mia membantunya untuk membersihkan noda kopi yang telah ia buat.

Saat itu, Andi masih memikirkan statusnya yang masih menjadi suami dari Laras. Dan tidak ingin ada perasaan aneh yang timbul karena hal ini. Andi langsung bersikap dingin kepada Mia. Ketika Andi berbicara, bahkan tanpa menoleh sedikit 'pun melihat ke arah Mia.

"Tidak perlu. Saya akan bersihkan sendiri ..." -Andi

Mia merasa sangat menyesal dan bersalah atas kecerobohan yang telah ia lakukan ini. Ia menjadi sangat tidak enak kepada atasannya ini. Dengan cepat, Mia segera menarik kembali tangan yang masih memegang tisu. Melantunkan permintaan maaf berulang kali dengan nada kikuk.

"Ma-maaf Pak. Saya benar-benar tidak sengaja melakukan itu .." -Mia

"Tidak apa-apa .. Jika kamu sudah selesai, kamu boleh pergi." -Andi

Dengan ekspresi wajahnya yang murung, Mia 'pun pergi membawa nampan kosong dan meninggalkan Andi sendirian di ruangannya. Kopi yang sudah tumpah, tidak ia bawa lagi. Karena Andi sendiri yang memintanya untuk tidak perlu membuat yang baru.

Disisi lain. Keharmonisan yang terjadi diantara Laras dan Riko saat berada di meja makan, tidak pernah pudar sedikit 'pun. Kini obrolan mereka berdua telah sedikit memasuki pertanyaan pribadi.

Terlepas dari apapun pertanyaan Riko, meski yang awalnya ragu menjawab, Laras terlihat mulai menikmati setiap perhatian-perhatian kecil yang diberikan Riko untuknya.

"Oh, iyaa. Mobil kamu .. Bagaimana kondisinya?" -Riko

"Aman kok! Thank's yaa .. Aku lupa berterimakasih dengan benar waktu itu." -Laras

"Sama-sama .. Aku senang mendengarnya." -Riko

Obrolan kecil seperti ini saja, sebenarnya sudah membuat Laras merasa hidup lagi. Seperti ada warna yang sudah lama tidak pernah di berikan Mas Andi untuknya. Laras sekarang, malah mendapatkan itu dari Riko. Orang yang belum lama ia kenal.

Selagi mereka makan, Riko tersenyum. Begitu juga dengan Laras. Beberapa detik, Riko terlihat fokus memperhatikan mata Laras yang sedikit sembab. Dan dari sini Riko mulai berani menanyakan tentang kondisinya Laras.

"Mata kamu kenapa? .. Itu terlihat sembab. Apa kamu kurang tidur?" -Riko

Laras langsung memegang, memeriksa kedua kelopak matanya. Merasa bingung apakah yang di katakan Riko benar? Ia sama sekali tidak menyadarinya. Laras menggunakan cermin kecil untuk memeriksanya.

"Benarkah? .. Aku rasa, tidur ku sudah cukup tadi malam." -Laras

Tiba-tiba, selagi Laras melihat wajahnya dengan cermin, sebuah kalimat yang pelan samar terdengar keluar dari mulut Riko. Pria yang umurnya sedikit lebih muda dari Laras.

"Manisnya .." -Riko

Laras seperti mendengar sesuatu. Namun tidak mengerti apa itu, karena suara yang ia dengar, tidak begitu jelas. Laras menghentikan kegiatan bercerminnya. Dan menatap Riko.

"Hm?"

"Apa kau berbicara sesuatu?" -Laras

Riko yang tidak tahu harus berkata apa, mendadak jadi bingung sendiri dan fokus kembali melanjutkan makan siangnya.

"Ah, tidak! .. Aku tidak bicara apa-apa." -Riko

Laras terus melihat Riko. Merasa heran dengan tingkah aneh pria yang sedang makan siang bersamanya ini. Duduk berhadapan di sebuah meja restoran.

Beberapa waktu telah berlalu. Tanpa di duga, Maya kebetulan berada di cafe yang sama dengan mereka. Tapi meja tempat Maya berada, sedikit jauh dengan meja Laras dan Riko.

Maya mulai mempertegas penglihatannya. Dan ia merasa curiga, bahwa orang yang telah ia lihat saat ini adalah benar Laras yang sedang bersama seorang pria.

"Laras?" -Maya

Maya pura-pura tidak melihat dan fokus bermain ponsel miliknya. Sesekali membuang padangan agar mereka tidak merasa curiga.

"Dia ama siapa? Klien ..?"

"Tapi mereka kenapa begitu terlihat akrab?"

Kemudian Maya ingin mengetahui lebih jelas siapa pria itu. Dan Maya kaget, ternyata pria itu adalah Riko. Seorang playboy yang Maya ketahui dari beberapa temannya.

"Astaga! Itu, kan .. Riko?!" -Maya

"Kenapa dia bisa bersama Laras?"

Tidak lama setelah itu, Laras dan Riko pun pergi karena telah selesai dengan makan siangnya. Karena kantor Riko yang berbeda dengan Laras, mereka harus berpisah.

Maya yang mengikuti mereka, tiba-tiba kehilangan jejaknya. Kerena kondisi cafe yang pada siang itu sedang ramai pengunjung. Kini Laras dan Riko sudah berada di tempat parkir mobil cafe tersebut.

"Urusan kamu dengan Bos, sudah selesai? Katanya ingin meminta tanda tangan?" -Laras

"Sudah! .. Dan sekarang, aku harus kembali bekerja ke kantor ku." -Riko

"Baiklah .. Sampai jumpa, yaa! Terimakasih sudah mau menemani ku makan siang." -Riko

"Sama-sama." -Laras

Ketika mereka ingin memasuki mobil masing-masing, lagi-lagi Laras kehilangan keseimbangan karena jalannya yang licin.

"Eh!"

Riko yang melihat itu langsung secara reflek menangkap tubu Laras. Mereka kini terlihat seperti seorang putri dan pangeran. Pandangan mata mereka terlalu begitu dekat. Detak jantung mereka pun saling terdengar. Laras tidak bisa berkata-kata.

Hingga akhirnya, Laras tiba-tiba sadar, memalingkan wajahnya dan mereka pun berdiri kembali.

"Ah, maaf! Aku tidak bermaksud .." -Riko

Laras tiba-tiba menjadi gugup dan sedikit merasa malu, karena kejadian ini terus mengulang kepada dirinya.

"Tidak apa-apa. A-aku juga minta maaf."

"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu." Laras

Laras meninggalkan Riko yang masih berdiri untuk lebih dulu masuk ke dalam mobilnya. Sekilas, Riko terlihat tersenyum karena bisa menikmati kecantikan Laras dari begitu dekat.

Beberapa jam kemudian. Jam kantor telah usai. Kini Laras bisa segera meninggalkan perusahaan untuk menjemput Dina. Selama di dalam mobil, perjalan untuk menjemput Dina. Laras selalu memikirkan kejadian dengan Riko. Wajah Laras tiba-tiba terasa panas.

"Astaga Laras .. Sadar! Apa yang kamu pikirkan .. Dia hanya rekan kerja. Dan usia dia lebih muda dari kamu!" -Laras

Setelah Laras menjemput Dina. Kini Laras sudah selesai dengan urusan rumahnya dan sedang bermain dengan Dina. Laras menemani Dina yang sedang bermain rumah-rumahan. Tapi pikiran Laras, tidak fokus entah memikirkan apa.

Bebeapa kali suara Dina yang memanggilnya, tidak masuk ke telinga Laras.

"Ibu!"

"Ibu!"

Ketika tangan Dina menyentuh tangan Laras yang duduk di sebelahnya. Laras baru terkoneksi kembali dengan anaknya.

"Iyaa, sayang .. Ada apa?" -Laras

Dina menunjukan hasil rumah yang telah ia buat. Rumah miniatur plastik yang ingin di tunjukan kepada Laras.

"Bagus nggak Dina bikin?" -Dina

"Waah ..! Ini bagus banget sayang .."

Laras langsung memeluk Dina dengan erat. Memberikan kasih sayang Ibu pada umumnya. Sambil sesekali, mencium pipi Dina.

"Pintarnya anak Ibu .."

"Gemush! .. Hihi .." -Laras

Di tengah-tengah kasih sayang yang memenuhi ruangan keluarga itu, Mas Andi baru saja pulang dari kantornya. Seperti biasa, dengan wajah yang lesu dan terlihat lelah, Andi tidak ingin berinteraksi dengan Laras.

"Aku pulang .." -Andi

Laras dan Dina menghampiri Ayah sekaligus Suami Laras. Mereka berdua mencium tangan Andi layaknya keluarga normal pada umumnya. Lalu kemudian, Andi ingin segera membersihkan badannya dan ingin segera beristirahat.

Hari ini, Andi meletakan pakaian kotornya di atas mesin cuci sebelum akhirnya masuk kedalam kamar mandi. Suara keran dari dalam kamar mandi berbunyi, di saat Laras merapihkan pakaian kotor Andi.

Laras menemukan sebuah noda kopi. Ia mencium untuk memastikan noda apa itu.

"Kenapa ada noda kopi, di pakaian ini? .. Apa dia tidak sengaja menumpahkannya?"

Ucapan itu tidak keluar dari mulut Laras dan hanya berkumpul di kepalanya. Laras tidak ingin menanyakan noda kopi ini. Takut Mas Andi berpikir yang tidak-tidak tentangnya.

Di tambah, hubungan mereka saat ini sangat dingin sebagai sebuah keluarga. Laras langsung memasukan pakaian kotor itu ke mesin cuci yang berada di depan kamar mandi.

Malam hari, ketika Dina sudah tertidur pulas di dalam kamarnya. Kini akhirnya Laras dapat tidur berdua dengan Mas Andi.

Namun, di saat Laras tengah mengenakan Lingerie favorit miliknya, berharap Mas Andi mau sedikit saja meliriknya, ia malah sudah tertidur pulas. Terlelap tidur di samping Laras yang memunggunginya.

Laras malah merasa sedikit kecewa, dengan keadaan yang tidak selalu berjalan sesuai harapannya. Di samping Riko yang sudah tertidur, Laras menghembuskan nafas panjangnya.

Pyuuh~

Tiba-tiba saja, notifikasi pesan masuk dari ponsel Laras berbunyi. Sebuah pesan yang tidak Laras duga sebelumnya. Dari orang yang telah memberikan warna baru di hidupnya. Ketika melihat itu, Laras sedikit kaget dan merasa senang. Namun dengan hati yang tetap ragu.

"Jangan lupa istirahat, yaa .. Jaga kesehatannya." -Riko

Ketika menerima pesan ini, senyum di wajah manis Laras tiba-tiba muncul. Entah apa yang sedang ada dipikirannya. Ia melihat kearah Mas Andi, dan kembali menatap layar ponselnya yang belum juga ia balas.

Kemudian, Laras meletakan ponsel itu di dadanya. Menghapus pesan yang hanya ia baca. Lalu tidur dengan senyuman yang masih terpajang di wajah cantik wanita berusia 35 tahun ini. Laras terlihat seperti mengalami masa-masa pubertas kedua.

Disisi lain. Di dalam sebuah kamar dimana Maya sedang beristirahat diatas kasurnya. Memikirkan tentang apa yang hari ini ia lihat dan ingin memastikannya. Maya tidak ingin jika Laras termakan perkataan manis dari Riko yang mempunya brandingan playboy.

"Apa aku telepon saja, yaa, Laras?"

"Ah, tidak-tidak! Kalau aku malah menganggu dia, bagaimana?"

"Tapi aku ingin memberi tahu suatu hal .."

"Astaga, aku jadi merasa bingung sendiri."

"Baiklah, besok saja aku bicara langsung dengannya. Ya. Besok!" -Maya

Keesokan harinya. Laras baru saja terbangun dari tidur nyenyaknya. Sudah beberapa lamanya, Laras baru lagi merasakan dapat tidur dengan perasaan yang nyaman. Ia kembali menjalankan aktivitasnya seperti biasa.

Sebuah panggilan tidak terjawab dari Maya yang beberapa kali mencoba menghubunginya namun tidak terangkat.

"Maya? Ada apa lagi dengan anak ini? .."

"Ah, sudahlah. Paling-paling masalah laki-laki barunya lagi."

Laras beranjak dari tempat tidurnya. Ia melihat Mas Andi sudah tidak berada di sana. Seseorang yang sangat ia harapkan bisa memberikan sedikit perhatian kepadanya. Laras berjalan dengan masih berusaha mengumpulkan sisa-sisa nyawanya.

"Astaga! .. Aku lupa hari ini ada meeting penting. Aku harus cepat berangkat ke kantor." -Laras

Laras menjadi tergesa-gesa dengan adanya pertemuan meeting penting yang berada di kantornya. Namun Laras, tidak melupakan kewajibannya sebagai seorang Istri sekaligus Ibu.

Mungkin karena Laras sudah terbiasa. Ia menyelesaikan itu semua tanpa adanya masalah. Walau sebenarnya ada masalah yang lebih serius di dalam rumah tangganya. Perasaan yang hampa dan dingin ketika Laras berada di dalam rumahnya sendiri.

Beberapa waktu kemudian. Di saat Laras sudah berada di kantor. Ia sedang berada di dalam satu ruangan besar. Yang dimana, di dalamnya terdapat beberapa karyawan, staf khusus, dan Bos perusahaan.

Mereka semua sedang membahas untuk kelancaran proyek yang akan berlangsung bulan depan. Laras duduk di samping Riko yang sudah lebih dulu datang menunggunya pagi ini.

Seseorang wanita yang berada di depan menggunakan proyektor besar. Berbicara dengan sangat profesional untuk menjelaskan secara rinci-rinci apa saja yang di perlukan untuk kesuksesan acara penjualan di event besar ini.

Di tengah-tengah meeting penting itu, tiba-tiba saja ponsel yang berada di saku Laras bergetar. Di berbunyi dan hanya bergetar terus secara berulang-ulang. Dan hal ini, membuat Laras sedikit terganggu tidak fokus menyaksikan persentase seseorang yang penting.

Deerrt ..

Deerrt ..

Deerrt ..

Laras mulai sedikit kesal dan melihat siapa yang menelpon. Dan ternyata, orang yang menelpon itu adalah Maya. Seseorang yang ingin memberitahu Laras kalau Riko itu tidak baik menurutnya.

"Astaga Maya .. Apa kepala anak ini terbentur sesuatu? Aku sedang tidak bisa menerima panggilan .."

Gerutu Laras itu hanya ada di pikirannya. Di saat ia benar-benar tidak bisa menerima panggilan dari siapapun karena alasan meeting. Laras mencoba memberitahu Maya kalau ia sedang ada pertemuan penting yang tidak bisa di ganggu.

Kemudian, Maya 'pun memutuskan mengirim pesan saja kepada Laras. Dan di dalam pesan itu berbunyi.

"Aku kemarin tidak sengaja melihat mu dengan Riko. Jangan terlalu dekat dengannya. Dia bukan pria yang baik!"

Laras terheran dengan kondisinya sekarang. Tentang kenapa Maya bisa mengenal Riko, dan bisa mengucapkan hal seperti ini. Namun Laras menjadi sedikit ragu dengan pemberitahuan yang dibuat Maya.

Tentang Riko yang selalu baik kepadanya. Selalu memberikan perhatian-perhatian kecil untuknya. Dan bagi Laras, pria itu telah membuat warna baru di hidupnya. Laras tidak terlalu merespon Maya untuk saat ini. Ia membalas pesannya dengan.

"Aku sedang meeting hari ini. Kita bicarakan ini lagi nanti."

Kemudian, ketika Laras tengah sibuk sendiri dengan ponsel miliknya. Sebuah alat tulis kantor Laras terjatuh, hal itu berhasil mencuri semua pandangan orang-orang yang sedang serius saat itu karena suaranya.

Cetak!

Bos yang berada jauh dari Laras tiba-tiba berkata untuk Laras agar lebih memperhatikan meeting hari ini. Namun Riko, membela Laras dengan berkata kalau barang itu miliknya dan Riko meminta maaf.

"Maaf Pak, itu punya saya .. Saya minta maaf akan hal ini." -Riko

"Baiklah, untuk selanjutnya .. Saya ingin kalian berdua agar lebih fokus. Menyangkut ini adalah event pertama terbesar perusahaan kita." -Bos

"Baik, Pak!" -Riko

Setelah semunya kembali fokus melaksanakan meeting penting itu, Riko membuat senyum ketika menatap Laras. Dan hal ini semakin membuat Laras tidak percaya dengan perkataan Maya bahwa Riko adalah lelaki yang tidak baik.

"Masa sih .. Pria semanis dan sebaik ini, sama dengan apa yang Maya bilang?"

Pertanyaan itu menggantung sejenak di pikiran Laras, ketika ia kembali memberikan senyum manisnya untuk Riko yang duduk di sebelahnya.

Bersambung ..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!