Jam kerja masih berlangsung. Laras yang sudah tersadar dari lamunannya, melepaskan pegangan Riko. Kini Laras merasa semakin canggung dengan Riko. Pria yang baru saja menjadi partner di kantornya hari ini.
Sudah dua kali hari ini, Laras melakukan tindakan ceroboh yang membuat dirinya merasa tidak enak dengan Riko.
"Maaf, aku tidak sengaja. Itu terjadi begitu saja dan aku hanya reflek." -Riko
Tidak ingin berlama-lama di dalam situasi seperti ini, Laras langsung mengajak Riko untuk melihat beberapa koleksi-koleksi busana yang baru saja rilis musim ini dari Aoin.
"Tidak apa-apa. Hmm ... Mari kita lihat beberapa koleksi-koleksi busana di perusahaan ini sebagai bahan bertimbangan untuk pekerjaan kita nanti." -Laras
Dan akhirnya, Laras dan Riko 'pun pergi kesebuah tempat di dalam perusahaan, yang menjadi lokasi dari penyimpanan koleksi-koleksi busana mewah.
Terlihat ada dua orang pekerja yang sedang menjaga tempat itu di depan pintu kaca. Ketika melihat Bu Laras datang, kedua pekerja itu tersenyum dan memberi salam hormat kepada Bu Laras dengan sedikit membungkuk.
Laras merespon tindakan pekerja itu dengan senyumannya yang elegan. Dan dengan sapaan kecil yang hangat. Kedua pekerja itu langsung membuka pintu kaca yang sedang mereka jaga, agar Bu Laras dapat masuk ke dalam.
Merasa harus mengucapkan sesuatu sebelum masuk, Laras dengan rasa rendah dirinya mengatakan kalimat.
"Permisi~" -Laras
Ketika mereka berdua telah berada di ruang walk-in closet perusahaan, ada sistem rak khusus yang menggunakan mesin untuk menyimpan beberapa pakaian yang berharga tinggi.
"Wow!" -Riko
Riko melihat beberapa kabinet yang sangat mewah. Rak-rak berbaris yang membungkus gaun mewah untuk menjaga kualitas bahan. Di ruangan yang luas ini, terdapat perbandingan yang cukup jauh. Di banding, anak perusahaan cabang Aoin tempat Riko bekerja.
"Apakah, ini semua milik perusahaan?" -Riko
"Tidak semua. Sebagian, ada yang milik perusahaan lain. Yang sudah membuat kontrak dengan Aoin untuk bersama di pajang di acara event nanti." -Laras
"Untuk sistem penyimpanan disini, cukup mewah. Berbeda dengan anak perusahaannya sendiri." -Riko
"Benarkah?" -Laras
Setelah Laras mengajak Riko berjalan-jalan untuk melihat beberapa koleksi gaun mewah yang akan di bawa pada acara event, Riko ingin mengajak Laras untuk melihat koleksi gaun di perusahaan tempatnya bekerja.
"Apakah, kamu ingin melihat beberapa koleksi di perusahaan tempat ku bekerja juga? Kurasa ada beberapa model yang cocok untuk bahan event disana." -Riko
Awalnya Laras sempat ragu. Ia juga sempat melirik jam tangan kecil yang dipakai di lengan kirinya. Karena ini menyangkut pekerjaan, Laras pun bersedia. Bekerja secara profesional.
"Baiklah ..." -Laras
Kemudian, mereka berdua pun pergi meninggalkan walk-in closet besar itu. Menuju basement perusahaan, tempat mereka berdua menyimpan kendaraan.
Sebelum sampai di area basement. Ketika Laras dan Riko sedang jalan bersama di dalam perusahaan. Terlihat beberapa kali Riko yang selalu membuka pintu masuk untuk Laras. Membuat Laras berjalan dengan sempurna, dan terlihat elegan.
Walau Laras merasa sempat tidak enak, tapi Laras tidak mengatakan itu. Setiap perhatian-perhatian kecil dari Riko seperti ini, mulai terasa di Laras. Layaknya seperti seorang ratu yang berjalan dengan pengawalnya.
Riko melakukan itu bukan tanpa alasan. Entah itu hanya perihal pekerjaan, atau hanya ingin membuat Laras menunjukan senyumnya. Alasan itu, hanya Riko yang mengerti. Laras sempat terpikirkan sesuatu ketika sekilas melihat punggung Riko dan ketika mendapatkan perhatian-perhatian kecil darinya.
"Orang ini ..." -Laras
Beberapa menit berlalu, selama mereka berjalan akhirnya Laras dan Riko sampai di basement. Mereka berjalan masuk ke dalam mobilnya masing-masing.
Kemudian, terlihat Laras sedang kesulitan untuk menghidupkan mobilnya. Hal itu, di perhatikan Riko yang sudah berada bersiap mengemudi di dalam mobilnya. Suara mobil berdengung terdengar beberapa kali.
Euung ...
Eungg ...
Sampai ketika beberapa menit telah berlalu. Laras akhirnya sadar mengapa mobilnya tidak mau hidup. Laras melakukan hal ceroboh lainnya ketika ia lupa untuk mengisi bahan bakar bensin.
"Astaga ... Bagaimana bisa aku lupa hal seperti ini?" -Laras
Melihat diri Laras yang tampak kesusahan, Riko pun turun dari mobilnya. Berjalan mendekati mobil Laras dan bertanya apa masalahnya. Terdengar suara kaca pintu mobil Laras yang di ketuk.
Tok ..
Tok ..
Tok ..
Laras membuka kaca mobil, agar mendengar suara Riko yang berdiri di samping kaca mobilnya. Berulang kali juga terlihat ekspresi resah di wajah Laras ketika ia menaikan rambut pendeknya kebelakang. Membuat kulit putih bersih di lehernya sekilas terlihat.
"Ada apa, Bu?" -Riko
"Soal itu ..." -Laras
Riko melihat jarum pada bahan bakar bensin mobil Laras sudah berada di posisi merah. Walau awalnya ragu, Riko menawarkan untuk Laras berangkat bersama menaiki mobilnya.
"Hmm .. Bagaimana, kalau kita pergi bersama menggunakan mobil saya?" -Riko
Entah mengapa, perkataan itu sedetik membuat Laras merasa kaget. Ia langsung teringat tentang Mas Andi. Walau sebenarnya ini hanya keperluan perkerjaan, tapi Laras merasakan hal lain.
"Ah, tidak perlu ... Saya bisa menaiki TO (sebuah angkutan berbasis online)" -Laras
Namun Riko, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Dimana ia bisa bersama duduk bersebelahan dengan Laras. Ia pun bertanya sekali lagi untuk memastikan jawaban Laras.
"Apa Ibu Laras yakin? ..." -Laras
Laras diam beberapa saat. Memikirkan jika bersama dengan Riko, itu sebenarnya bisa menghemat waktu dan tidak ada salahnya juga. Di tengah perasaannya yang gelisah, Laras melihat dan memegang cincin kawinnya.
Dan pada akhirnya, Laras pun menyetujui ajakan Riko untuk pergi bersama. Melihat beberapa gaun di perusahaan tempatnya bekerja. Mereka berdua pun akhirnya berangkat bersama menggunakan mobil Riko.
Disisi lain. Terlihat Andi sedang sibuk dengan pekerjaan di kantornya. Beberapa halaman lembar kerjanya yang ia buka, terlihat menumpuk di hadapannya. Sepertinya ada tanda-tanda bahwa ini akan menjadi hari kerja yang panjang untuk Andi.
Seorang Bos berpenampilan rapih masuk keruangan Andi dengan tiba-tiba. Ia ingin mengatakan kepada Andi untuk lembur hari ini. Untuk membuat beberapa laporan yang cukup terbilang banyak.
Ketika pria itu masuk, Andi sontak berdiri memberi hormat kepada atasannya itu. Dan merapihkan pekerjaan yang berada di meja saat itu terlihat sedikit berantakan.
"Pak, Andi. Tolong lembur hari ini yaa. Perusahaan kita sedang di kejar waktu." -Bos Andi
Pira itu membawa beberapa map yang akan di serahkan untuk Andi kerjakan hari ini. Ia memberikan pekerjaan tambahan untuk hari ini.
"Ini dokumen-dokumen yang harus kamu cek!" -Bos Andi
Seraya tersenyum dan tetap bersikap sopan, Andi menjawab permintaan Bosnya itu yang sangat membebankan Andi sebenarnya. Bagaimana lagi, orang itu adalah yang mengupahkan Andi selama ini. Andi harus menuruti semua permintaannya.
"Baik, Pak. Saya akan usahakan hari ini semuanya selesai." -Andi
"Baiklah. Terimakasih sebelumnya ... Untuk urusan ini, saya percaya sama kamu." -Bos Andi
Pria gemuk itu tersenyum dan pergi meninggalkan ruangan Andi, setelah semua urusannya pekerjaan telah diserahkan kepada Andi. Suara pintu yang di tutup kemudian terdengar.
Cekelek!
Andi menghela nafas panjang. Dan duduk kembali di kursi kerjanya. Memegang bagian depan kepalanya, yang membuat ia sedikit lelah dan merasa penuh tanggung jawab.
Sebuah ponsel Andi yang tergeletak di hadapannya, hampir tidak tersentuh olehnya akibat banyaknya pekerjaan. Dimana ia sewajarnya mengabarkan kalau hari ini ia harus kerja lembur mengabari Laras.
Beberapa saat kemudian, seorang pekerja perempuan yang menjadi Office Girl di perusahaan itu datang membawakan Andi sebuah kopi. Perempuan itu di minta oleh si Bos untuk membawakan Andi kopi.
Bermaksud agar Andi tetap fokus mengerjakan pekerjaannya dari niat baik sang Bos perusahaan. Suara pintu dan suara wanita terdengar dari luar ruangan Andi.
Tok ...
Tok ...
Tok ...
"Permisi ..."
"Ya. Silahkan masuk" - Andi
Perempuan itu membuka pintu ruang kerja Andi. Membawa nampan berisi secangkir kopi dengan senyum di wajahnya. Sekilas, Andi sempat menatap wajah wanita itu. Dan, kembali lagi mengerjakan pekerjaan yang ada di hadapannya.
"Permisi Pak ... Saya disuruh mengantar kopi keruangan ini."
Dengan sikap yang dingin seperti kepada Laras, Andi kembali menjadi kepribadian yang bersikap cool. Ia berbicara sambil mengerjakan pekerjaannya.
"Letakan saja disana ..." -Andi
Kemudian, wanita itu meletakan cangkir berisi kopi di meja kerja Andi. Ketika wanita itu hendak ingin pergi meninggalkan ruangan Andi. Tiba-tiba Andi yang sibuk di tengah pekerjaannya bertanya.
"Tunggu!" -Andi
"Hm?"
"Saya baru melihat kamu di kantor ini. Apa kamu baru bekerja disini?" -Andi
Wanita yang merasa malu itu menunduk dan menangguk pertanyaan Andi.
"Benar, Pak ..."
"Siapa nama kamu?" -Andi
"Mia, Pak" -Mia
Andi tersenyum dan mengatakan terimakasihnya karena telah di bawakan kopi untuknya. Dan ia sepertinya harus bilang itu.
"Terimakasih, yaa, Mia" -Andi
Mia pun tersipu malu saat menatap Pak Andi. Ia merasa tidak pantas jika terlalu lama berada di ruangan ini.
"Sama-sama Pak ... Kalau tidak lagi yang di perlukan, saya izin pamit" -Mia
Kemudian, Mia pun pergi meninggalkan ruangan itu. Dan Andi, melamun cukup lama. Seraya, terus memperhatikan cangkir yang berisi kopi itu. Sebelum ia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Disisi lain. Riko dan Laras sedang pergi menuju kantor perusahaan yang menjadi tempat Riko bekerja.
Selama di dalam perjalanan mereka, Riko malah lebih sering fokus memperhatikan Laras yang duduk di sebelah kursinya sambil bermain ponsel. Di banding fokus menyetir mobilnya.
Entah karena Laras merasa di perhatikan atau tidak, dan dengan sengaja atau tidak. Laras tiba-tiba berbatuk kecil sekali sambil terus menatap layar ponselnya.
Ekhem!
Dan karena hal itu pula, Riko langsung dengan cepat kembali memfokuskan dirinya untuk menyetir. Beberapa waktu kemudian, tibalah mereka berdua di perusahaan Riko bekerja. Dan melihat-lihat semua koleksi gaun yang ada disana.
Ketika sedang melihat beberapa baris gaun yang terpajang di salah satu ruangan, Riko menanyakan pendapat dari Bu Laras.
"Bagaimana, menurut Ibu? Apakah gaun-gaun dengan model klasik seperti ini, layak untuk di pamerkan?" -Riko
Laras melihat-lihat gaun yang berada di hadapannya. Dan sesekali memegang bahan dari gaun tersebut. Dari beberapa banyaknya produk yang Laras lihat. Ada satu yang menarik perhatiannya.
"Kurasa, dari semua gaun yang berada disini. Ini yang paling cocok. Untuk mengangkat tema "Putri" di acara event nanti." -Laras
Kemudian, tanpa sadar atau tidak, Riko langsung mengambil gaun yang menurut Laras bagus itu. Dan mencocokannya dengan Laras yang berada di sampingnya.
"Lihatkan ... Saya rasa, bukan seorang putri pun pantas memakai yang seperti ini ..." -Riko
Mendengar itu, membuat Laras merasa malu. Ia menunduk dan mengalihkan pandangannya dari Riko yang terus melihatnya sambil tersenyum manis.
"Ah, maafkan saya ... Bu. Saya tidak bermaksud ..." -Riko
"Sudahlah ... Kita ambil ini saja untuk di bawa ke perusahaan." -Laras
Mereka pun memutuskan untuk membawa gaun itu. Dan, karena jam kerja telah berakhir, Laras pun bermaksud ingin segera pulang. Namun merasa bingung ketika mobilnya masih kehabisan bensin.
Selama mereka berjalan keluar perusahaan yang menjadi tempat Riko bekerja, Laras memikirkan hal yang tidak-tidak, tentang perkataan Riko tadi.
"Sadar Laras ... Apa yang kamu pikirkan."
Kini Laras dan Riko telah berada di luar area perusahaan. Setelah melakukan pekerjaan yang cukup melelahkan hari ini pun. Mereka berdua merasa lega.
Pikiran tentang mobil Laras yang menghantuinya, terus terbesit. Laras merasa pusing kenapa masalah-masalahnya tidak pernah berjalan dengan baik.
Riko yang melihat itu dan sadar apa yang tengah Laras pikirkan, mengucapkan sesuatu. Riko sebenarnya telah menyuruh orang bengkel langganannya, untuk menderek dan mengisi bensin mobil Laras. Ketika Laras sedang sibuk bermain dengan ponselnya, Riko berkata tiba-tiba.
"Ibu Laras tidak perlu khawatir. Saya sudah menyuruh orang bengkel untuk mengurus mobil Ibu ..." -Riko
Laras yang bingung dengan ucapan Riko. Menatapnya dengan penuh keheranan.
"Hm?"
"Mobil Ibu sudah diisi bahan bakarnya oleh orang-orang bengkel langganan saya. Karena saya tidak tahu alamat Ibu, saya menyuruh mereka meletakan mobil itu kembali di perusahaan Aoin." -Riko
Mendengar Riko yang terus membantunya, membuat Laras menjadi tidak enak dan merasa berhutang budi atas kebaikan Riko.
"Astaga ... Benarkah? Sebenarnya kamu ..." -Laras
"Tidak, apa ... Anggap saja ini sebagai salam perkenalan kita hari ini, karena saya sendiri merasa senang bisa bekerja sama dengan Ibu Laras." -Riko
"Apa maksudnya senang? ... Bukankah, ini hanya sebuah pekerjaan yang wajar?"
Kalimat itu terucap di pikiran Laras ketika mereka saling bertatapan muka secara langsung. Riko selalu tersenyum ketika Ibu Laras melihatnya.
"Tetap saja ... Saya jadi merasa tidak enak" -Laras
Riko tersenyum lagi ketika melihat ekspresi Laras saat ini di hadapannya. Hari ini, Riko benar-benar sangat berlaku baik kepada Laras.
"Apa perlu saya mengantar Ibu Laras lagi ke Aoin?" -Riko
"Ah, tidak-tidak. Saya akan naik TO saja sekarang ... Dan harusnya, mobil jemputan saya sudah datang ..." -Laras
Beberapa menit kemudian, mobil yang dimaksud Laras tiba untuk mengantarnya menuju Aoin. Dan Laras mengucapkan terimakasih untuk hari ini karena telah banyak di bantunya.
"Kalau begitu ... Saya pamit. Terimakasih sebelumnya." -Laras
"Sama-sama." -Riko
Kemudain, Laras menaiki TO itu. Dan meninggalkan Riko yang masih berdiri melihat kepergian Laras.
Beberapa jam telah berlalu. Kini Laras sudah berada di rumahnya. Duduk menyendiri di taman kecilnya memakai lingerie favoritnya sambil memegang secangkir teh.
Setelah mendapatkan hari yang menyenangkan, kini Laras malah di hadapkan oleh realita yang sunyi dari sebuah rumah tangga. Dimana Mas Andi yang seharusnya terlihat di dalam, tapi tidak ada.
Beberapa kali perasaan senang, resah, dan takut mulai silih berganti berada di dalam pikiran Laras. Setelah melihat kamar mereka kosong tidak ada orang, Laras memutuskan untuk tidur bersama Dina lagi malam ini.
Ponsel yang sedari tadi Laras pegang, tiada henti-henti ia periksa. Ragu untuk bertanya mengenai suaminya sendiri. Melihat, respon Mas Andi yang selalu dingin kepadanya.
Pyuuh~
Laras mulai merebahkan tubuhnya di samping Dina yang sudah tertidur pulas. Membelai pelan dengan mesra rambut anaknya. Di tengah-tengah kesunyian ini, suara pesan masuk baru saja berbunyi dari Mas Andi.
Celenting~
"Aku lembur."
Sebuah pesan yang sangat singkat baru saja di baca oleh Laras. Walau ia merasa bingung, kenapa Mas Andi baru sempat mengabarinya sekarang. Melihat jam besar di dinding sudah menunjukan pukul 10 malam. Laras membalas pesan singkat itu dengan sama cueknya.
"Baiklah. Aku mengerti." -Laras
Anehnya, ketika melihat nama Mas Andi, Laras malah sekarang teringat sosok Riko. Pria yang membuat Laras merasa lebih hidup kembali. Lewat perhatian-perhatian kecil yang di berikan untuknya.
Sorot mata merasa senang ketika menatapnya, dan perasaan aneh yang tidak bisa Laras ceritakan. Lalu, sebuah kalimat yang datang entah dari mana, terucap di dalam kepala Laras sebelum memejamkan matanya.
"Apakah, aku benar-benar sudah merasakan apa yang namanya kebahagian?"
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
HNP_FansSNSD/Army
Ceritanya bagus Kaka 💐💐💐. Jangan lupa mampir di novel aku, Professor & student Love through, & novel baru berjudul Tahta Dari Dosa.
2025-10-06
1