BAB 5

Fatan dan Rani menoleh mendengar langkah kaki yang mendekati mereka, Rani langsung mengeratkan pegangan tangannya pada sang ayah begitu melihat sang tante dan juga sepupunya.

Fatan yang merasakan genggaman yang kuat itu menghela nafas, dia tahu anaknya pasti ketakutan karena sering dia bentak jika dia menggangu waktunya bersama keponakannya itu.

"Sayangnya ayah, kamu masuk ke sekolah yah, belajar yang rajin". Fatan mengelus kepala sang anak dengan sayang.

Sepasang ibu dan anak itu menatap interaksi itu dengan tidak suka, tidak biasanya adiknya itu mengantar anaknya seperti ini dan memperlakukan anaknya sebaik itu.

"Iya ayah, Rani masuk dulu". Rani mencium tangan sang ayah kemudian berjalan masuk kedalam setengah berlari untuk secepatnya masuk kedalam kelas.

"Tumben kamu mengantar anakmu ke sekolah Tan??". Tanyanya dengan penuh selidik.

"Aku hanya ingin mengantar anakku ke sekolah kak, apa salahnya seorang ayah mengantar anaknya?? , karena kesibukanku, aku jarang-jarang bisa bersama anakku". Ucapnya penuh penekanan.

Farah hanya menatap adiknya dengan bingung, biasanya jika dia bertemu dengan anaknya, adiknya ini sangat bersemangat tapi kali ini dia hanya tersenyum sambil mengelus kepala anaknya itu kemudian pergi dari sana.

"Mommy om Fatan kenapa??, kok dia menjadi cuek seperti itu pada aku??".

Ana juga bingung melihat sikap om nya yang tidak biasa kepadanya, selama ini omnya begitu menyayangi dirinya sekarang bahkan tidak ingin melihatnya

"Mungkin dia sedang buru-buru, kita harus masuk kedalam, kamu sekolah dulu, mommy pulang oke".

Setelah siang hari Rossa datang menjemput sang anak, tapi dia kebingungan karena melihat jalan anaknya yang sedikit tertatih-tatih saat mendekati dirinya.

"Kakak kenapa nak??, kok kamu jalannya seperti itu?? ".

Rani tidak menjawab hanya menunduk takut dimarahi oleh sang ibu karena jalannya itu.

Rossa kini menatap anaknya dengan lekat, anaknya ini seperti orang yang takut untuk menceritakan apa yang terjadi padanya.

Dia berjongkok menyamai tinggi sang anak sambil menggendong putranya sehingga bisa langsung melihat anaknya itu.

"Kenapa nak??, bicarakan sama bunda, tidak perlu takut, bunda akan mendengar dan percaya padamu". Rossa mengelus belakang sang anak agar anaknya tenang dan mau bercerita.

"Apa ibu percaya padaku jika aku katakan semua ini perbuatan Ana padaku??". Rani menunduk pelan takut mendengar jawaban sang ibu.

Usapan pada bahu anaknya berhenti, dia mengerjapkan matanya mendengar siapa yang melakukan hal itu pada anaknya.

"Apa yang dia lakukan padamu nak?, kok bisa kamu jalan seperti itu?? ". Tanyanya menahan emosi.

"Jadi bunda percaya sama aku?? ". Tanyanya dengan lekat.

"Tentu nak, anak bunda tidak pernah bohong sama bunda, tentu saja bunda percaya, apa yang dilakukan Ana pada mu nak?? ". Ucapnya mengulang pertanyaannya tadi.

"Dia mendorong ku sehingga kakiku terkilir, ibu guru sudah mengobatinya, hanya saja kakiku masih terasa sangat sakit ketika dipakai berjalan". Dia memeluk sang ibu mencari kekuatan.

Dia bahkan mulai menangis dan mengadu pada ibunya itu karena takut.

Rossa menggertakkan giginya berusaha menahan amarah meluap, dia bisa menerima perlakuan keluarga suaminya padanya tapi tidak untuk anaknya.

"Nanti kita beritahu ayah kelakuan keponakan ayah itu, biarkan ayah yang menghukum dia, ibu akan bicara dengan tante Farah setelah ini".

"Jangan bund, nanti ayah dan tante Farah memarahi aku". Tangisnya pecah karena takut.

Rossa menggelengkan kepalanya, sungguh dia tidak terima anaknya juga harus menerima perlakuan tidak adil seperti ini.

"Tidak perlu takut, bunda akan melindungi kamu, ayo sekarang kita kekantor ayah, bunda tidak akan biarkan ini semua terus kamu alami".

"Bunda yakin?? ". Tanyanya dengan ragu.

Rossa menghapus air mata anaknya itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Dengar, bunda akan berusaha melindungi kamu walau dengan nyawa bunda, siapapun tidak akan bunda biarkan menyakiti anak bunda".

"Sebelumnya kita masuk kedalam sekolah dulu, bunda mau bicara dengan guru kamu setelah ini baru kita kekantor ayah".

Setelah urusannya selesai dengan sekolah sang anak, dan gurunya sudah berjanji untuk menegur sang keponakan, dia segera membawa anaknya itu ke toko suaminya untuk membawa makan siang.

Semua pegawai toko menunduk memberi salam hangat ketika dirinya datang kesana dan menuju ruangan suaminya.

Dia langsung membuka pintu itu dan masuk setelah mengucapkan salam, dia bisa melihat suaminya sedang sibuk dengan berkasnya langsung mendongkak melihatnya.

"Ini makan siang pesanan mas, aku datang membawanya". Rossa menyimpan makanan itu ke meja kerja suaminya.

"Kalian kenapa?, kok wajah kalian seperti tegang seperti itu, apa ada yang salah?? ".

Keduanya saling menatap, Rani hanya menunduk takut mengatakan apa yang terjadi.

Rani berjalan dengan kaki terpincang-pincang menuju Sofa, karena dia tidak bisa berdiri lama.

Fatan yang melihat anaknya jalan seperti itu mengkerut kan keningnya, anaknya jalan seperti orang terluka dan terkilir.

"Kamu kenapa nak??, kok jalan kamu seperti itu?? ". Tanyanya dengan penasaran.

Rani tidak menjawab melainkan menunduk takut, sedangkan Rossa kembali mengepalkan tangannya dia ingin melampiaskan emosinya kepada suaminya ini tapi dia khawatir karena ini toko.

" Dek, Rani kenapa? , kok dia jalan seperti itu, apa kakinya terluka?? ". Kini pandangannya mengarah pada istrinya karena sejak tadi anaknya tidak menjawab.

Fatan langsung berdiri menghampiri sang anak dan menggendong dirinya, dia menatap istrinya meminta jawaban atas pertanyaan nya barusan.

"Beritahu ayah apa yang terjadi padamu nak? , tidak usah takut, bunda dan ayah akan melindungi kamu". Ucap Rossa dengan tenang tapi tajam

Dia menatap istrinya dengan kebingungan, kenapa istrinya bisa berbicara seperti itu.

"Ada apa sih, kok kamu ngomongnya begitu?? ". Ucapnya dengan tidak suka

Kini pandangannya beralih pada sang anak karena istrinya tak menjawab apa yang dia tanyakan sejak tadi.

"Apa ayah akan percaya apa yang Rani katakan?". Dia menatap lekat mata sang ayah karena dia sebenarnya takut.

"Kok ngomong seperti itu nak, memang kapan ayah tidak percaya pada putri ayah ini?? ".

Fatan merasa ada yang janggal dari anaknya itu, entah apa yang terjadi di sekolahnya sampai dia seperti takut untuk menyampaikan apa yang terjadi.

"Tidak apa nak, ngomong sama ayah apa yang terjadi, ayah sama bunda akan percaya dan berada di pihak kamu selama kamu benar". Rossa mengelus kepala sang anak memberikan ketenangan dan kepercayaan diri pada anaknya.

"Hampir setiap hari Ana membully aku disekolah, dia bahkan melapor yang tidak benar kepada tante Farah agar tante memukul dan mencubit ku". Rani memeluk sang ayah dan menenggelamkan wajahnya diceruk leher ayahnya dan menangis.

Fatan mematung mendengar perkataan sang putri, jadi selama ini putrinya itu mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari keponakan dan juga kakaknya itu dan dia tidak tahu.

"Kenapa tidak pernah mengatakannya nak??". Tanyanya terbata-bata.

Terpopuler

Comments

ChikoRamadani

ChikoRamadani

bagaimana mau bicara kamu saja terlalu sibuk dengan keluargamu daripada istri & anakmu.... sampai kamu lupa memberikan mereka kepercayaan dan perhatian.
sekarang sudah tau kan tindak tanduk kakak & ibumu... kasih ketegasan dong fatan. jangan menyudutkan rossa apalagi rani sering sekali di bully oleh keponakanmu... jangan buat mereka makin tertindas harusnya kamu bisa melindunginya...

2025-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!