BAB 4

“Syukurlah kamu masih hidup, Nak.”

Pak Ezton dan Tante Luna memeluk putri mereka yang terduduk. Seluruh keluarga hadir, kecuali Selina. Mama Azura pun datang, berdiri di sisi tempat tidur di sebelah Azelio.

“Bagaimana perasaanmu, Nak?” tanya Azura lembut.

“Baik, Tante.” Emira mengulas senyum yang sudah dinanti Azelio. Senyuman yang membuat pria itu jatuh hati.

“Hm, siapa yang kamu cari?” tanya Pak Ezton melihat putrinya celingukan.

“Ayah, mana Rea?”

Semua terdiam, membuat Emira cemas.

“Ayah, Ibu, Rea tidak kenapa-napa, kan?” Ia pandangi satu per satu orang yang berdiri di hadapannya.

“Rea baik-baik saja, Emi,” jawab Azura, berusaha mencairkan suasana.

“Syukurlah, Tante. Tapi ke mana adikku? Mengapa dia tidak ada di sini bersama kita?” tanya Emi lagi.

Pak Ezton dan Tante Luna saling bertukar pandang penuh rasa tak percaya. Mereka tak habis pikir putri mereka masih saja mengkhawatirkan Rea.

“Sebentar, ya. Tante telepon Jeremy dulu, mungkin Rea sedang bersamanya." Mama Azura mengeluarkan ponselnya.

Sementara itu, Azelio mengajak Emi bicara, menanyakan bagaimana perasaannya dan apakah Emi sempat melihat wajah si penabrak—yang sampai saat ini masih diburu. Jejak si penabrak hilang, seolah-olah tak pernah ada.

Emi menggeleng, tak sempat melihat rupa pelakunya.

“Mama….” Jeremy memanggil, mendadak sudah berdiri di pintu sehingga Azura tak jadi menelpon.

“Loh, mana Rea, Nak?” tanya Azura, mendekati Jeremy.

“Sudah ku pulangkan ke rumah Ibunya, Mah,” jawab Jeremy, melirik sekilas orang tua Emi.

“Pulang? Kenapa kamu bawa dia ke sana? Kenapa bukan ke rumah kita?”

“Habisnya Rea sama Bang Zilo kan bakal bercerai. Terus Rea sendiri yang mau pulang, Mah,” jelas Jeremy, tanpa ragu mengatakan status hubungan Rea dan Azelio di depan Emi.

Mendengar itu, Emi sontak syok. Detak jantungnya terdengar lebih cepat. Wanita itu mendongak, menatap Azelio yang tampak panik.

“Zel, kamu sama Rea sudah menikah?”

Azelio membeku.

“Zel, jawab!” desak Emi, tangannya segera menarik kuat kerah lengan Azelio, menuntut penjelasan dari calon suaminya itu.

“Ya, kami sudah menikah. Tapi kamu tenang dulu, Emi. Aku nikahi dia karena terpaksa. Aku melakukan ini semata hanya untuk menyelamatkan keluarga kita dari rumor-rumor buruk di luar sana,” tutur Azelio perlahan-lahan agar Emi bisa mengerti. Akan tetapi, wanita itu menggeleng. Sontak ia meringis kesakitan, meremas dadanya yang tiba-tiba sesak.

Melihat Emi kesulitan bernapas, semua panik dan segera memanggil dokter.

Tak lama berselang, dokter keluar dan menyampaikan bahwa jantung Emira sangat lemah pascakecelakaan itu dan dapat mengalami gagal jantung bila kondisinya semakin memburuk. Dokter juga menyarankan agar mereka tidak memicu trauma pasien.

Mengetahui itu, Azelio merasa gelisah. Begitu pula yang lain. Sementara itu, Jeremy dan Mama Azura cemas karena kontak Rea tidak aktif. Meskipun Mama Azura memohon Azelio menjemput Rea, putranya itu menolak, memilih untuk tetap menjaga Emi. Bahkan, Azelio malah menyuruh seseorang mengurus surat perceraiannya.

“Nak, Mama mohon pergi jemput Rea. Mama khawatir,” pinta Mama Azura.

“Cukup, Mah. Emi baru bangun, dia butuh aku di sampingnya. Kalau Mama khawatir, Mama pergi saja sendiri, atau suruh Jeremy yang jemput dia.” Azelio menunjuk Jeremy sebelum buru-buru masuk kembali ke kamar Emi, mengabaikan kekecewaan ibunya.

Mama Azura merasa kecewa. Ia pun meminta Jeremy ikut bersamanya menjemput Rea. Sedangkan orang tua Emi, mereka pergi entah ke mana.

“Rea….” lirih Emi, kembali membuka mata.

“Emi, ini aku,” ucap Azelio, meraih tangan Emira.

“Kenapa kamu ada di sini?” tanya Emi dengan datar.

“Aku di sini untuk menjagamu, Emi,” jawabnya.

“Tidak. Bukan aku yang harus kamu jaga. Rea, dia istrimu sekarang. Kamu harus berada di sisi adikku,” ujar wanita itu, melepaskan genggamannya.

“Bukan, dia bukan istriku lagi. Istriku nanti itu kamu, Emi,” kata Azelio, berusaha menggenggam tangan Emira, namun wanita itu tidak membiarkannya.

“Maaf, Azelio. Aku tidak mau menikah denganmu.”

DUAR! Perkataan Emi bagai sambaran petir.

“Apa maksudmu, Emi? Kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Apa karena aku sudah menikahi gadis lain jadi cintamu padaku hilang? Atau karena statusku akan berubah, kamu tidak mau menikah sama duda sepertiku?” tanyanya bertubi-tubi.

“Bukan itu, tapi kondisiku sekarang tidak seperti dulu lagi. Aku lumpuh dan aku bisa meninggal kapan saja,” terang Emi, menunduk.

“Lagipula Rea gadis yang cantik, kalian jangan bercerai, ya,” mohon wanita itu, tersenyum penuh harap.

Srekkk

Emi tersentak melihat Azelio berdiri.

“Tidak, Emi. Kami akan tetap bercerai. Yang aku cintai itu kamu. Kamu yang harus menjadi istriku, bukan dia.” Pria tampan itu keluar, tak mau dengar apa yang dikatakan Emira.

“Arghhh, kenapa dia bicara begitu? Aku sudah setia menunggunya dan sepuluh tahun mencintainya, tapi dia dengan mudahnya memutuskan hubungan ini?” racau Azelio di dalam mobil sambil memukul setir berulang kali.

“Mungkin saja Emi hanya bercanda. Dia pasti terpaksa bilang begitu agar aku tidak menceraikan Rea. Benar, ini salah gadis itu yang seharusnya tidak aku nikahi,” gumamnya, menyalakan mobil. Ia menuju ke rumah istrinya.

Setibanya di rumah Pak Ezton, semuanya terlihat sepi. Namun begitu ia masuk ke dalam, perasaannya tidak enak melihat Jeremy berusaha mengangkat tubuh Ibu mereka yang pingsan.

“Jem, apa yang terjadi sama Mama?” tanya Azelio yang ikut mengangkatnya. Ia kaget melihat raut muka Ibunya pucat.

“Bang… Rea, Rea pergi!” jawab Jeremy, mengulurkan secarik surat berisi tulisan tangan Rea yang ditinggalkannya.

Maaf kalau keberadaanku bikin kalian susah. Aku minta maaf karena sudah merusak hubungan kalian.

Aku juga minta maaf karena tidak bisa menjadi istri yang sempurna. Maafkan segala kekuranganku, Kak.

Terima kasih karena sudah memberiku tempat, meskipun hanya sebentar. Aku senang sempat punya keluarga dan Ibu yang baik seperti Mama Azura. Aku harap Kakak dan Kak Emi bisa bersatu kembali.

Terima kasih. Aku pergi.

Deg!

Setelah selesai membaca surat itu, dada Azelio serasa dihantam belati. Tulisan itu berhasil membuatnya terhuyung. Jeremy segera menahan bahunya.

“Bang, kita harus cari Rea sekarang! Aku yakin dia masih belum jauh dari sini,” mohon Jeremy supaya Azelio kali ini memikirkan istrinya. Jeremy takut Rea melakukan hal bodoh di luar sana.

Terpopuler

Comments

Yus Nita

Yus Nita

kepurusan yg tepat, wlu pun sakit.
jarus kuat. pergi lah sejauh mungkin, dan utup indentitas mu, agar yak afa yg bisa menemu kan mu Rea.
biar kita lihat, sampai do mana sifat angkuh nu ny si Azeluo

2025-10-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!