Hani termenung sendirian di kebun sebelah rumah mereka yang hanya sepetak itu, jadi lah untuk menenangkan hati karena pikiran nya sudah kacau balau memikirkan hidup yang sangat susah ini. sejak dulu sampai sekarang tidak ada enak nya sedikit pun sehingga yang ada pikiran dia terus runyam tidak karuan, mau cerai pun sudah tidak mungkin.
Walau Imran sangat miskin tapi sekali pun Hani tidak pernah punya pikiran untuk cerai dari suami nya, sebab dia memang sudah memulai dengan suami dan punya anak juga dua orang. jadi kalau mau dengan orang baru terasa sangat susah, ada rasa perih mengingat bagai mana ini semua harus terjadi dalam hidup nya sekarang.
"Hahhhh."
Tarikan nafas wanita ini terdengar begitu berat dan juga sesak, kalau saja bisa maka dia tidak akan mengeluh dan ingin baik baik terus dengan suami dan juga anak anak. ada rasa sesak dan rasa sakit di hati Hani, apa lagi kalau melihat anak anak tetangga sudah bisa beli apa pun.
Bukan cuma masalah iri saja yang dia rasakan saat itu, tapi juga rasa bersalah pada anak nya karena tidak bisa menjadi orang tua yang berkecukupan. Indri juga sudah melamar kerja kemana mana, namun sampai saat ini belum juga di terima sehingga tidak bisa mau membantu orang tua nya hidup serba pas Pasan, di tambah Mak Tini juga ikut mereka.
Sudah lah ikut tinggal numpang malah nanti juga komen dengan segala macam hal yang membuat Hani tambah setres saja, mengatakan kalau Hani hanya lah istri yang kerja nya cuma bisa berpangku tangan tanpa bisa membantu suami yang sedang kesusahan.
"Ya Allah, aku tidak bisa kerja apa apa juga sekarang." gumam Hani dengan air mata berderai.
"Ari juga lagi sakit begitu, mau beli obat pun aku tidak mampu karena memang sudah tidak punya uang sedikit pun." Hani teringat putra bungsu nya yang sedang sakit.
Beban berat seperti ini lah yang bisa jadi membuat wanita gelap mata sehingga nekat melakukan bunuh diri, namun sejauh ini Hani tidak berani melakukan nya karena Ibu Hani sendiri mati karena bunuh diri. desas desus mengatakan orang yang mati bunuh diri tidak akan pernah di terima bumi, sehingga Hani pun tidak berani.
"Loh kok termenung saja kamu di sini, Mbak." Leni mendekati Hani yang sedang memainkan ranting kecil.
"Malah datang pula dia." batin Hani sambil menatap malas.
"Jangan termenung terus begitu, nanti kamu malah dapat iblis pesugihan karena hidup mu selalu melarat!" ujar Leni dengan mulut enteng nya itu.
"Sebaik nya kau jaga lah ucapan mu, Len! walau aku melarat dan kelaparan, tapi aku tidak akan pernah menggadai kan jiwa ku pada iblis." geram Hani sudah emosi.
"Yang benar, nanti kalau tetangga makan daging kamu cuma bisa ngences saja loh!" Leni malah tambah menjadi.
"Tidak usah kau ganggu aku, aku tau kau orang kaya!" Hani segera pergi karena tidak mau tambah sakit hati.
"Aduh pasti itu sekali dengan ku karena bisa beli semua nya, sedangkan kamu pakai daster yang sudah seperti lap gitu." ejek Leni tertawa kencang.
"Ya Allah, begini lah nasib orang miskin dan kau masih di katakan adil pada setiap umat mu? keadilan macam apa!" Hani meneteskan air mata pilu.
"Sana lah ngorek sampah biar dapat makan ayam, jadi lah dapat tulang saja." suruh Leni sambil melangkah masuk dalam rumah nya.
Leni memang sungguh luar biasa mulut nya karena dia adalah istri seorang polisi, jadi dengan orang miskin bersikap sesuka hati nya saja tanpa memikirkan bagai mana sakit hati orang. padahal yang miskin ya sudah biarkan miskin saja, toh mereka tidak ada mengganggu dia sedikit pun walau miskin.
"Kau ciptakan aku hanya untuk menderita seperti ini, padahal aku tidak pernah meninggalkan sholat." isak Hani tambah menjadi saja.
"Han! kamu kenapa?" Linda mendekati Hani yang masih menangis.
"Tidak apa apa kok, Mbak." Hani malu sehingga cepat mengusap air mata nya yang jatuh.
"Aku datang mau minta tolong, nanti malam kan ada hajatan di rumah ku. bisa Ndak kamu kerumah dan cuci piring?" tanya Linda hati hati agar tidak menyinggung hati orang.
"Bisa kok, jam berapa nanti saya kesana?" Hani langsung mau karena sedang butuh duit.
"Selesai acara paling yang jam sembilan lah, kamu datang jam delapan juga boleh sambil duduk menunggu." jawab Linda.
"Iya, alhamdulilah di kasih kerja sama Mbak." Hani senang sekali di buat nya karena kan lumayan juga.
Mencuci piring di rumah orang yang sedang ada hajatan maka bisa dapat sekitar dua sampai tiga ratus kalau banyak cucian nya, kalau di rumah orang yang baik pun masih nanti pulang nya di bekali dengan sesuatu sehingga bisa lah untuk makan sekeluarga karena banyak juga sisa dari acara tersebut.
"Pasti lah Linda mau suruh dia cuci piring, kan biarin saja aturan nya dia kelaparan tidak punya uang!" rutuk Leni.
Entah apa yang sudah bersemayam di hati nya Leni ini, bahkan ketika Linda sudah pergi tidak bicara dengan Hani. Leni segera mengejar untuk bicara, dia harus menghasut agar Linda batal saja menyuruh Hani, maka nya dia datang tergesa gesa.
"Lin, kamu menyuruh Hani cuci piring ya?" Leni langsung bertanya.
"Kok kamu tau?" Linda menatap kembaran nya ini.
"Ngapain sih nyuruh dia, dia itu kalau cuci piring enggak bersih karena di rumah enggak punya piring, mereka kan makan di alas kan kresek atau daun pisang!" sewot Leni.
"Astagfirullah, kau itu jangan sembarangan saja kalau menghina orang!" bentak Linda marah.
Leni memutar bola mata nya malas karena kembaran nya sudah pasti tidak akan mau membatalkan suruhan pada Hani, beda memang sikap dua wanita ini. mereka selalu punya sifat bertentangan satu sama lain, Leni memang lebih judes dan suka sekali menghina orang.
"Ih aku tidak akan mau makan di rumah mu, karena piring itu sudah pasti tidak akan bersih!" Leni bergidik geli.
"Tidak makan ya sudah, aku malah senang karena lauk nya tidak kurang." jawab Linda santai.
"Awas saja besok kalau kau mengeluh barang di rumah mu hilang, orang miskin kok di suruh mencuci di rumah bagus." Leni masih saja mengatai.
Linda tidak mendengarkan nya lagi karena Leni semakin keterlaluan saja, biarkan dia sibuk sendiri akan masalah hati nya, yang penting Linda tidak lah begitu pada orang orang yang ada di sekitar kampung mereka ini. sebuah kampung yang masih sepi, bahkan ada yang menamai nya kampung mati karena sebelum nya memang tidak ada warga yang mau tinggal di sini akibat takut akan kejadian dahulu.
Ayo ramaikan ya guys.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
K & T K & T
apa kampung mati yg warganya di bantai Arini ya,,🤔
tp kok di setiap kampung adaa aja yg mulutnya julid🙄
2025-09-25
3
Shinta Teja
ya Allah,,,,dasarg tetangga ga punya akhlak... harusnya kalau kamu masak daging,apa susahnya sih kamu kasih di sepotong lalu kasih dia kuah yang agak banyak atau kamu kasih kuah nya aja deh...
ini udah lah ga bantu malah ngatain pula ..😤🤬
2025-10-01
1
ρυтяσ✨
jadi ini kampung yang dulu warga'y di bantai Arini thor???? kembali hidup karna ada beberapa penghuni disana🤨🤨🤨🤨
wah Leni emang benar" ya jauh bedah sama Linda
2025-09-25
3