Pemuja Siluman Ular

Pemuja Siluman Ular

Bab 1. Konflik

"AKU CAPEK, MAS!" Hani membanting teko plastik yang sudah kusam warna nya.

Imran hanya bisa diam saja menunduk karena merasa mungkin memang ini salah dia karena tidak bisa membahagiakan sang istri, jangan kan membuat bahagia seperti suami lain nya, memberi uang yang cukup saja tidak bisa. kerja sebagai buruh di sawah dengan gaji yang pas Pasan, itu pun kalau ada pula yang membutuhkan tenaga nya.

Dalam satu Minggu tidak pasti akan laku terus kerja sebagai buruh, kalau sudah tidak ada yang menanam padi maka mereka sudah pasti tidak akan punya uang untuk makan. mau bertani sendiri mereka juga tidak punya sawah, punya hanya tanah yang di tegaki rumah gubuk reyot ini seperti sudah mau tumbang saja.

Seperti sekarang ini sudah tidak ada kerjaan sehingga Imran hanya jadi pengangguran yang cuma bisa lontang Lantung tidak karuan, uang hasil kemarin juga sudah habis karena cuma tiga ratus ribu saja dan cukup untuk membeli beras, soal sayur masih bisa panen di sebelah rumah karena mereka juga menanam.

Lagi pula selama ini memang tidak pernah makan enak seperti tetangga nya yang lain, kalau tetangga sebelah rumah makan enak maka mereka hanya bisa mencium bau nya saja, untung mereka tidak punya banyak anak. Hani memang tidak mau punya anak banyak, sebab dia merasa suami nya tidak akan mampu untuk memberi makan sebanyak itu.

"Ya sabar lah, Bu." Imran pun tidak punya ucapan lain selain sabar.

Plaaaaak.

"Ibu!" Indri kaget karena Hani sampai menampar Imran karena sudah tidak bisa menahan emosi nya lagi.

"Kau diam! selama ini aku kurang sabar apa, melihat orang lain hidup nya enak dan bisa beli apa saja. sedangkan aku untuk makan saja selalu kurang, sebab suami ku yang miskin!" bentak Hani lantang.

"Bapak kan juga udah usaha to, Bu." Imran mengusap pipi nya yang terasa panas usia di tampar oleh sang istri.

Hani mana peduli karena dia merasa sudah muak akan hidup nya ini, melihat orang lain bisa belanja tapa pikir harga, belanja sayur pun selalu di sertai dengan ikan atau daging ayam. bahkan Leni tetangga nya pun selalu beli daging sapi, masakan rendang bisa di bilang seminggu sekali sudah pasti.

Ini jangan kan beli daging sapi untuk makan, mau beli ayam sepotong pun harus pikir dua kali karena uang nya yang tidak ada. Hani akan makan ayam atau barang enak lain nya ketika sudah ada tetangga yang punya hajatan, maka dia akan makan enak seperti itu setelah mencuci piring sebanyak banyak nya.

"Kau jangan ikut ikutan menyalahkan aku, kau pikir uang untuk membesarkan mu itu dari mana? aku harus banting tulang di hina oleh para tetangga!" Hani berteriak lantang.

"Ibu, jangan berteriak begitu." Indri menangis juga jadi nya.

"Maafkan aku, Han! aku juga ingin sekali membuat kalian bahagia, tapi aku tidak punya apa apa." sesal Imran.

"Bukan cuma setahun dua tahun saja aku hidup begini dengan mu, lebih baik aku pergi saja." Hani bergegas keluar dari rumah untuk menenangkan diri.

"Ibu mau kemana? jangan pergi dari sini, Bu!" Indri menahan tangan Hani yang mau keluar.

"Lepaskan Ibu, bila Ibu terus di sini maka kalian akan sakit hati akan ucapan ku." Hani menyentak tangan nya.

"Ya Allah, Ibu!" Indri menangis karena serba salah juga.

Hani keluar dari rumah untuk menenangkan diri nya yang sedang di landa rasa kesal luar biasa, minyak habis dan semua bahan dapur sudah tidak ada lagi. mana uang yang di pegang juga sudah tidak ada, Imran pun nganggur sama sekali tidak ada kerjaan walau dia sudah berusaha untuk mencari nya.

"Kan Emak sudah bilang kalau Hani itu bukan perempuan yang mau di ajak susah, kau ngeyel kalau orang tua bicara!" Mak Tini mendengar suami nya.

"Jangan menyalahkan Hani, Mak." Imran tidak mau kalau istri nya tambah ruwet nanti.

"Terus saja kau bela dia, Imran! sejak dulu sampai sekarang Emak memang tidak suka pada nya, dia itu wanita yang punya ambisi tinggi." bentak Mak Tini.

"Wanita mana pun ingin hidup nya enak, Mbah! bukan cuma bisa melihat orang lain makan enak, berpakaian bagus dan dia sendiri memakai daster dengan tempel sepuluh!" Indri membela Ibu nya.

"Cucu tidak sopan, ini lah yang Ibu mu ajarkan." sentak Mak Tini tambah marah.

"Kalau Mbah mengajari maka akan mengajari susah saja!" balas Indri segera berlalu pergi karena dia jadi ikut kesal sekarang.

"Indri jangan begitu." Imran menatap putri nya tak suka.

"Lalu aku harus bagai mana? aku harus setuju saat Mbah juga mengatai Ibu! dia itu menambah runyam rumah ini, Pak." sengit Indri kesal.

"INDRI!"

"Apa? Bapak itu selain melarat di tambah juga tidak bisa membela Ibu!" teriak Indri sudah tidak bisa menguasai diri lagi.

Imran tercengang mendengar ucapan putri sulung nya, padahal selama ini Indri terus membela dia saat Hani marah marah ketika sudah tidak punya uang lagi. tapi sekarang Indri berubah haluan, mungkin saja semakin besar maka dia semakin yakin kalau diri nya juga tidak akan sanggup hidup seperti Ibu nya.

"Lihat lah dirimu, karena kita memang miskin maka nya anak pun tidak bisa menghargai." Mak Tini duduk di sebelah anak nya.

"Sudah lah, Emak jangan menambah runyam saja! aku memang tidak berguna karena tidak bisa membahagiakan anak dan istri." Imran pun tidak ingin bicara.

"Istri mu itu bawa sial, lihat lah adik mu itu. walau pun kita awal nya miskin, tapi sekarang dia hidup enak karena istri nya membawa berkah!" sengit Mak Tini lagi.

"Istri yang melarang suami nya memberi uang pada Emak? apa yang mau Emak banggakan dari Ambar itu!" Imran bicara soal adik ipar nya yang kurang ajar.

"Kamu jangan sembarangan." Mak Tini membuang muka.

"Aku bicara fakta, kalau memang Ambar baik maka dia tidak akan masalah kalau Emak tinggal di sana." Imran juga sudah mulai terbawa emosi.

"Emak yang tidak mau di sana." kilah Mak Tini.

"Tentu saja Emak tidak mau karena di sana hanya di jadikan Babu, itu menantu yang selalu Emak banggakan!" bentak Imran.

Pokok nya Imran sudah lepas kendali juga karena dia suka bingung akan harus hidup nya ini, dia menyadari kalau dia memang bukan suami yang sempurna. namun Emak Tini terus menambah runyam, bukan nya terima kasih pada Hani yang mau merawat diri nya, tapi malah terus mengatai Hani.

Bab awal ni guys ayo ramaikan dulu.

Terpopuler

Comments

moerni🍉🍉

moerni🍉🍉

cerita baruuuuu...
in siluman ular nya siapa ya..

2025-09-24

2

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔

apa kah ini anak buah purnama yang akan berkhianat lagi kah ..

rumah tangga kalo ada orang tua ikut campur ya begitu pasti ada salah menyalahkan .. namanya manusia banyak yang tidak sanggup hidup miskin apa lagi seatap sama mertua yang banyak bacot begitu /Facepalm/

2025-09-24

1

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

𝙺𝚒𝚔𝚢𝚘𝚒𝚌𝚑𝚒

bagus deh kl imran bs ambil skp sprti itu, bykn pnya ibu kelakuane skpe buruk tetep aja mbelani...orgtua kl byk ikut cmpr n bkn rusak rmhtangga sekedar menggak biar g nlunjak wes ckp..kl mertua bl anak nya blm sampe benci n main tangan ke mantu blm puas deh. pokoke ibunya hrs no 1

2025-09-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!