Sejak hari itu Abimanyu menghindar bertemu sang papa, lebih baik berangkat kuliah lebih pagi saja. Saat pagi hari jangan sampai merusak mood juga. Berangkat kuliah dengan penuh semangat, kelas Aluna akan mengumpulkan makalah saja sebagai tugas sekaligus untuk nilai akhir tanpa UAS. Beberapa mata kuliah pun sudah mengambil nilai tugas akhir, sehingga pekan sunyi ini benar-benar longgar, akan dimanfaatkan Aluna untuk mengembangkan bisnis aksesorisnya.
"Jadi?" tanya Abi sekali lagi, meneruskan cara mencari uang agar tidak diremehkan papa. "Jangan ngepet!" Nyimas mendengar ocehan Abi bingung, belum tahu arah pembicaraan Abi dan Aluna, apalagi ada istilah ngepet segala.
"Kalian ngomong apa sih?" Aluna tertawa, kemudian menceritakan saran yang diberikan kepada Abi agar mendapat uang dengan cepat dan banyak.
"Parah kan dia!" ucap Abi dengan mencibir kelakukan absurd temannya ini. Nyimas tertawa ngakak. Seorang Aluna yang jungkir balik bangun usaha, sampai menyarankan ngepet pada Abi, tanda kalau Abi tidak cocok untuk merintis usaha. Dia terlahir menjadi bos, jadi tak perlu lah mencoba untuk mencari uang dengan kerja keras.
"Tapi Luna benar kali, Bi! Lo mana sanggup kerja keras, dikit-dikit ngeluh. Kalau terlahir bos ya jadi bos saja. Lo tahu, Lun. Saat keluar bimbingan proposal, dia seperti mayat hidup yang berjalan tanpa tenaga coba," Nyimas mengingatkan hari itu, mood Abi makin anjlok saja. Urusan skripsi Abi sudah ingin menyerah. Tak tahan saja melihat coretan merah yang begitu banyak, perasaan dia sudah menyusun kalimat sebaik mungkin, eh malah main coret.
"Rese' banget sih kalian," Nyimas dan Aluna tertawa melihat Abi cemberut.
"Lagian aneh saja, kenapa lo tiba-tiba butuh pengakuan diri. Biasanya lo cuek aja saat bokap lo ngomong nyelekit? tanya Nyimas.
Abi mengedikkan bahu, ia sendiri tak tahu sore itu begitu sensitif. Sikap sang papa seperti itu sudah berlangsung bertahun-tahun, dan dianggap Abi angin lalu. Tapi kemarin sore mungkin ambang batas kesabaran Abi diremehkan sekaligus dibandingkan dengan sang kakak. Sehingga ada dorongan untuk mencari jalan pengakuan diri.
"Ya pengen menjadi orang yang lebih baik, lah!"
"Tujuannya?" tanya Aluna.
"Agar tidak diremehkan bokap lah." Aluna mengangguk, memang biasanya seseorang diremehkan oleh orang terdekatnya akan memunculkan potensi yang selama ini terpendam. Mungkin sekarang Abi sedang mengalami proses pendewasan.
"Bagus deh."
"Ya terus bagaimana caranya? Gue mau tahu caranya."
"Ubah mindset sih menurut gue," saran Aluna. Nyimas hanya menyimak saja. Dirinya juga terlahir kaya, dirinya juga tak ada niatan untuk merintis usaha, jadi saat Abi meminta saran, Nyimas tak tahu. Biarkan Aluna yang memberi saran tersebut, karena gadis tangguh itu melewati susahnya merintis sebuah usaha sejak usia remaja.
"Maksudnya?"
" Ya mindset lo tentang hidup diubah. Selama ini lo hidup sudah di level 9, Bi. Mungkin dalam diri lo pernah tersirat ah ngapain gue kuliah serius-serius, toh uang gue udah banyak, nanti juga RSJ dikasihkan ke gue. Nah itulah yang membuat lo malas buat usaha, malas buat mengeluarkan potensi, hidup seperti air saja. Toh backingan lo sudah mapan."
"Berat cuy. Emang gue gitu ya?" lah baru sadar, Nyimas langsung menepuk kepala Abi dengan gulungan kertas, menyadarkan pemuda itu tentang sikapnya selama ini.
"Makanya lo ditolak mulu sama Aluna. Lo aja gak kenal sama diri lo sendiri, gitu mau mengenal kehidupan Aluna," ucap Nyimas ikut gemas. Aluna menjentikkan jari, membenarkan apa yang diucap Nyimas.
"Malah sumpek gue ketemu kalian. Bukannya dapat solusi malah dapat ocehan," Abi otw ngambek, dan kedua gadis itu tertawa ngakak.
"Oke deh, gini gue kasih jalan agar lo bisa upgrade diri. Bukan berarti gue expert ya, tapi sesuai pengalaman gue aja."
"Oke!"
"Pertama tulis goal lo, lo mau apa. Kalau lo mau duit banyak maka lo harus tahu jalan untuk mendapatkan cuan. Uang saku lo banyak, bisa lo ambil 10% buat modal usaha. Jualan skincare kek, jualan celana dalam," usul Aluna makin ngelantur dan ditonyor oleh Abi langsung. Dirinya tak marah malah tertawa ngakak. "Tulis sekarang Tuan Abimanyu."
"Baik Bu Guru!" jawab Abimanyu pasrah. Ia membuka note book, dan segera mencatat apa yang diperintahkan Aluna. "Udah!"
"Lihat!" pinta Nyimas, dan spontan tertawa ngakak. "Lun, baca Lun!" Nyimas menunjukkan tulisan Abi, meski Abi menarik lengan Nyimas, tak mau Aluna tahu.
"Sueeeeek!" Aluna mendengus kesal saat tahu goal yang ditulis Abi. Nikah sama Aluna.
"Tujuan orang kan beda-beda, Lun!" ucap Abi menarik note booknya, dengan wajah cemberut. "Terserah gue lah, tulis tujuan apa." Oke, Aluna tak protes lagi. Kemudian melanjutkan menuliskan realita.
Aluna dan Nyimas mengintip apa yang ditulis Abi, dan si Abi berusaha menghalangi pandangan mereka layaknya anak SD sedang ujian. "Coba lihat realitanya?" pinta Aluna, Abi menolak.
"Ya udah gak jadi aku lanjutin," ancam Aluna, Abi berdecak sebal dan pasrah saja. Nyimas dan Aluna menahan tawa saat membaca realita yang ditulis Abi.
Aluna tidak mau pacaran.
Aluna mandiri sedang aku tidak.
Aluna tegas aku butuh disetir papa dan mama.
Strata sosial berbeda.
Cinta bertepuk sebelah tangan.
"Melasnya."
Aluna pun diam saja, dia diajarkan oleh sang mama untuk tidak menggantung seorang pria. Khawatir ada sakit hati malah menghambat kebahagiaan Aluna nantinya.
"Lo emang naksir gue banget, Bi?" tanya Aluna. Abi mengangguk saja. Nyimas diam saja, kayaknya kedua temannya ini sedang mode serius.
"Terus lo mengharap gue menerima lo?" Abi kembali mengangguk.
"Pastinya lah, Lun. Namanya orang naksir yang pasti pengen disambut."
"Gue sebenarnya gak minat pacaran, Bi. Ribet menurut gue, dan mama gue selalu sounding pacaran tuh berefek jelek, gak baik, dan buang-buang waktu. Gue gak berniat menyakiti lo, Bi. Gue hanya teguh pada prinsip yang gue pegang, dan berlaku pada semua cowok kan."
Abi mengangguk. "Ya gue sadar diri sih, Lun. Kayaknya gue bukan kriteria lo banget. Lo sebagai cewek mandiri banget, seolah gak butuh cowok. Sedangkan gue cowok malah butuh diemong. Tapi harapan tetap ada, Lun."
"Sebenarnya gue gak ada kriteria cowok seperti apa. Cuma kalau bisa ya mendekati seperti papa aja. Perhatian sama anak istri, tanggung jawab, dan yang paling penting berdiri di atas kaki dan tangannya. Tidak diatur oleh orang lain."
"Gue aku sih, orang tua Aluna meski bukan lulusan militer tapi straight banget dalam mendidik anak," ujar Nyimas yang pernah menginap di rumah Aluna saat semester 3 dulu.
"Emang didikannya gimana?" tanya Abi penasaran.
"Mendidik agar tahu kewajiban dan tanggung jawab masing-masing saja. Soal kebersihan, soal kesehatan, soal keuangan gue sejak kecil udah diajari mama buat peka terhadap itu semua. Gak bisa jatah jajan gue habis, terus minta sebelum waktunya. Big No. Saat gue kuliah di luar kota pun ada perjanjian bersama mama dan papa, terutama soal pergaulan dengan lawan jenis. Kalau gue macam-macam, coret KK."
"Lo gak berontak? Gak takut susah dapat jodoh?" tanya Abi serius. Aluna menggeleng.
"Papa dan mama adalah contoh nyata, tanpa pacaran bisa dapat jodoh. Baik mama dan papa tak punya mantan pacar. Mama fokus prestasi di kampus, sedangkan papa fokus cari uang."
"Kok bisa sih?"
"Kembali lagi pada mindset dan tujuan, karena baik buruknya hidup seseorang tergantung pada dirinya sendiri. Kalau mau cuan banyak ya lo kurangi waktu rebahan, kerja. Kalau mau pintar ya kudu belajar, banyak membaca, dan yang tahu langkah untuk mewujudkan tujuan itu ya dari diri lo sendiri. Jangan melihat hidup orang lain, jangan bergantung pada orang lain. Harus berani hidup dengan pikiran, tangan dan kaki sendiri."
"Nah paham kan sekarang. Kalau lo mau jadi cowoknya Aluna, lo harus upgrade diri. Lo harus bisa memanage apapun, waktu, uang, mindset, emosi, karena bentukan Aluna sudah semandiri ini."
"Berat euy!"
"Belum apa-apa udah bilang berat, mundur deh!" ceplos Nyimas, Aluna tertawa.
"Bukan gue yang bilang ya. Cuma apa yang ada dalam otak gue sudah diwakili Nyimas. Lagian lo masih muda kali, Bi. Gak usah pikir cinta-cinta dulu napa. Lo udah punya mantan banyak juga, tobat lah!"
"Iya...iya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Deera
Papa Sabda, tolong ini simanyun diamankan!! /Sneer/
2025-09-20
0