Agak aneh memang, bagi teman-teman San yang tahu sepak terjang cowok satu ini di dunia berbau cewek, romantisme dan juga percintaan ketika melihat San langsung gercep menyambut uluran tangan Anci. Sempat beberapa detik mereka melongo menyaksikan semua itu.
" Oh.. Hai.. kak San.. aku Anci. " sapaan balik dari Anci terbata karena tiba-tiba saja gugup begitu tangannya disambut oleh San.
Aldo lirik bagaimana ekspresi San sekarang, ' Cepet bener dah si bos.. Kagak mau apa ya gue salaman sama nih cewek. ' Aldo menahan diri untuk tidak tertawa ngakak di depan teman-temannya.
" Ekhem... Yaps betul banget, Ci.. Dia bos kita-kita namanya San.. Ini disamping gue playboy alay, Pandu. Di depan gue si Bagas, sampingnya lagi Bintang. Atu lagi tuh Aldo. " Dendi langsung memperkenalkan semua temannya. Situasi yang tiba-tiba menjadi canggung, langsung cair karenanya.
" Hai.. " kompak mereka menyapa Anci.
" Hai juga kak.. Salam kenal ya.. " Anci tersenyum hangat.
Senyum yang menular sampai membuat San ikut tersenyum meski hanya setipis tisu. Mana ada yang lihat senyum San, tapi San jelas tersenyum karena Anci. Cewek yang berhasil membuat San terpikat.
San tahu Anci tunangan Jerrel beberapa hari setelah pertemuan pertama mereka. Saat itu San langsung murka. Emosinya dia lampiaskan dengan membuat samsak tinju jebol, mana waktu itu Aldo hitung ada empat atau lima. Aldo pun langsung jaga jarak dari San selama beberapa. hari, takut ikutan bernasib sama seperti samsak itu.
San selidiki semua tentang Anci, dan tidak habis pikir cewek sesempurna Anci bisa bertunangan dengan setitik tinta hitam dalam hidup San yang sempurna itu. San benci Jerrel, meski mereka satu pertemanan dan sepupunya sendiri, tapi bagi San, Jerrel itu termasuk salah satu manusia yang masuk daftar musuhnya.
Plus sekarang San naksir tunangan Jerrel. Bisa dipastikan San makin dan makin benci sepupu laknatnya itu.
" Minumnya datang.. " seru Intan dan Cynthia.
Semua langsung comot minuman mereka masing-masing, termasuk Anci yang gegas meminum es tehnya lantaran sudah sangat haus. Tenggorakannya tiba-tiba terasa kering karena situasi barusan.Dan semua gerak gerik Anci diperhatikan oleh San.
Tidak ada satu detik pun San memalingkan tatapannya dari Anci. Tentu saja San lakukan semua itu diam-diam, sembari memberikan tanda tangan dibuku Anci dan kedua temannya.
San akui, Anci itu sempurna. Wajahnya itu sangat menarik siapapun yang melihatnya. San benar-benar terpesona tentang semua yang ada dari diri Anci. Mata itu, sepertinya akan jadi mata terfavorit untuk San. Bibir itu, pastinya nggak akan San biarkan bibir itu nantinya nganggur.
Sifat dan sikap Anci sangat unik menurut San. Dia bukan tiper cewek menye-menye saat dengan dengan lawan jenis. Anci juga kuat dan tegar, terbukti dari betahnya cewek satu ini menghadapi tingkah Jerrel yang diluar nurul itu.
San memang sudah jatuh dalam pesona Anci, dia akui itu. Dia juga sadar apa yang dia inginkan ini salah karena Anci sudah bertunangan, sama sepupunya sendiri lagi. Tapi San tidak mau mengalah. San tidak peduli semua itu, yang San mau hanya Anci. Cuma Anne Ciara.
Peduli setan dengan semua kisah kasih pertunangan Anci dengan Jerrel, karena San siap melakukan apapun untuk melihat Anci berdiri di sisinya, selamanya.
" SAAANNNNNNN!!!! "
Jerit kegirangan cewek yang tiba-tiba berlari mendekat ke arah San, mengagetkan Anci yang tadi sempat ikut curi pandang ke arah San.
Anci merasa diperhatikan tapi Anci cukup takut jika mengatakan San terlihat memperhatikan dia sejak tadi. Rasanya kok, agak nggak mungkin gitu. Takut dikira dia kepedean.
" Aduh ondel-ondel Monas dateng.. " cibir Pandu dengan suara yang sengaja dikeraskan.
" Ondel-ondel Monas pala lo, Pan.. " cewek itu melotot tajam ke arah Pandu, " San.. Teman kamu tuh, masa iya aku yang cantik gini dibilang ondel-ondel sih. " sedetik kemudian nih cewek langsung sok dekat sok manja ke San.
Cowok-cowok langsung memperagakan gerakan mual serempak dan San sendiri memutar bola matanya malas melihat drama di depannya.
Anci melotot kaget melihat San memutar bola matanya. Entah kenapa kok Anci suka melihat bagaimana tanggapan San saat ada cewek gatal. mendekatinya.
" Berisik.. " satu kata tapi jleb.
Sayangnya cewek sinting yang meringsek duduk sebelah San itu tidak paham bahasa penolakan dari San.
Atau dia sadar, cuma pura-pura aja nggak paham. Alias nggak tahu malu.
" Lo ngapain sih ke sini, Glad... Jangan rusak mood si bos deh. Ntar gue yang kena. " Aldo melayangkan protesnya. Sumpah komuk Aldo kelihatan banget dia jijay sama cewek disebelah nya itu.
" Apaan sih Aldo? Gue nggak ngerusak mood San ya. Gue cuma mau San antar gue balik aja. Disuruh bokap dia bareng sama San guenya.. " Gladys, nama cewek itu langsung menyodorkan HP nya ke arah San.
" Gue sibuk.. " San langsung bangkit berdiri.
" Eh.. Eh.. Mau kemana sih? " Gladys menahan lengan San yang langsung ditepis kasar oleh si punya tangan.
" Tang.. "
" Oke, bos.. "
Tanpa banyak bicara San langsung pergi setelah memberikan kode pada Bintang. Jelas kode kematian kalau ini mah, karena Bintang harus anter pulang cewek menyebalkan seantero Savoir ini.
" Sama gue aja, Glad.. Gue anterin pulang, kalau perlu sampai ke makam lo gue anterin.. " Bintang ikut berdiri dan langsung menarik Gladys ikut bersamanya sebelum itu cewek berlari mengejar San.
" Eh.. Eh.. Nggak usah tarik-tarik, gue bukan truk gandeng ya.. Lagian gue minta San yang anter.. Bukan elo, ege.. " Gladys berteriak dan memberontak tapi Bintang masih lebih kuat secara tenaga dan kesabaran untuk menghadapinya.
" Bacot.. Lo mestinya bersyukur gue mau anterin lo.. Kalau yang lain yakin gue kalo lo diturunin tengah jalan.. CEPET DAH!! " Gladys langsung mengkeret dibentak Bintang.
Semua adegan itu jelas Anci lihat dan ikuti. Entah kenapa ada sedikit rasa tidak suka melihat Gladys, katingnya begitu nempel ke San. Aneh emang, tapi rasa tidak nyaman itu membuat Anci jadi bad mood sekarang.
Dia jadi diam mengaduk-aduk es tehnya, mengabaikan teman-teman di meja kantin itu yang berbincang membahas soal Gladys. Yang setahu Anci, dia juga kenalan Jerrel. Satu tingkatan dengan Jerrel.
*****
San yang balik karena menghindari Gladys langsung disambut mami Na di mansion mewah milik keluarganya. Mansion bergaya Eropa itu sudah tiga tahun belakangan ini San tinggali karena sebelum-sebelumnya San memilih tinggal bersama klan Black, keluarga dari sang Mami di Inggris.
" Putra mami sudah pulang.. " Na menyambut putranya. Dia peluk sebentar putranya yang tanpa terasa sudah sebesar itu sekarang. Na saja kalah tinggi dari San.
" Abang... " adik San, menuruni tangga sembari menghampiri kakak kesayangannya.
" Ck.. Nggak usah lari!! " tegur San yang hanya ditanggapi cengiran adik.
Dua wanita inilah dunia San. San menyayangi keduanya sebagai mana dia sayang dirinya sendiri. Bagi San, asalkan Maminya dan Gia, panggilan akrab adiknya bahagia, San rela menaklukan dunia demi keduanya ini.
Ketiganya duduk sebentar di ruang keluarga, berbincang tentang kegiatan San di kampus yang sebentar lagi San sendiri sudah diwisuda. Tinggal mengumpulkan skripsinya, sidang setelah itu selesai. Semua sudah San atur.
" Papi pulang.... " San memutar bola matanya malas.
" Dih.. Nggak sayang Papi nih, pada diem aja. Nggak mau peluk papi nih. " semuanya masih diam di tempat. Enggan menanggapi drama dari Gemma.
" Ah nggak seru banget deh.. Nggak papa lah.. Tapi papi bawa kabar gembira lho.. " Gemma menaik turunkan alisnya.
Kabar gembira yang dia sebut sukses membuat Gia, putri kesayangannya dan Na, sang istri langsung bereaksi. Cuma San yang tetap diam, tapi Gemma tak peduli. Putranya itu memang pribadi yang tidak menyenangkan.
" Apa pi kabar gembiranya? " tanya Gia antusias.
" Nanti malam... kita akan... MAKAN MALAM SAMA KELUARGA YANUAR.. " seru Gemma heboh.
Tapi kalian tahu tanggapan anak dan istrinya?
Ketiganya langsung bubar meninggalkan Gemma yang kebingungan..
" Lhah.. Kok aku ditinggal.. " Gemma plonga plongo di ruangan itu, sedangkan Yudhistira, asprinya sekuat tenaga menahan tawanya agar tidak meledak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments