SSFA 3

Lalu lalang mahasiswa, selalu menjadi pemandangan yang setiap hari menghiasi lorong kampus Savoir. Baik mahasiswa tingkat akhir, ataupun mahasiswa tingkat pertama. Dan beberapa hari ini, lorong-lorong kampus dihiasi para maba yang tengah menjalani OSPEK.

Menggunakan seragam SMA, dengan hiasan kepala yang disesuaikan dengan bulan lahir para maba. Belum lagi papan nama yang lucu-lucu, sesuai dengan ciri khas para maba masing-masing. Semua itu menjadi warna tersendiri yang membuat sesuatu yang biasanya monoton di kampus, menjadi berwarna.

Hari ini, adalah hari akhir masa OSPEK untuk mahasiswa baru. Sebagai tugas akhir dari BEM, mereka diharuskan untuk meminta tanda tangan ke kakak tingkat. Bebas, boleh siapa saja dan sebanyak mungkin.

Serunya disini, para kating tidak begitu saja mau memberikan tanda tangan untuk para maba. Ada beberapa diantara mereka yang sengaja menguji para maba untuk bisa memperoleh tanda tangan. Ada yang diminta bernyanyi, membuat pantun atau puisi. Ada juga yang meminta nomer WA atau foto bareng.

Anci dan kedua temannya sudah berkeliling meminta tanda tangan. Lelah sudah pasti tapi mereka merasa jika tanda tangan yang mereka dapatkan masih kurang banyak dibanding yang lain. Cukup sulit untuk Anci mendapatkan tanda tangan karena kebanyakan para kating meminta nomer WA nya. sedangkan Anci tidak bisa memberikan pada mereka.

" Udahlah.. Kalian minta aja tanda tangan kakak tingkat yang tadi itu. Gue nggak papa. Masa iya punya kalian sama dikitnya kek punya gue. " Anci merasa tak enak pada Cynthia dan Intan.

" Kita kan besti, Ci.. Jadi harus senasib sepenanggungan. " ujar Intan untuk membesarkan hati Anci.

Jelas Anci terharu sekali saat ini. Cuma Intan dan Cynthia teman yang dia punya. Banyak dari yang lain, menjadi teman Anci karena ada maunya. Salah satunya ingin dekat dengan Jerrel. Anci benci itu, mereka tidak tulus berteman dengannya.

Kalaupun ada yang tulus, Teman-teman Anci justru takut pada Jerrel. Karena pria satu itu memang arogan, galak dan keras kepala sekali. Anci sampai malas kalau sudah Jerrel panjang lebar melarangnya ini itu. Yang bisa Anci lakukan hanya diam saja.

Hanya Intan dan Cynthia yang betah berteman dengannya sejak kelas XI SMA. Keduanya memang takut Jerrel, tapi mereka lebih tidak tega membiarkan anak sebaik Anci sendirian karena ulah tunangan jahanamnya itu.

" Dah lah.. Kita keliling lagi deh. Biar aman minta tanda tangan kating cewek aja kali ya. " Cynthia mengajak keduanya mulai kembali berkeliling.

" Ck.. Repot juga minta kating cewek, Cyn.. Sinis banget mereka sama kita. Mentang-mentang kalah cantik sih. " Cynthia dan Anci ngakak karena celetukan Intan.

Ya emang gitu sih, nggak salah kok apa yang Intan katakan.

Kating cewek-cewek yang sejak tadi dihampiri ketiganya cuma sedikit yang mau tanda tangan. lainnya sinis bener, apalagi berhadapan sama Anci yang wajahnya mirip barbie.

Udahlah cantik, putih, wajahnya mungil, bulu matanya lentik, hidungnya mancung, bibirnya tipis. Pokoknya proporsional banget lah bentuk wajah Anci. Bodynya Anci yang mungil kek botol yakult juga menunjang keimutan mutlak yang dia miliki sampai semua yang melihat pasti gemes. Plus embel-embel sebagai tunangan Jerrel. Makin-makin dah panasnya para mahasiswi di Savoir ini.

" Kemana lagi lah kita ini? " tengok kanan tengok kiri, Intan bingung tujuan mereka berikutnya.

" Kantin aja kali ya.. Gue haus, sekalian dah cari tanda tangan di sana. Pastinya jam segini banyak kating di sana. " Cynthia berpendapat.

" Setuju.. Gue juga haus nih. " Anci pun mengangguk antusias.

Pergilah ketiga serangkai ini menuju kantin yang jaraknya tidak begitu jauh dari posisi mereka. Kebetulan mereka ada di gedung fakultas bisnis. Dan konon katanya, karena cucu pemilik kampus kuliah mengambil fakultas bisnis, jadilah ada kantin khusus di fakultas ini.

******

" Jerrel kemana, Den? " tanya Bintang yang melihat Dendi kembali seorang diri padahal perginya tadi bareng Jerrel.

Dendi mengendikan bahunya, " Tadi dapet telepon, habis itu langsung pergi kagak pamit ke gue. "

" Paling salah satu cewek-cewek nya yang telepon.. Kaya lo kagak tahu aja kelakuan Jerrel. " lanjut Dendi.

Keempat temannya pun terkekeh. Yah, Jerrel memang tidak bisa dijauhkan dari ' wanita '. Dari mahasiswa tingkat satu sampai akhir, ada aja cewek yang sudah jadi korban mulut biaya Jerrel.

" Eh.. Eh.. " Dendi terlihat heboh sendiri.

" Ngapa sih? " Pandu mengernyit heran.

" Anci.. Anci.. Sini!!!! " teriak Dendi memanggil entah siapa. Heboh sekali anak Pak Mahmud satu ini.

Aldo yang tahu siapa yang dipanggil Dendi, langsung menyenggol lengan San yang sejak tadi asyik dengan ponselnya.

" Tuh.. " dagu Aldo menunjuk ke arah depan.

" Kak Dendi.. " yang dipanggil Dendi mendekat.

" Cari Jerrel? " Anci menggeleng.

" Disuruh minta tanda tangan kating nih. " Anci menunjukan bukunya pada Dendi.

" Wah kebetulan banget nih.. Sini.. Sini.. Biar gue sama temen-temen yang tanda tangan, lo duduk aja sini deh.. " Dendi menepuk pela bangku di sebelahnya. Mengabaikan raut wajah yang lain yang terheran-heran.

" Haus nggak? " yang langsung diangguki Anci.

" Nih.. Kalian beliin kita minum ya.. Sekalian buat kalian berdua deh. " Dendi menyodorkan lembaran uang berwarna merah ke arah intan dan Cynthia.

" Dih... Kok kita? " protes Intan disertai raut wajah tidak Terima.

" Nggak mau tanda tangan nih? " alis Dendi naik turun menggoda intan.

" Ck.. "

Intan pun menarik Cynthia pergi sembari menghentakkan kakinya karena kesal main di suruh aja. Intan memang sudah seperti musuh buat Dendi, begitu pula sebaliknya.

Kedekatan Jerrel dan Anci, membuat Dendi yang notabene teman dekat Jerrel jadi ikutan dekat dengan Anci dan kedua temannya, Intan dan Cynthia.

" Suka bener deh gangguan Intan.. Ntar jatuh cinta lho.. " ujar Anci sembari tersenyum manis sekali. Senyum yang berhasil menghipnotis anggota the Better di meja itu.

" ADUH!! " pekik Aldo kesakitan.

" Napa, Do? " Bagas bertanya. Ganggu acara terpesonanya pada Anci saja.

" Hehe... Nggak apa.. " Aldo nyengir, sambil sesekali melirik cowok di sampingnya.

' Gue diinjek gajah, bro.. ' pekiknya kesal dalam hati.

" Dasar aneh.. " sembur Pandu, " Cantik nggak apa kan? Kaget nggak? Duh yang beli minum lama bener. " buaya dua mulai beraksi.

" Kagak usah sok perhatian lo!! Tunangan Jerrel ini. "

HAAAAAHHHHH!!!

Pandu, Bagas dan Bintang sukses shock.

Secantik ini..

Seimut ini..

Kok jadi tunangan iblis ya..

Ketiganya kompak mencibir dalam hati. Beruntung banget Jerrel bisa dapat tunangan spek bidadari begini padahal kelakuannya mirip penjaga pintu neraka begitu. Apa nggak kasian si cantik di depan mereka ini harus bertunangan dengan model anj**** neraka.

" Biasa aja keles.. " Dendi meraup wajah ketiga temannya. Di iringi tawa Anci yang terhibur tingkah teman-teman Dendi.

" Tangan lo bau terasi anjir. " Pandu mencak-mencak.

" Kenalan dong.. Siapa tadi nama lo? Aci? " Aldo tidak memperdulikan keempat temannya malah mengajak kenalan Anci.

Sorak sorai bergembira dari yang lain terdengar riuh menyorakinya.

" Anne Ciara.. Kakak panggil aja Anci.. " tangannya terulur mengajak Aldo salaman.

Belum juga tangan Aldo menggapai tangan Anci, sudah keduluan seseorang disampingnya.

" San.. "

" Eh.. "

Semua sukses melongo melihat hal tak biasa di depan mereka ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!