Di balik rencana ayah

Malam itu, Dian dan Satya disambut hangat oleh keluarga Aris. Meja makan dipenuhi hidangan hangat, suasana terasa akrab meski beberapa orang masih terlihat canggung. Tepat di pertengahan acara, Samudra baru saja datang, membuat suasana semakin ramai. Ritual makan malam pun dilanjutkan dengan penuh canda tawa. Aris dan kedua orang tua Samudra sengaja membiarkan Rona dan Samudra untuk berdua, berharap ada sesuatu yang tumbuh di antara keduanya. Namun, alih-alih berbincang serius, keduanya justru memilih mabar game favorit mereka di sudut ruang keluarga. "Mabar yuk sam!"

"Ayook, siapa takut. Kali ini gue pasti yang menang."

Raymond yang sejak tadi memperhatikan hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Duh, dasar bocah… niat ayah biar mereka lebih dekat malah jadi kayak gini,” gumamnya, setengah pasrah.

Sementara itu, setelah masa skorsing berakhir, Rona kembali ke rutinitas sekolah. Namun hidupnya tak pernah benar-benar tenang. Steve kembali muncul mengganggu hari-harinya dengan sikap usil yang menyebalkan. Ditambah lagi ada Erina, gadis yang terang-terangan menyukai Steve dan selalu menaruh benci pada Rona.

"Lagi lagi elu muncul, muak banget gue." keluh Rona.

"Na, maafin aku. Aku khilaf waktu itu."

"Khilaf khilaf, tapi gue tetep kena hukuman juga gara-gara elo!"

"Sekali lagi maafin aku."

"Minggir ah, gue mau ke kelas!!"

Sementara, di belakang nya, nampak sepasang mata menatap tak suka. “Kenapa sih dia harus selalu deket-deket sama Steve? Nyebelin!” rutuk Erina pada temannya saat melihat Rona di lorong sekolah.

Namun Rona memilih mengabaikan semua itu. Di jam istirahat, ia lebih sering menghabiskan waktu di lapangan basket bersama Samudra. Tawa mereka yang lepas saat berlatih bersama membuat para fansboy Rona dan fansgirl Samudra saling melirik iri.

“Heh, kalian berdua nggak bosen apa tiap istirahat main basket?” celetuk mely yang lewat sambil membawa botol minum.

Rona menjawab dengan senyum tengil, “Daripada pusing mikirin orang yang nyebelin, mending latihan.”

Samudra hanya terkekeh, “Setuju banget. Lagian basket jauh lebih asik daripada drama.”

Hari-hari berikutnya di sekolah terasa semakin panas bagi Rona. Steve tidak pernah berhenti mencari perhatian dengan cara-cara usil, sementara Erina terus memperlihatkan rasa tidak sukanya.

Suatu siang, ketika Rona sedang menaruh buku di loker, Steve tiba-tiba muncul.

“Eh, rajin banget sekarang. Jangan-jangan lagi nyiapin catatan buat aku ya?” godanya dengan senyum menyebalkan.

Rona mendengus.

“Sori ye, catatan ini nggak layak untuk orang yang cuma bisa gangguin orang lain.”

Ia menutup loker dengan sedikit keras, membuat Steve tersenyum.

Namun tawa itu langsung berhenti ketika Erina datang.

“Steve, kenapa sih kamu terus-terusan deketin dia?” suara Erina meninggi, matanya menatap tajam ke arah Rona.

“Kalian lanjutin aja, gue pamit.” balas Rona tenang, meski jelas ia mulai kesal.

"Tunggu Na, aku belum selesai bicara, lagian elu ngapain kesini sih Er, cari kesibukan lain sana.." steve menarik lengan Rona paksa. "Mau gue banting loe..!"

Ketegangan itu sempat membuat suasana lorong sekolah hening. Beruntung, Samudra muncul tepat waktu. Ia menepuk pundak Rona dengan senyum lebar.

“Ayo, udah waktunya latihan basket. Nanti kalo telat, elo yang rugi.” katanya, seakan tidak peduli dengan pertengkaran kecil yang baru saja terjadi.

Rona langsung mengikutinya tanpa banyak bicara, meninggalkan Steve dan Erina yang hanya bisa saling tatap. "Bye ubur ubur...." bisik samudra meledek wajah Steve yang sudah memerah menahan amarah.

Di lapangan basket, suasana jauh berbeda. Rona tertawa lepas setiap kali Samudra salah lempar atau pura-pura gagal menahan bola.

“Loe itu ceroboh apa pura-pura aja sih?” tanya Rona sambil melempar bola ke arahnya.

Samudra menangkis dengan senyum, “Kalau bikin elo ketawa, gue nggak keberatan pura-pura gagal seribu kali.”

"Ck ucapan loe bikin gue merinding, tumben tumbenan loe nge gombal."

Namun, ucapan itu membuat wajah Rona sempat memanas, meski ia berusaha menutupinya dengan tawa. Persahabatan mereka kian erat, namun dari kejauhan ada tatapan penuh iri—Erina yang sejak tadi memperhatikan.

“Dia harus tahu rasa. Rona nggak boleh terus-terusan menang,” bisik Erina dengan nada penuh dendam pada dirinya sendiri. Ia akhirnya punya rencana licik. Ia akan menyabotase sepatu milik rona yang ada di loker, dan menaruhnya di loker gadis cupu bernama lala. Agar rona memaki gadis cupu itu, sehingga nama nya akan tercoreng karena menindas orang lemah.

"Na, keringet lu banyak banget kaya abis lomba renang. Sini gue bersihin." Sam menarik pelan lengan rona dan mengusap lembut wajah gadis itu dengan sapu tangan nya.

"Dari mana lu dapet itu sapu tangan?"

"Sulap gue, bim salabim tring tiba tiba di tangan gue ada saputangan."

"Dikira gue bocil, gampang ketipu."

"Eh, emang udah gede ya?"

"Nggak usah ngeledek deh Sam."

"Lu yang sopanan dikit dong ama gue, umur gue selisih dua tahun di atas lu."

"Ya salah siapa dulu ngikut gue, aneh emang lu, harusnya kan lu jadi kakak kelas gue."

"Ya kan gue emang pengen deket elo terus."

"La kenapa sekarang kita beda kelas?"

"Ya, gue gak cocok di ipa soalnya, takut ngeres terus pikirannya. hehe."

"Dasar lu! eh kok lu tiba tiba romantis gini. Penasaran gue, apa lu jadi ngerasa bersalah karena kejadian malem itu."

"Harusnya elo tuh yang ngerasa bersalah, loe belum minta maaf sama gue. Gue udah capek capek gendong elu."

"Emang gue berat, kan gue langsing gini."

"Langsing sih langsing, tapi baju gue juga loe muntahin."

"Astaga yang bener Sam, hehe maaf ye.. Udah clear, jangan di ributin lagi. Gue bakal laporan sama ayah, gue udah minta maaf."

"Jadi, permintaan maaf loe tuh cuma pencitraan, karena deadline dari bokap?"

"Ho.oh kalau nggak, nanti uang jajan gue di potong. Beuh ayah tuh emang ngeselin kalau lagi marah." gerutunya, Samudra hanya terkekeh namun masih telaten mengelap keringat di dahi dan pipi Rona, sedang sang gadis sibuk meminum air mineral dalam botol.

Selsai latihan, Rona membuka loker namun tak nampak sepatu milik nya. Ia bingung mencari cari ke setiap sudut pun tak nampak. "Lah, sepatu gue kemana ya. Masa bisa jalan sendiri sih, perasaan gue taruh di loker kok ilang."

"Kenapa Na, kaya orang linglung?"

"Sepatu gue ilang Sam, mana sepatu baru lagi, kak Raymond yang beliin dari Singapore. "

"Udah, gue bantu cari yuk." datang seorang siswi memanggil Rona.

"Kak Rona, apa kamu kehilangan sepatu?" tanya siswi kelas satu.

"Tahu darimana kamu?"

"Aku melihat kak lala membuka loker, dan memegang sepasang sepatu. Sepertinya itu bukan sepatu biasa."

"Yakali sepatu gue, beli nya aja di Singapore. Ya udah, coba gue mau lihat.."

Rona dan samudra mendatangi loker lala, disana lala sudah terlihat pucat pasi. Bagaimana tidak, sepatu itu jenis terbaru dan unlimited. Tidak ada yang punya disana selain Rona. Dengan tangan gemetar, lala menyerahkan sepasang sepatu itu pada rona. "A-apa ini milikmu rona?"

"Hahhh benar juga, itu sepatu gue. Kok bisa ada di loker lu?"

"Sa-saya sungguh tidak tahu Rona, ti-tiba tiba saja ada sepatu itu di-di loker saya." dengan wajah datar Rona menatap ekspresi lala. Rona bukan gadis bodoh, ia tahu gadis ini di sabotase, agar terjadi keributan di sekolah. Lagi dan lagi, agar Rona menjadi marah dan kalap, lalu membuat nya mendapat hukuman kembali.

"Ya udah nggak papa, lu balik gih ke kelas."

"Su-sungguh? Kamu tidak akan menghajar ku?"

"Ck, gue lebih suka hajar orang yang berotot bukan orang yang lemas kaya loe.

Udah, pergi sana. Gue maafin loe."

"waahh padahal sepatu itu harganya aja puluhan juta, wajar sih kalo dia tertarik." bisik bisik pun terdengar memekakkan telinga rona.

"Berissiiik..! bubar semua..!" bentanya, semua anak membubarkan diri, karena tak ingin kena masalah dengan sang gadis top one di sekolah.

"Huuhh nggak seru banget, kenapa nggak di tampar si lalanya, biar seru. Udah disiapin kamera juga, ck..!" gerutu erina bersama temannya di balik pintu kelas.

Terpopuler

Comments

🌹Widianingsih,💐♥️

🌹Widianingsih,💐♥️

ajang pamer kah ke sekolah pakai sepatu mahal ?
apa karena sekolah elit yaa,jadi siswa pakai barang branded nggak dilarang.

2025-09-24

1

🍀🍀Author Sylvia🍀🍀

🍀🍀Author Sylvia🍀🍀

bukan rona yang deketin yaw, tapi si Steve tuh yang nempel ke rona kayak perangko /Slight/

2025-09-23

1

Dewi Ink

Dewi Ink

cowok yg di cover itu, apakah si sam Thor?

2025-09-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!