Bab 5: Gema di Keheningan

Bip... Bip... Bip...

Suara stabil monitor jantung menggema di ruang ICU yang hening, setiap bunyinya seolah menampar wajah Kevin Zhang dan Dokter Kepala.

Keduanya bergegas masuk ke ruangan, diikuti Lyra yang ragu-ragu. Mereka memeriksa monitor, pupil mata Nyonya Besar, dan denyut nadinya. Ekspresi mereka berubah dari tidak percaya menjadi kebingungan total.

"Vitalnya stabil... tidak, ini lebih dari stabil. Ini kuat," gumam Dokter Kepala, menatap layar seolah itu adalah sebuah ilusi.

Kevin menyentuh dahi Nyonya Besar yang kini mulai hangat. "Tidak mungkin... ini sebuah anomali statistik. Kejutan kardiogenik yang pulih secara spontan... ini di luar logika medis." Ia terus bergumam, mencoba mencari penjelasan rasional untuk keajaiban yang baru saja ia saksikan.

Akhirnya, semua mata tertuju pada Jay, yang dengan tenang mencabut jarum-jarum perak itu satu per satu, membersihkannya dengan kapas alkohol, dan menyimpannya kembali ke dalam kotak kayu. Ia bergerak tanpa tergesa-gesa, seolah baru saja menyelesaikan tugas rutin.

"Kau..." Lyra melangkah maju, suaranya serak. Amarahnya telah menguap, digantikan oleh sesuatu yang lain—campuran antara rasa takut dan takjub. "Apa... apa yang sebenarnya kau lakukan pada ibuku?"

Jay menutup kotak itu sebelum menjawab. Ia menatap ibu mertuanya dengan tatapan yang sama datarnya. "Ini adalah metode pengobatan kuno yang diwariskan turun-temurun di keluarga saya. Tujuannya bukan untuk menyembuhkan penyakit jantungnya secara total."

"Lalu apa?" desak Kevin, nadanya masih sinis tapi kini diwarnai kebingungan.

"Obat-obatan modern tidak bekerja karena ada sumbatan energi vital di titik jantung Nenek," jelas Jay dengan istilah sederhana. "Metode tadi hanya untuk membuka sumbatan itu. Sekarang setelah jalurnya terbuka, obat-obatan dari dokter akan bekerja secara efektif untuk memulihkan kondisinya."

Penjelasan itu jenius. Jay tidak menyangkal ilmu kedokteran modern, ia justru menempatkan metodenya sebagai "kunci pembuka" yang memungkinkan sains untuk bekerja. Dokter Kepala dan Kevin terdiam. Mereka tidak bisa membantahnya karena buktinya ada di depan mata mereka—pasien yang tadinya di ambang kematian kini bernapas dengan stabil.

Jay kemudian menoleh pada Elara, menyerahkan sebuah bungkusan kecil berisi sisa herbal. "Ramuan ini harus diseduh dan diminumkan tiga kali sehari selama seminggu penuh. Dan selama sebulan ke depan, jangan biarkan Nenek makan makanan yang dingin atau berminyak."

Ia tidak lagi meminta izin. Ia memberi instruksi. Dan semua orang di ruangan itu, termasuk Dokter Kepala, mendengarkan dengan saksama. Peran di ruangan itu telah berbalik total. Jay bukan lagi menantu tak berguna; ia adalah otoritas tertinggi terkait kesehatan sang patriark keluarga Tremaine.

Perjalanan pulang terasa sangat berbeda. Keheningan di dalam mobil tidak lagi dipenuhi kepanikan, melainkan kekaguman yang berat dan ribuan pertanyaan yang tak terucap. Lyra dan Bastian pulang dengan mobil mereka sendiri, meninggalkan Jay dan Elara dalam privasi yang canggung.

Setibanya di kamar mereka yang sempit, Elara tidak lagi duduk di ranjang. Ia berdiri di hadapan suaminya, menatapnya seolah baru pertama kali melihatnya. Setelah keheningan yang panjang, ia akhirnya angkat bicara.

"Aku tidak akan bertanya bagaimana kau melakukannya," bisik Elara, suaranya sedikit bergetar. "Karena aku tahu kau tidak akan menjawab. Tapi aku akan bertanya yang lain."

Ia menatap lurus ke mata Jay. "Siapa Paman Chen? Apa itu 'Sembilan Harta Karun Naga'? Dan yang terpenting..." ia berhenti sejenak, mengumpulkan keberanian. "...Jay, siapa kau sebenarnya?"

Ini adalah pertanyaan yang ditakuti Jay selama tiga tahun. Pertanyaan yang mengancam akan merenggut ketenangan yang ia cari.

Ia tidak langsung menjawab. Ia mengambil tangan Elara, merasakan jari-jarinya yang dingin, lalu menuntunnya untuk duduk di kursi. Ia berlutut di hadapan istrinya, sebuah gestur yang membuat Elara terkejut.

"Elara," katanya, suaranya tulus dan dalam. "Aku tahu kau bingung dan mungkin takut. Aku minta maaf karena telah menyembunyikan banyak hal darimu."

"Aku tidak bisa menceritakan semuanya sekarang. Bukan karena aku tidak memercayaimu, tapi karena semakin banyak kau tahu, semakin besar bahaya yang mungkin datang padamu," lanjutnya.

Ia menghela napas. "Keluargaku... bukan keluarga biasa. Mereka memiliki sejarah yang sangat panjang dan rumit. 'Paman Chen' adalah teman lama ayahku, seorang pria baik yang berutang nyawa pada keluarga kami. Dan 'Sembilan Harta Karun Naga' hanyalah sebutan kuno untuk resep ramuan itu. Tidak ada naga sungguhan," ia mencoba tersenyum kecil.

Senyum itu tidak menenangkan Elara sepenuhnya, tapi itu adalah sebuah awal.

"Yang perlu kau tahu hanya ini," kata Jay, nadanya menjadi sangat serius saat ia menatap istrinya. "Tidak peduli siapa aku di masa lalu, sekarang aku adalah suamimu. Dan aku tidak akan pernah melakukan apa pun untuk menyakitimu atau keluargamu. Aku akan selalu melindungimu. Malam ini adalah buktinya."

Elara menatap ke dalam mata Jay. Ia tidak melihat kebohongan. Hanya ada kesungguhan, kelelahan, dan mungkin sedikit kesedihan yang tersembunyi sangat dalam. Tiga tahun ia hidup bersama pria ini, dan malam ini, ia merasa seperti baru saja diperkenalkan.

Ia teringat sisir cendana di meja riasnya, sebuah hadiah sederhana yang dibuat dengan penuh perhatian. Ia teringat ketenangan suaminya di tengah badai kepanikan. Ia teringat bagaimana pria ini merebut neneknya kembali dari cengkeraman maut.

Perlahan, Elara mengangguk. "Baiklah, Jay," bisiknya. "Aku percaya padamu."

Untuk saat ini, itu sudah cukup. Pernikahan mereka yang hambar selama tiga tahun, pada malam itu, akhirnya menemukan fondasinya yang pertama, dibangun di atas sebuah keajaiban dan sebuah kepercayaan yang baru lahir. Dunia mereka telah berubah selamanya.

Episodes
1 Bab 1: Tetesan yang Tak Tumpah
2 Bab 2: Hadiah dan Sebuah Panggilan Telepon
3 Bab 3: Vonis dan Bisikan Harapan
4 Bab 4: Sembilan Harta Karun Naga
5 Bab 5: Gema di Keheningan
6 Bab 6: Harga Sebuah Keajaiban
7 Bab 7: Jalur Penebang Kayu yang Terlupakan
8 Bab 8: Truk Tua dan Jejak yang Hilang
9 Bab 9: Tanda Batu Segitiga
10 Bab 10: Angka di Ambang Batas
11 Bab 11: Gema Kemenangan
12 Bab 12: Gema Badai Pertama
13 Bab 13: Konvoi Pertama dan Mata yang Meremehkan
14 Bab 14: Serangan Balik dari Menara Gading
15 Bab 15: Peta Tua dan Tinta Merah
16 Bab 16: Serigala di Ambang Pintu
17 Bab 17: Jejak Roda di Jantung Gunung
18 Bab 18: Pergeseran Komando
19 Bab 19: Hadiah untuk Suryo Wijoyo
20 Bab 20: Jaring untuk Sang Pemburu
21 Bab 21: Pesan dari Lembah Seroja
22 Bab 22: Gema di Lantai Bursa
23 Bab 23: Gema dari Masa Lalu
24 Bab 24: Serigala Memakan Serigala
25 Bab 25: Kasir Para Raja
26 Bab 26: Alias dan Alibi
27 Bab 27: Selamat Datang di Jenewa, Tuan Thomas
28 Bab 28: Pertarungan Sunyi di Sarang Naga
29 Bab 29: Menciptakan Hantu
30 Bab 30: Mesin Gelap Mulai Bekerja
31 Bab 31: Mengguncang Sarang Musuh
32 Bab 32: Perburuan Balasan
33 Bab 33: Mata-Mata di Silverhaven
34 Bab 34: Bayangan yang Membayangi
35 Bab 35: Sang Pemburu yang Diburu
36 Bab 36: Tawaran di Bawah Patung Merpati
37 Bab 37: Kebohongan Sang Mata-Mata
38 Bab 38: Langkah Pertama Sebuah Kerajaan
39 Bab 39: Investasi dan Anomali
40 Bab 40: Benang Merah dari Masa Lalu
41 Bab 41: Jejak di Arsip yang Terbakar
42 Bab 42: Nama dari Masa Lalu
43 Bab 43: Desa di Ujung Dunia
44 Bab 44: Keheningan di Desa Sinar Senja
45 Bab 45: Gema di Atas Air
46 Bab 46: Dua Pilar Terakhir
47 Bab 47: Permainan di Atas Air
48 Bab 48: Protokol Ombak Tenang
49 Bab 49: Gerakan Sang Pelindung
50 Bab 50: Tiga Pilar Valerius
51 Bab 51: Tiba di Sarang Serigala
52 Bab 52: Rencana di Dalam Benteng
53 Bab 53: Tiga Detik di Ruang Catur
54 Bab 54: Gema dari Bawah Meja
55 Bab 55: Proyek Seroja Dua
56 Bab 56: Suara di Dalam Gudang
57 Bab 57: Perang untuk Gunung Hantu
58 Bab 58: Profil Sang Pengkhianat
59 Bab 59: Tiga Umpan di Atas Papan Catur
60 Bab 60: Ular di Dalam Taman
61 Bab 61: Umpan Pertama Telah Dimakan
62 Bab 62: Operasi Kakek Jaga
63 Bab 63: Operasi Kakek Jaga 2
64 Bab 64: Percakapan Lintas Benua
65 Bab 65: Penantian di Ambang Pintu
66 Bab 66: Malam Sebelum Perburuan
67 Bab 67: Pertunjukan untuk Sang Pemburu
68 Bab 68: Perubahan Strategi
69 Bab 69: Kontak Pertama di Pesta Dansa
70 Bab 70: Debat Tengah Malam dan Umpan Baru
71 Bab 71: Mempersiapkan Panggung
72 Bab 72: Pertarungan di Ruang Rapat
73 Bab 73: Keputusan di Sarang Laba-laba
74 Bab 74: Naskah untuk Sang Musuh
75 Bab 75: Latihan Perang di Ruang Kerja
76 Bab 76: Permainan di Ruang Rapat
77 Bab 77: Analisis Kemenangan dan Perangkap Baru
78 Bab 78: Hari Pertama
79 Bab 79: Tikus Menemukan Keju
80 Bab 80: Kuda Troya
81 Bab 81: Menelan Umpan Beracun
82 Bab 82: Umpan Dilempar ke Sarang Musuh
83 Bab 83: Anomali di Atas Kertas
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1: Tetesan yang Tak Tumpah
2
Bab 2: Hadiah dan Sebuah Panggilan Telepon
3
Bab 3: Vonis dan Bisikan Harapan
4
Bab 4: Sembilan Harta Karun Naga
5
Bab 5: Gema di Keheningan
6
Bab 6: Harga Sebuah Keajaiban
7
Bab 7: Jalur Penebang Kayu yang Terlupakan
8
Bab 8: Truk Tua dan Jejak yang Hilang
9
Bab 9: Tanda Batu Segitiga
10
Bab 10: Angka di Ambang Batas
11
Bab 11: Gema Kemenangan
12
Bab 12: Gema Badai Pertama
13
Bab 13: Konvoi Pertama dan Mata yang Meremehkan
14
Bab 14: Serangan Balik dari Menara Gading
15
Bab 15: Peta Tua dan Tinta Merah
16
Bab 16: Serigala di Ambang Pintu
17
Bab 17: Jejak Roda di Jantung Gunung
18
Bab 18: Pergeseran Komando
19
Bab 19: Hadiah untuk Suryo Wijoyo
20
Bab 20: Jaring untuk Sang Pemburu
21
Bab 21: Pesan dari Lembah Seroja
22
Bab 22: Gema di Lantai Bursa
23
Bab 23: Gema dari Masa Lalu
24
Bab 24: Serigala Memakan Serigala
25
Bab 25: Kasir Para Raja
26
Bab 26: Alias dan Alibi
27
Bab 27: Selamat Datang di Jenewa, Tuan Thomas
28
Bab 28: Pertarungan Sunyi di Sarang Naga
29
Bab 29: Menciptakan Hantu
30
Bab 30: Mesin Gelap Mulai Bekerja
31
Bab 31: Mengguncang Sarang Musuh
32
Bab 32: Perburuan Balasan
33
Bab 33: Mata-Mata di Silverhaven
34
Bab 34: Bayangan yang Membayangi
35
Bab 35: Sang Pemburu yang Diburu
36
Bab 36: Tawaran di Bawah Patung Merpati
37
Bab 37: Kebohongan Sang Mata-Mata
38
Bab 38: Langkah Pertama Sebuah Kerajaan
39
Bab 39: Investasi dan Anomali
40
Bab 40: Benang Merah dari Masa Lalu
41
Bab 41: Jejak di Arsip yang Terbakar
42
Bab 42: Nama dari Masa Lalu
43
Bab 43: Desa di Ujung Dunia
44
Bab 44: Keheningan di Desa Sinar Senja
45
Bab 45: Gema di Atas Air
46
Bab 46: Dua Pilar Terakhir
47
Bab 47: Permainan di Atas Air
48
Bab 48: Protokol Ombak Tenang
49
Bab 49: Gerakan Sang Pelindung
50
Bab 50: Tiga Pilar Valerius
51
Bab 51: Tiba di Sarang Serigala
52
Bab 52: Rencana di Dalam Benteng
53
Bab 53: Tiga Detik di Ruang Catur
54
Bab 54: Gema dari Bawah Meja
55
Bab 55: Proyek Seroja Dua
56
Bab 56: Suara di Dalam Gudang
57
Bab 57: Perang untuk Gunung Hantu
58
Bab 58: Profil Sang Pengkhianat
59
Bab 59: Tiga Umpan di Atas Papan Catur
60
Bab 60: Ular di Dalam Taman
61
Bab 61: Umpan Pertama Telah Dimakan
62
Bab 62: Operasi Kakek Jaga
63
Bab 63: Operasi Kakek Jaga 2
64
Bab 64: Percakapan Lintas Benua
65
Bab 65: Penantian di Ambang Pintu
66
Bab 66: Malam Sebelum Perburuan
67
Bab 67: Pertunjukan untuk Sang Pemburu
68
Bab 68: Perubahan Strategi
69
Bab 69: Kontak Pertama di Pesta Dansa
70
Bab 70: Debat Tengah Malam dan Umpan Baru
71
Bab 71: Mempersiapkan Panggung
72
Bab 72: Pertarungan di Ruang Rapat
73
Bab 73: Keputusan di Sarang Laba-laba
74
Bab 74: Naskah untuk Sang Musuh
75
Bab 75: Latihan Perang di Ruang Kerja
76
Bab 76: Permainan di Ruang Rapat
77
Bab 77: Analisis Kemenangan dan Perangkap Baru
78
Bab 78: Hari Pertama
79
Bab 79: Tikus Menemukan Keju
80
Bab 80: Kuda Troya
81
Bab 81: Menelan Umpan Beracun
82
Bab 82: Umpan Dilempar ke Sarang Musuh
83
Bab 83: Anomali di Atas Kertas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!