Bab 3: Vonis dan Bisikan Harapan

Perjalanan menuju Rumah Sakit Pusat Silverhaven terasa kabur. Elara terus menelepon kerabatnya, suaranya bergetar menahan tangis, sementara Jay mengemudikan mobil tua mereka dengan kecepatan yang stabil namun cekatan, melewati lalu lintas malam dengan fokus yang dingin. Keheningan di pihaknya terasa kontras dengan kepanikan Elara, namun entah mengapa, ketenangannya itu terasa seperti sebuah jangkar di tengah badai emosi istrinya.

Mereka tiba di ruang tunggu ICU yang steril dan mencekam. Lyra dan suaminya, Bastian Tremaine, sudah ada di sana. Wajah Lyra sembap karena air mata dan amarah.

"Ini semua salahmu!" desisnya begitu melihat Jay, menunjuk dengan jari gemetar. "Kalau saja Elara menikah dengan pria yang benar, ia tidak akan stres setiap hari, dan ibuku tidak akan terus-terusan mengkhawatirkan nasib cucunya!"

"Lyra, sudahlah," kata Bastian letih, memijat pangkal hidungnya.

Sebelum Jay sempat merespons, seorang dokter paruh baya keluar dari ruang ICU. Raut wajahnya serius. "Keluarga Nyonya Besar Tremaine?"

Semua orang langsung mengerubunginya. "Bagaimana kondisi ibu saya, Dok?" tanya Lyra cemas.

Dokter itu menghela napas berat. "Kami sudah melakukan yang terbaik. Terjadi penyumbatan arteri koroner akut. Jantungnya sangat lemah. Kami sudah mencoba berbagai tindakan, tapi responsnya minimal. Sejujurnya, saat ini kami hanya bisa berharap pada keajaiban. Sebaiknya keluarga bersiap untuk kemungkinan terburuk."

Vonis itu menghantam mereka seperti palu godam. Elara terisak dan bersandar pada dinding, tubuhnya lemas. Lyra meraung tertahan.

Saat itulah seorang pria muda yang gagah dengan setelan rapi datang terburu-buru. "Paman, Bibi, Elara... aku baru dapat pesan. Apa yang terjadi?"

Itu Kevin Zhang, putra dari mitra bisnis keluarga Tremaine dan seorang dokter muda yang kariernya sedang menanjak di rumah sakit paling bergengsi di ibu kota. Dia adalah pria yang selalu diharapkan Lyra menjadi menantunya.

Kevin dengan cepat mengambil alih situasi, berbicara dengan dokter menggunakan istilah-istilah medis yang rumit. Ia menelaah hasil CT scan di tablet, dan wajahnya pun berubah muram.

"Dokter benar," katanya pada keluarga Tremaine dengan nada prihatin. "Ini kasus yang sangat berat. Tidak banyak yang bisa dilakukan." Ia kemudian menoleh pada Elara, meletakkan tangan di bahunya dengan sikap melindungi. "Elara, aku turut prihatin. Yang bisa kita lakukan sekarang hanyalah berdoa."

Lyra menatap Kevin dengan penuh terima kasih, lalu melirik Jay dengan kebencian murni. Di tengah para profesional medis, suaminya hanya berdiri diam di sudut, tampak tidak berguna seperti biasanya.

"Bisa aku melihat Nenek?"

Pertanyaan itu datang dari Jay. Suaranya pelan, namun terdengar jelas di tengah suasana duka.

Semua mata tertuju padanya. "Untuk apa?" bentak Lyra. "Kau mau mengejeknya di saat terakhirnya? Pergi dari sini!"

"Aku hanya ingin melihatnya sebentar," ulang Jay, tatapannya kini tertuju pada Elara.

Kevin tertawa kecil, tawa yang meremehkan. "Teman, tidak ada yang bisa kau lakukan. Serahkan ini pada ahlinya."

Tapi Elara, dalam keputusasaannya, menatap suaminya. Ia teringat gerakan tangan secepat kilat di meja makan. Ia teringat sisir kayu cendana yang dibuat dengan kelembutan. Entah didorong oleh apa, ia mengangguk pada perawat. "Sebentar saja."

Jay masuk ke dalam ruang ICU yang dipenuhi bunyi mesin. Nyonya Besar Tremaine terbaring pucat di ranjang, kabel dan selang melilit tubuhnya yang rapuh. Jay tidak melihat monitor atau grafik yang berkedip. Ia hanya berdiri di samping ranjang, menatap wajah sang nenek.

Ia mengamati warna kebiruan yang tipis di bawah kuku jarinya, melihat pola napasnya yang dangkal, dan mencium aroma samar yang aneh di udara—aroma yang tidak akan terdeteksi oleh orang biasa. Ia menyentuh cincin logam hitam di jarinya.

Seketika, di benaknya, bukan lagi Jay si menantu pengangguran yang berpikir. Ribuan tahun pengetahuan leluhur Valerius berputar. Teks-teks medis kuno, diagram jalur energi tubuh manusia yang rumit, dan catatan tentang penyakit-penyakit yang terlupakan oleh zaman modern melintas di kepalanya. Ini bukan penyumbatan biasa. Ini adalah kondisi langka yang disebut Pembekuan Energi Dingin—di mana energi vital di titik jantung membeku karena guncangan emosional dan pola makan yang salah selama bertahun-tahun, menyebabkan penyumbatan fisik yang tidak bisa ditembus oleh obat-obatan modern.

Jay keluar dari ruangan dengan ekspresi yang sama tenangnya.

Ia berjalan melewati Kevin dan Lyra, berhenti tepat di depan Elara yang sedang menangis.

"Aku bisa menyembuhkannya," katanya.

Keheningan sesaat, lalu pecah oleh tawa sarkastis Kevin. "Apa kau bilang? Menyembuhkannya? Kau pikir kau ini dewa? Para dokter spesialis terbaik di kota ini sudah menyerah!"

"Kau sudah gila!" jerit Lyra. "Elara, lihat suamimu! Di saat seperti ini dia masih sempat-sempatnya berhalusinasi! Usir dia!"

Jay tidak bergeming. Matanya hanya tertuju pada istrinya. "Aku butuh satu set jarum perak dan beberapa jenis tanaman herbal. Aku bisa menstabilkan jantungnya dalam satu jam."

"Omong kosong!" cibir Kevin. "Akupunktur untuk serangan jantung akut? Kau bisa membunuhnya! Itu malapraktik!"

Semua orang menatap Elara, menunggunya untuk mengusir suaminya yang tidak waras itu. Tekanan di pundaknya terasa begitu berat. Di satu sisi ada logika, sains, dan para dokter. Di sisi lain, ada suaminya yang aneh, yang memberinya hadiah paling perhatian yang pernah ia terima, yang bisa menghentikan mangkuk jatuh tanpa menumpahkan setetes pun isinya.

Ia menatap mata Jay. Tenang. Dalam. Penuh kepastian yang tak tergoyahkan. Itu bukanlah mata seorang pembohong atau orang gila.

Dalam keputusasaan total, sebuah benih kepercayaan yang rapuh mulai tumbuh.

Elara menegakkan punggungnya. Ia menghapus air matanya, dan dengan suara yang lebih kuat dari yang ia duga, ia membuat sebuah keputusan yang mengguncang semua orang di ruangan itu.

"Biar dia coba."

Episodes
1 Bab 1: Tetesan yang Tak Tumpah
2 Bab 2: Hadiah dan Sebuah Panggilan Telepon
3 Bab 3: Vonis dan Bisikan Harapan
4 Bab 4: Sembilan Harta Karun Naga
5 Bab 5: Gema di Keheningan
6 Bab 6: Harga Sebuah Keajaiban
7 Bab 7: Jalur Penebang Kayu yang Terlupakan
8 Bab 8: Truk Tua dan Jejak yang Hilang
9 Bab 9: Tanda Batu Segitiga
10 Bab 10: Angka di Ambang Batas
11 Bab 11: Gema Kemenangan
12 Bab 12: Gema Badai Pertama
13 Bab 13: Konvoi Pertama dan Mata yang Meremehkan
14 Bab 14: Serangan Balik dari Menara Gading
15 Bab 15: Peta Tua dan Tinta Merah
16 Bab 16: Serigala di Ambang Pintu
17 Bab 17: Jejak Roda di Jantung Gunung
18 Bab 18: Pergeseran Komando
19 Bab 19: Hadiah untuk Suryo Wijoyo
20 Bab 20: Jaring untuk Sang Pemburu
21 Bab 21: Pesan dari Lembah Seroja
22 Bab 22: Gema di Lantai Bursa
23 Bab 23: Gema dari Masa Lalu
24 Bab 24: Serigala Memakan Serigala
25 Bab 25: Kasir Para Raja
26 Bab 26: Alias dan Alibi
27 Bab 27: Selamat Datang di Jenewa, Tuan Thomas
28 Bab 28: Pertarungan Sunyi di Sarang Naga
29 Bab 29: Menciptakan Hantu
30 Bab 30: Mesin Gelap Mulai Bekerja
31 Bab 31: Mengguncang Sarang Musuh
32 Bab 32: Perburuan Balasan
33 Bab 33: Mata-Mata di Silverhaven
34 Bab 34: Bayangan yang Membayangi
35 Bab 35: Sang Pemburu yang Diburu
36 Bab 36: Tawaran di Bawah Patung Merpati
37 Bab 37: Kebohongan Sang Mata-Mata
38 Bab 38: Langkah Pertama Sebuah Kerajaan
39 Bab 39: Investasi dan Anomali
40 Bab 40: Benang Merah dari Masa Lalu
41 Bab 41: Jejak di Arsip yang Terbakar
42 Bab 42: Nama dari Masa Lalu
43 Bab 43: Desa di Ujung Dunia
44 Bab 44: Keheningan di Desa Sinar Senja
45 Bab 45: Gema di Atas Air
46 Bab 46: Dua Pilar Terakhir
47 Bab 47: Permainan di Atas Air
48 Bab 48: Protokol Ombak Tenang
49 Bab 49: Gerakan Sang Pelindung
50 Bab 50: Tiga Pilar Valerius
51 Bab 51: Tiba di Sarang Serigala
52 Bab 52: Rencana di Dalam Benteng
53 Bab 53: Tiga Detik di Ruang Catur
54 Bab 54: Gema dari Bawah Meja
55 Bab 55: Proyek Seroja Dua
56 Bab 56: Suara di Dalam Gudang
57 Bab 57: Perang untuk Gunung Hantu
58 Bab 58: Profil Sang Pengkhianat
59 Bab 59: Tiga Umpan di Atas Papan Catur
60 Bab 60: Ular di Dalam Taman
61 Bab 61: Umpan Pertama Telah Dimakan
62 Bab 62: Operasi Kakek Jaga
63 Bab 63: Operasi Kakek Jaga 2
64 Bab 64: Percakapan Lintas Benua
65 Bab 65: Penantian di Ambang Pintu
66 Bab 66: Malam Sebelum Perburuan
67 Bab 67: Pertunjukan untuk Sang Pemburu
68 Bab 68: Perubahan Strategi
69 Bab 69: Kontak Pertama di Pesta Dansa
70 Bab 70: Debat Tengah Malam dan Umpan Baru
71 Bab 71: Mempersiapkan Panggung
72 Bab 72: Pertarungan di Ruang Rapat
73 Bab 73: Keputusan di Sarang Laba-laba
74 Bab 74: Naskah untuk Sang Musuh
75 Bab 75: Latihan Perang di Ruang Kerja
76 Bab 76: Permainan di Ruang Rapat
77 Bab 77: Analisis Kemenangan dan Perangkap Baru
78 Bab 78: Hari Pertama
79 Bab 79: Tikus Menemukan Keju
80 Bab 80: Kuda Troya
81 Bab 81: Menelan Umpan Beracun
82 Bab 82: Umpan Dilempar ke Sarang Musuh
83 Bab 83: Anomali di Atas Kertas
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1: Tetesan yang Tak Tumpah
2
Bab 2: Hadiah dan Sebuah Panggilan Telepon
3
Bab 3: Vonis dan Bisikan Harapan
4
Bab 4: Sembilan Harta Karun Naga
5
Bab 5: Gema di Keheningan
6
Bab 6: Harga Sebuah Keajaiban
7
Bab 7: Jalur Penebang Kayu yang Terlupakan
8
Bab 8: Truk Tua dan Jejak yang Hilang
9
Bab 9: Tanda Batu Segitiga
10
Bab 10: Angka di Ambang Batas
11
Bab 11: Gema Kemenangan
12
Bab 12: Gema Badai Pertama
13
Bab 13: Konvoi Pertama dan Mata yang Meremehkan
14
Bab 14: Serangan Balik dari Menara Gading
15
Bab 15: Peta Tua dan Tinta Merah
16
Bab 16: Serigala di Ambang Pintu
17
Bab 17: Jejak Roda di Jantung Gunung
18
Bab 18: Pergeseran Komando
19
Bab 19: Hadiah untuk Suryo Wijoyo
20
Bab 20: Jaring untuk Sang Pemburu
21
Bab 21: Pesan dari Lembah Seroja
22
Bab 22: Gema di Lantai Bursa
23
Bab 23: Gema dari Masa Lalu
24
Bab 24: Serigala Memakan Serigala
25
Bab 25: Kasir Para Raja
26
Bab 26: Alias dan Alibi
27
Bab 27: Selamat Datang di Jenewa, Tuan Thomas
28
Bab 28: Pertarungan Sunyi di Sarang Naga
29
Bab 29: Menciptakan Hantu
30
Bab 30: Mesin Gelap Mulai Bekerja
31
Bab 31: Mengguncang Sarang Musuh
32
Bab 32: Perburuan Balasan
33
Bab 33: Mata-Mata di Silverhaven
34
Bab 34: Bayangan yang Membayangi
35
Bab 35: Sang Pemburu yang Diburu
36
Bab 36: Tawaran di Bawah Patung Merpati
37
Bab 37: Kebohongan Sang Mata-Mata
38
Bab 38: Langkah Pertama Sebuah Kerajaan
39
Bab 39: Investasi dan Anomali
40
Bab 40: Benang Merah dari Masa Lalu
41
Bab 41: Jejak di Arsip yang Terbakar
42
Bab 42: Nama dari Masa Lalu
43
Bab 43: Desa di Ujung Dunia
44
Bab 44: Keheningan di Desa Sinar Senja
45
Bab 45: Gema di Atas Air
46
Bab 46: Dua Pilar Terakhir
47
Bab 47: Permainan di Atas Air
48
Bab 48: Protokol Ombak Tenang
49
Bab 49: Gerakan Sang Pelindung
50
Bab 50: Tiga Pilar Valerius
51
Bab 51: Tiba di Sarang Serigala
52
Bab 52: Rencana di Dalam Benteng
53
Bab 53: Tiga Detik di Ruang Catur
54
Bab 54: Gema dari Bawah Meja
55
Bab 55: Proyek Seroja Dua
56
Bab 56: Suara di Dalam Gudang
57
Bab 57: Perang untuk Gunung Hantu
58
Bab 58: Profil Sang Pengkhianat
59
Bab 59: Tiga Umpan di Atas Papan Catur
60
Bab 60: Ular di Dalam Taman
61
Bab 61: Umpan Pertama Telah Dimakan
62
Bab 62: Operasi Kakek Jaga
63
Bab 63: Operasi Kakek Jaga 2
64
Bab 64: Percakapan Lintas Benua
65
Bab 65: Penantian di Ambang Pintu
66
Bab 66: Malam Sebelum Perburuan
67
Bab 67: Pertunjukan untuk Sang Pemburu
68
Bab 68: Perubahan Strategi
69
Bab 69: Kontak Pertama di Pesta Dansa
70
Bab 70: Debat Tengah Malam dan Umpan Baru
71
Bab 71: Mempersiapkan Panggung
72
Bab 72: Pertarungan di Ruang Rapat
73
Bab 73: Keputusan di Sarang Laba-laba
74
Bab 74: Naskah untuk Sang Musuh
75
Bab 75: Latihan Perang di Ruang Kerja
76
Bab 76: Permainan di Ruang Rapat
77
Bab 77: Analisis Kemenangan dan Perangkap Baru
78
Bab 78: Hari Pertama
79
Bab 79: Tikus Menemukan Keju
80
Bab 80: Kuda Troya
81
Bab 81: Menelan Umpan Beracun
82
Bab 82: Umpan Dilempar ke Sarang Musuh
83
Bab 83: Anomali di Atas Kertas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!