BAB 2

Tiga hari berlalu sejak Tuan Besar Lu diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Suasana di rumah besar keluarga Lu terasa hangat dan ramai dengan kehadiran seluruh anggota keluarga yang berkumpul. Mereka duduk bersama di meja makan yang panjang, tertawa dan bercengkerama dengan ceria sambil menikmati hidangan makan malam yang lezat.

Suara tawa dan cerita kocak dari berbagai topik mengisi ruangan, membuat suasana semakin akrab. Namun, di antara keramaian itu, terdapat satu kursi yang kosong. Angkasa, terlihat tidak hadir di antara anggota keluarga yang lain. Kehadirannya yang biasanya menjadi penyeimbang suasana kini terasa menghilang.

Usai makan malam mereka semua berkumpul di ruang keluarga, Melinda ibu Levi tampak gelisah sambil menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Keningnya berkerut, "Angkasa kemana? Kenapa belum pulang juga?" tanyanya pada Levi yang duduk di sampingnya.

Levi menghela napas panjang dan menggelengkan kepalanya, "Ibu seperti tidak tahu dia saja, sudah pasti dia sedang di kantor," sahutnya sambil menggigit roti yang baru saja diambilnya dari piring yang berada di atas meja.

"Ibu khawatir dia sakit, Levi. Sepupumu itu terlalu gila kerja," ucap Melinda dengan suara serak, menahan air mata yang hendak jatuh.

Mendengar perkataan ibunya itu, Levi merasa kesal dan mencebikkan bibirnya. Dia merasa ibunya itu lebih menyayangi sepupunya daripada dia yang anak kandungnya sendiri.

"Sebenarnya anak ibu itu Angkasa atau aku sih? Ibu sering kali mengkhawatirkan Angkasa, tapi tidak pernah mengkahwatirkan ku" protes Levi.

"Ck, untuk apa mengkhawatirkan anak sepertimu, tiap hari kerjaannya keluyuran tidak mau bekerja. Ingat Levi, kamu ini sebentar lagi mau menikah, mau di kasih makan apa anak istrimu itu nantinya" kesal Melinda.

"Nasi lah, mana mungkin aku kasih batu" sahut Levi.

"Sudah-sudah jangan bertengkar lagi" sela Kakek Lu sebelum putrinya itu kembali membuka suara.

Kakek Lu beralih menatap kearah Levi, "Kapan kamu akan dewasa Levi? Sudah waktunya kamu terjun ke perusahaan, karena sebentar lagi....."

"Sebentar lagi aku akan menikah, jadi tidak ada alasan lagi kakek memberikan perusahaan Lu kepada Levi," seru Angkasa memotong ucapan kakek Lu, ia menatap tajam ke arah kakek Lu yang duduk di kursi empuk.

Keluarga Lu yang lain saling pandang, kaget mendengar pengakuan tiba-tiba Angkasa. Levi, yang merupakan saingan Angaksa dalam ahli waris, tampak biasa saja, sebab pria itu sama sekali tidak tertarik dengan perusahaan Lu.

"Memangnya siapa yang ingin kamu nikahi?" tanya Kakek Lu, tersenyum sinis melihat cucunya.

Angkasa menoleh ke belakang, memberi isyarat pada wanita yang dia bawa untuk maju. Wanita itu, dengan gaun merah yang menawan, mendekat dan memberikan senyuman tipis pada keluarga Lu.

"Perkenalkan dirimu kepada mereka," perintah Angkasa dengan nada tegas.

Wanita itu menarik napas dalam, kemudian membungkukkan badannya sedikit. "Nama saya Hana, saya calon istri Angaksa," ucap wanita itu dengan suara yang lembut namun penuh keyakinan.

Keluarga Lu terdiam, terkejut dengan pengakuan wanita itu. Sementara itu, Angkasa menatap kakek Lu dengan tatapan menantang, seolah berkata bahwa ia telah siap untuk menerima tanggung jawab besar yang akan diwariskan kepadanya.

"Kamu yakin dia calon istrimu? Kau tidak sedang menculik istri orang kan, Angkasa" ucap Kakek Lu memastikan.

Membuat Angkasa berdecak kesal mendengar tuduhan kakeknya itu, kakeknya sama saja menuduh dirinya sebagai pebinor.

"Mana mungkin aku menculik istri orang, yang ada aku di gebukin warga" kesal Angkasa.

Kakek Lu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Siapa tahu, kau tidak memiliki kekasih tapi tiba-tiba ingin menikah" ucap kakek Lu membela diri.

Dalam hati kakek Lu merasa penasaran dengan sosok Hana, darimana putranya itu mendapatkan wanita itu? Karena setahu dia sang cucu tidak memiliki teman perempuan kecuali rekan kerjanya dan juga saudara sepupunya.

*Flashback on*

Victor baru saja keluar dari pertemuan penting dan sedang dalam perjalanan menuju kantor perusahaannya, Lu Corp. Tiba-tiba, ia melihat seorang wanita cantik berambut panjang, duduk di trotoar dengan wajah sembab karena menangis.

wanita itu tampak seperti kehilangan arah dan harapan dalam hidupnya. Victor, yang memiliki hati yang lembut, tidak tega melihat gadis tersebut menangis dan memutuskan untuk menghentikan mobilnya. Ia turun dari mobil dan berjalan perlahan mendekati gadis tersebut.

"Hai, nona. Kenapa kamu menangis?" tanya Victor dengan nada suara yang lembut dan penuh kepedulian.

Hana Latifa, gadis yang sedang menangis itu, terkejut saat mendengar suara Victor. Dengan perlahan ia mengangkat kepalanya, dan menatap ke arah Victor yang sedang berdiri di hadapannya.

Matanya yang sembab dan pipinya yang basah oleh air mata membuat hati Victor semakin teriris. Namun, pertanyaan yang dia lontarkan seolah-olah memicu air mata wanita itu untuk kembali mengalir deras. Tangisannya terdengar sangat memilukan, membuat Victor merasa sangat kasihan dan ingin segera mengetahui apa yang terjadi pada gadis malang tersebut.

Victor duduk di samping Hana dan mengelus punggungnya, mencoba memberikan dukungan dan ketenangan bagi wanita itu.

"Apa yang sedang terjadi? Kenapa kamu menangis" tanya Victor dengan sabar.

Hana tidak menjawabnya, namun dia memperlihatkan bukti tagihan rumah sakit atas nama Zaka.

"Siapa Zaka? Dia adikmu?" tanya Victor lagi.

Hana mengangguk pelan, "Iya, dia sedang di rawat di rumah sakit karena kecelakaan. Dia harus di operasi, tapi saya tidak memiliki uang untuk membayarnya, hikss....." terang Hana sambil terisak.

Victor melihat kertas yang berisi rincian tagihan tersebut, valuenya cukup besar untuk kalangan kaum menengah kebawah.

"Aku akan membantumu, tapi dengan satu syarat," ucap Victor sambil tersenyum penuh maksud.

Seketika tangisan Hana terhenti. Matanya berbinar seakan menemukan harapan di tengah keputusasaan. "Benarkah? Apa syaratnya?" tanya Hana dengan suara bergetar.

Victor mengangkat bahu, masih tersenyum. "Nanti kamu akan tahu. Sekarang kamu harus ikut saya untuk menemui seseorang."

Hana mengerutkan keningnya, merasa tidak yakin dengan ucapan Victor. Dia menatap wajah pria itu dengan penuh kecurigaan, mencoba membaca maksud tersembunyi di balik senyumnya.

"Siapa? Anda bukan penjahat yang suka jual beli organ tubuh kan?" tanya Hana dengan ragu, memegang erat tas selempangnya.

Victor tertawa kecil, mengangkat tangannya dalam gestur menenangkan. "Tentu saja bukan. Tenang saja, orang yang akan kita temui ini bisa membantu kamu. Tapi ingat, ada syarat yang harus kamu penuhi."

Hana menelan ludah, bimbang. Namun, dia tahu bahwa dia membutuhkan pertolongan. Dalam keadaan seperti ini, dia tidak bisa begitu saja menolak tawaran Victor.

Dengan berat hati, Hana mengangguk dan mengikuti langkah laki-laki itu, berharap bahwa keputusannya kali ini tidak akan menjerumuskannya ke dalam masalah yang lebih besar.

Setelah mendapat persetujuan dari Hana, Victor pun menggiring wanita itu masuk kedalam mobil. Setelah Hana masuk, perlahan Victor melajukan mobilnya menuju ke perusahaan Lu Corp. Setibanya di perusahaan Lu, Victor langsung membawa Hana menuju ke ruangan Angkasa.

Tok

Tok

Tok

"Masuk" teriak seseorang dari dalam ruangan.

Ceklek.......

Perlahan Victor membuka pintu ruangan tersebut, terlihat Angkasa sedang duduk di kursi kebesarannya sambil menatap layar laptop di hadapannya.

"Tuan, saya sudah menemukan wanita itu" ucap Victor memberitahu Angkasa.

Angkasa menghentikan pekerjaannya sejenak, "Siapa?" tanya pria itu.

Victor menggeser tubuhnya, dan terlihatlah Hana yang sejak tadi berdiri di belakang tubuhnya.

Angkasa menatap Hana intens, mengamati tubuh wanita itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Hana terlihat kurus dan tidak terlalu tinggi. Rambutnya tampak kusam dan berantakan, seolah tidak pernah terurus. Pakaian yang dikenakannya juga tampak lusuh dan kotor.

Angkasa tersenyum sinis, "Siapa nama mu?" tanya Angkasa.

"Nama saya Hana, tuan" Jawab Hana sambil menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata Angkasa. Dia merasakan tubuhnya gemetar lebih hebat dan suara tangisannya hampir pecah.

"Kamu tahu tujuanmu dibawa kesini?" tanya Angaksa dengan nada datar. Hana menggelengkan kepalanya, tidak tahu.

Sebelumnya, Victor hanya mengajaknya bertemu dengan seseorang tanpa memberitahu alasan yang jelas. "Saya tidak tahu, Tuan," jawab Hana lirih, merasa tidak berdaya di hadapan pria yang jelas memiliki kekuasaan.

Angkasa menghela nafas panjang, lalu beralih menatap asistennya. "Jelaskan, Vic," perintah Angkasa dengan tegas.

Victor mengangguk, lalu mulai menjelaskan tawaran yang sebenarnya. "Nona Hana, Tuan Angkasa memiliki penawaran untuk kamu. Sebuah pernikahan kontrak, di mana kamu akan menjadi istrinya selama satu tahun."

Hana terkejut mendengar penjelasan tersebut. Tawaran pernikahan kontrak dengan pria yang baru saja ia temui terasa sangat tidak masuk akal dan membuatnya semakin bingung. Namun, di balik kebingungannya itu, ada perasaan penasaran yang mulai muncul di hatinya.

"Kami akan membayarmu sebanyak satu milliar. Setengah akan di bayar di muka, dan setengahnya lagi akan di bayar setelah kontrak selesai" terang Victor.

"Kamu juga tidak perlu khawatir, selama kamu menjadi istri tuan Angkasa kamu akan mendapatkan uang setiap bulannya untuk kebutuhan mu" ujarnya.

Hana terdiam, dia mencoba menimbang penawaran tersebut. Janji yang di tawarkan Victor cukup menggiurkan, apalagi sekarang dia sedang membutuhkan uang untuk pengobatan sang adik.

"Tidak ada kontak fisik antara kamu dan tuan Angkasa, kalau pun ada nanti tuan Angaksa akan membayarnya sebagai kompensasi" jelas Victor terus mencoba meyakinkan Hana.

"Saya mau tuan" putus Hana setelah melakukan banyak pertimbangan.

Victor tersenyum, mendengar jawaban Hana, namun tidak dengan Angkasa. Pria itu justru memalingkan wajahnya kearah lain.

"Ini cek untukmu" ucap Victor sambil memberikan selembar cek kepada Hana.

Tangan Hana bergetar hebat menerima cek tersebut, ia tidak menyangka akan mendapatkan uang sebanyak ini.

"Berikan alamatmu, nanti malam kami akan menjemput mu untuk datang kerumah tua keluarga Lu" ucap Victor.

Hana mengangguk, lantas memberikan alamat rumah sakit tempat adiknya di rawat. Gadis itu tidak memberikan alamat rumahnya, karena selama adiknya masih dalam perawatan dia akan terus berada di rumah sakit. Paling sesekali pulang kerumah untuk mengambil keperluan dia dan adiknya.

Terpopuler

Comments

Nureliya Yajid

Nureliya Yajid

lanjut thor

2025-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!