Bab 2

Air mata mengalir deras di pipinya yang dingin, menyatu dengan hujan yang tiba-tiba turun tanpa ampun. Suara petir menyambar langit, seakan mencerminkan kekacauan dalam hatinya.

Tiba-tiba, dari arah berlawanan, seorang pria berlari terhuyung-huyung dan

bruk!

menabraknya hingga mereka hampir jatuh bersamaan. Xera terkejut, mundur selangkah, namun matanya langsung tertumbuk pada darah yang mengalir dari bahu pria itu.

“Tol... tolong,” bisik pria itu dengan napas tersengal. Luka tembak menghiasi bahunya, dan tatapannya panik menoleh ke belakang.

Dari kejauhan, beberapa siluet pria bersenjata mulai terlihat di bawah kilatan petir.

Tanpa sempat berpikir panjang, Xera menggenggam lengan pria itu dan menariknya masuk ke dalam gang sempit. Suara langkah kaki para pengejar semakin dekat, tetapi Xera berusaha menahan napas dan menenangkan debar jantungnya yang menggila.

Dalam sekejap, hidup Xera berubah. Bukan hanya karena luka hatinya malam itu, tapi karena ia memilih untuk menolong seorang asing di tengah hujan, di antara bayang-bayang bahaya.

Air menggenang di antara celah-celah jalan beton yang retak. Nafas Xera dan pria itu berpacu cepat, menyatu dengan suara derasnya hujan dan gelegar petir yang menggelegar di langit.

Mereka bersembunyi di balik tumpukan peti kayu dan sampah di sebuah lorong gelap. Xera melirik pria itu wajahnya pucat, napasnya berat.

Darah terus mengalir dari luka di bahunya, membasahi bajunya hingga menetes ke tanah.

“Aku harus keluarkan pelurunya,” bisik Xera, meski tangannya gemetar.

“Kalau tidak, kau akan kehilangan terlalu banyak darah.” Lanjut Xera

Pria itu menatapnya, Datar

“Kenapa... kau mau mebantu ku?”

Xera tak menjawab. Ia hanya menggigit bibir, mencoba menenangkan gemuruh di dadanya.

“Karena aku tahu rasanya dikejar sesuatu yang ingin membunuhmu,” ucapnya pelan.

Tiba tiba Langkah kaki mendekat. Suara pria bersenjata terdengar semakin jelas.

“Dia pasti masuk ke gang ini! Cari mereka!”

Xera langsung mematikan senter kecil dari ponselnya dan menahan napas.

Jantungnya berdentum di dada. Pria itu pun memeluk tubuh Xera. Xera pun sedikit terkejut namun dia menahannya agar tidak membuat suara.

Beberapa detik yang terasa seperti selamanya berlalu. Lalu langkah-langkah itu mulai menjauh, perlahan hilang ditelan hujan.

Xera menghela napas lega, tapi tahu, ini baru awal dari sesuatu yang jauh lebih berbahaya.

"Sorry" ucap pria itu

"Hmmm"

“Kita harus pergi dari sini. Sekarang.”

"Kau bisa meninggalkan ku disini, sebentar lagi anak buah ku akan menyusul ku" ucap pria itu datar

"Apa maksud mu, jika mereka kembali lagi siapa yang akan menolong mu" ucap Xera

Pria itu menatap wajah cantik gadis di depan nya ini dengan perasaan yang sulit di artikan.

Sedangkan Xera tidak terlalu melihat wajah pria itu karena situasi yang gelap ini.

"Baiklah, aku akan pergi tapi aku bersihkan dulu luka mu" Tawar Xera

Pria itu pun setuju dan mereka pun mulai mencari tempat yang lebih luas agar Xera dapat membersihkan luka pria itu.

Mereka menyusuri lorong demi lorong, jauh dari jalan utama. Xera merasakan jika pria ini sedikit lemah lalu dia menggiring pria itu ke sebuah bangunan kosong.

Di dalam, Xera menyalakan lampu kecil dari senter ponselnya, menurunkan pria itu ke lantai dan membuka jaketnya. Luka di bahu pria itu cukup dalam.

Xera mengeluarkan kotak P3K kecil dari dalam tasnya barang yang selalu dia bawa sejak dulu, entah kenapa.

“Aku harus bersihkan luka ini dulu,” ucapnya sambil merobek kain untuk menekan darah.

Pria itu pun mengangguk dan Xera pun melakukan tugas nya dengan baik.

Setelah beberapa saat akhirnya Xera berhasil mengobati luka pria itu.

"Baiklah, tugas ku sudah selesai. Dimana anak buah mu itu" tanya Xera

"Mereka akan tiba lima menit lagi" jawab pria itu

"Aku akan menunggu saat mereka datang" lanjut Xera

Pria itu pun hanya diam tidak bergeming.

Dan benar saja Setelah lima menit terdengar langkah kaki yang begitu banyak tentu saja Xera langsung takut.

"Tenang lah mereka anak anak buah ku" ucap pria itu

"Tuan, maaf kami terlambat" ucap pria yang baru datang

"Hmmm, ayo pergi dan kau Max antar dia kemana rumah nya" perintah Pria itu

"Ah tidak perlu aku bisa melakukan nya sendiri" jawab Xera menolak

Karena mengetahui kode bos nya pria itu pun langsung paham

"Tidak papa nona, saya akan mengantar anda takut nya ada orang jahat nanti" ucap Max

* * * *

Mobil hitam yang dikendarai Max meluncur perlahan membelah malam kota. Di dalamnya, Xera duduk membisu di kursi penumpang belakang, koper kecil di pangkuannya.

Pandangannya kosong menatap ke luar jendela, memantulkan cahaya lampu jalan yang redup. Max pun tak banyak bicara, hanya sesekali melirik ke cermin tengah, memastikan Xera baik-baik saja.

Tak ada kata-kata. Hanya sunyi yang menegaskan bahwa ada sesuatu yang berubah dalam hidup Xera malam itu.

Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah apartemen sederhana.

Xera turun tanpa suara, lalu menekan bel kamar bernomor 302.

Tak lama, pintu dibuka. Zee sahabat Xera muncul dengan piyama dan wajah mengantuk.

Namun begitu melihat Xera berdiri di depan pintu dengan wajah pucat dan koper di tangan, matanya langsung membulat.

“Xera? Kamu kenapa datang malam-malam begini? Dan dengan koper segala?” Tanya Zee terkejut

Xera memaksa senyum. “Boleh aku nginap sebentar di sini?” tanya Xera

Zee langsung mengangguk dan mempersilakan masuk tanpa banyak tanya, meski jelas terlihat rasa ingin tahunya menggelegak.

Tapi dia tahu Xera bukan tipe yang bisa dipaksa bercerita.

* * * *

Negara kincir angin saat ini terdapat sekelompok mafia kejam Black Wings yang di pimpin oleh Lucane Jacque Smith. kekejamannya sudah di ketahui oleh semua orang dari negara itu, banyak orang takut dan tidak mau berurusan dengan nya, di dunia mafia dia juga menjual berbagai senjata api dan obat obatan terlarang, tapi tidak hanya itu dia juga seorang Ceo perusahaan besar disana.

dia juga di gilai oleh banyak wanita karena parasnya yang memiliki kulit putih bersih,iris mata hijau, hidung mancung, alis tebal, memiliki bentuk tubuh atletis, punggung lebar dengan otot-otot yang kekar, bagaimana mungkin para wanita tidak tergila gila olehnya.

mereka bahwa siap mengorbankan apapun untuk mendapatkan nya Namun tidak segampang itu, karena Lucane di kenal anti wanita. dia tidak pernah menyentuh seorang wanita manapun, bukan karena dia seorang Gay, Yang sering di bicarakan oleh banyak orang, tapi dia memilki masa lalu yang kelam terhadap wanita yaitu kakak nya sendiri.

di dalam mansion megah dengan arsitektur bergaya klasik Italia, Lucane telah sampai lebih dulu. Tubuhnya yang lemah dibaringkan di atas ranjang besar dengan seprai putih bersih.

Seorang dokter pribadi langsung memeriksa lukanya, dibantu oleh dua orang kepercayaan nya yaitu Domanic dan Juan.

“Peluru sudah dikeluarkan, Tapi dia perlu istirahat total.” Ucap dokter

Lucane membuka mata perlahan, tatapannya tajam.

“Apa mereka sudah tahu aku selamat?” tanyanya pelan.

“Belum, Tuan. Kami pastikan tidak ada jejak yang tertinggal di tempat kejadian.” Ucap Juan

Lucane mengangguk, lalu memejamkan mata kembali.

Namun pikirannya tidak tenang. Bayangan wajah Xera kembali muncul seorang gadis asing yang menolongnya tanpa tahu siapa dia sebenarnya.

Dia akan terlibat. Entah dia mau atau tidak dunia ini akan menelannya juga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!