Omelan pertama setelah delapan tahun

"Kita dansa, Naresh," ajak Racel ketika musik romantis untuk berdansa sudah terdengar.

"Ayo, Naresh." Ferdy mendorong tubuh Naresh ke dekat Racel, hingga gadis itu memeluknya.

Nathalia sempat menatapnya. Ada riak kaget di matanya.

Sepupu sepupunya yang ada di sana tertawa melihatnya.

"Calonnya, nih, Naresh?" Abiyan melirik Nathalia yang sedang menatap ke arah lain.

Panas, nggak, kamu Nathal...., batinnya mengejèk.

"Jangan lupa undangannya, yah," canda Abiyan penuh makna.

Naresh batuk batuk pelan sambil menjauhkan tubuhnya dari Racel.

Racel tersipu malu. Naresh tersenyum samar. Dia pun mengajak gadis itu ke tengah ruangan yang sudah diisi banyak pasangan

Teman kencan yang Ferdi bawa juga menarik tangannya, seolah mengajaknya juga berdansa.

Naresh melirik Nathalia yang kali ini menurutnya bertingkah agak aneh. Gadis itu sedang menatap gelasnya saja. Sedangkan sepupu sepupunya yang lainnya sedang menatap ke arah mereka.

Ngga mungkin dia cemburu, kan? Batinnya ngga yakin.

Racel memeluknya erat. Naresh membiarkannya. Pikirannya masih fokus pada Nathalia. Kali ini dia mencoba menatap gadis itu lagi, ternyata Nathalia ke gep sedang menatapnya juga.

Naresh tersenyum miring sambil lebih dulu mengalihkannya. Tapi untuk membuat Nathalia shock, wajah Naresh semakin mendekati pipi Racel. Seolah akan menci um gadis itu.

Naresh tersenyum samar lagi ketika melihat gadis galak itu melengos.

Mungkin penampilannya yang sekarang sudah membuat Nathalia tertarik dengannya. Memang sejak sudah merubah penampilannya, Naresh digilai banyak perempuan. Sesekali dia memanfaatkannya.

*

*

*

Nevia yang sedang berjalan dengan para sepupu perempuannya ke arah lift melihat Naresh berada di depannya bersama gadis centil itu.

Bagaimana ngga centil. Dari tadi nempel terus sama Nareh. Seolah lengannya sudah diberi lem yang ngga bisa dipisahkan kecuali lewat meja operasi.

Nevia melirik Nathalia yang kedapatan olehnya sedang melihat ke arah Naresh. Dia tersenyum miring.

Masih belum move on, kan? Saatnya pembalasan, batinnya penuh denga ide yang terencana.

Dia pura pura menginjak ujung sepatu Ayra hingga sepupunya mengaduh.

"Sakit, Nev," sungut Ayra dan belum habis kagetnya, Luna yang sedang mengobrol dengan Adelia ngga menyangka kembarannya berhenti mendadak membuatnya menubruknya.

Tapi Ayra lumayan bisa bertahan hingga dia dan Luna ngga sampai jatuh. Tapi sayangnya gerakannya malah menolak keras punggung Nathalia yang ada disampingnya ke depan.

Nathalia yang juga ngga siap dengan hal ini terdorong hampir terjungkal beberapa langkah di depan Naresh yang kebetulan sedang menghentikan langkahnya akibat jeritan Ayra tadi.

Nathalia yakin seratus persen dirinya akan jatuh ke lantai. Kain sempit padanan kebaya ini ngga memungkinkan dia luwes bergerak.

Naresh bergerak cepat melepaskan pegangan Racel. Dia menahan tubuh Nathalia dengan memeluknya.

Semuanya terjadi sangat cepat.

Milan menghampiri Nevia. Dia memegang lengannya agar gadis itu bisa berdiri tegap.

"Via, kamu ngga apa apa?"

Nevia ngga nyangka kejadian ini juga berefek padanya.

Via? Jadi itu panggilan Milan untuknya? Dadanya sedikit mengembang.

Dia menggeleng cepat. Jantungnya berdebar keras akibat sentu han Milan.

"A akku ngga apa apa," ucapnya gugup. Mereka bersitatap sesaat.

"Syukurlah. Laen kali hati hati."

Nevia mengangguk canggung. Milan tersenyun melihatnya. Sejak berhasil menci um Nevia, kepercayaan diri Milan melesat tinggi.

Netra mereka kemudian mengarah ke arah Naresh dan Nathalia. Dia berhasil melepaskan lem gadis centil itu.

Sesaat suasana sempat hening karena kaget Bahkan Abiyan yang bawel sempat terdiam.

"Makasih," ucap Nathalia berusaha menjauh dari pelukan Naresh. Wajahnya memanas karena malu, semua tatap para sepupunya tertuju padanya dan Naresh.

Tanpa kata Naresh melepaskannya pelan sambil menatapnya dalam.

Sesaat Nathalia menjauh, tapi kemudian dia memegang lengan Naresh lagi sambil menahan sakit. Kakinya sepertinya terkilir.

"Bi.....," panggilnya membuat Abiyan tersadar dan mendekat.

"Ada apa , Nathal?"

"Kaki aku terkilir." Nathalia bermaksud melepas pegangan Naresh dan beralih pada lengan Abiyan.

"Hak sepatumu patah," ucap Adelia yang ingin berjongkok. Begitu juga Ayra. Tapi kain batik ini menyulitkan gerakan mereka.

"Nathal, maaf." Nevia ngga nyangka keisengannya berbuah hasil yang cukup parah untuk Nathalia. Wajah Nathalia tampak.menahan sakit.

Nathalia mengangguk, berusaha tersenyum.

"Biar aku aja," ucap Abiyan. Bukan hanya Abiyan yang siap siap untuk berjongkok. Baim yang ada di dekat situ juga akan melakukan hal yang sama. Bermaksud melepaskan sepatu Nathalia.

Tapi mereka.telat setengah detik dengan gerak cepat Naresh. Nathalia yang ngga nyangka Naresh bakal membungkuk, memegang pundak laki laki itu untuk menahan tubuhnya agar ngga jatuh.

Tapi tetap saja Abiyan dan Baim kini ikutan berjongkok.

"Kakimu merah, Nathal," ucap Abiyan ketika Naresh sudah melepaskan sepatu Nathalia yang haknya patah dan sepatunya yang satunya lagi.

Nathalia hanya mengangguk menahan nyeri dan debar aneh ketika kedua sepatunya dilepaskan.

"Aku gendong aja. Kamu ngga bakal bisa jalan," ucap Abiyan khawatir. Untung Nathalia, kalo Adelia mungkin udah nangis.

Abiyan, Baim dan Naresh sudah berdiri. Tangan Nathalia sudah berpindah ke lengan Naresh.

"Panggil papi aja," tolak Nathalia.

Adelia dan sepupu perempuan yang lain tertawa pelan

"Dasar manja," komen Adelia. Nathalia memang super galak, tapi dia sangat manja dengan papi mereka-Fatham, sampai membuat maminya suka mengomelinya.

"Ya udah dipapah aja." Tangannya dia lepaskan lagi dari bahu Naresh. Dia akan menggapai Adelia yang juga sudah mendekat.

"Bakal sakit buat jalan, Nathal," bujuk Abiyan lagi.

"Nggak. Yang boleh gendong cuma papi," tolaknya lagi. Semakin cepat menjauh dari Naresh semakin baik buat jantungnya.

Abiyan memijat kepalanya. Adelia masih tertawa.

"Sudah ngga apa apa," ucap Adelia yang sudah bersiap menjadi tumpuan Nathalia.

Ayra mengambil sepatu Nathalia dari tangan Naresh yang masih terdiam.

Perlahan Adelia berjalan bersama Nathalia yang terpincang pincang

"Aduh, aku merasa bersalah sama Nathal," gumam Nevia.

"Sudah ngga apa apa," ucap Milan pelan.

"Nathal, bisa sampai pagi kalo kamu jalannya kayak gini. Sudah, ngga apa aku gendong saja," bujuk Abiyan merasa kasian. Karena tiap Nathal menjejakkan kakinya ke lantai, wajahnya tampak mengernyit.

Di belakangnya ada Ayra dan Luna yang berjalan pelan.

"Bentar lagi juga sampai ke lift," tolak Nathalia lagi.

"Del, kalo capek bilang, ya," ucap Baim yang berjalan di sampingnya.

"Iya," sahut Adelia.

"Naresh, kita pulang seka---." Racel kaget karena Naresh sudah melangkah cepat meninggalkannya.

Saat sudah berada di dekat Nathalia, dia langsung mengangkat tubuh gadis sok kuat itu.

Nathalia kaget

Adelia kaget.

Ayra dan Luna kaget.

Nevia dan Milan melototkan mata mereka.

Abiyan speechless.

"Bisa, ngga, sih, ngga usah nyusahin orang orang."

Nathalia tambah kaget campur kesal mendengar kata kata datar yang nyelekit dari Naresh.

"Kamu apaan, sih. Turunin, nggak?" Nathalia menatap Naresh galak. Rasa sakit di kakinya membuatnya jadi cepat emosi. Juga malu karena ucapan pertama Naresh untuknya malah berupa omelan.

Di sisi lain detak jantungnya sekarang sudah tambah ngga seirama lagi.

Terpopuler

Comments

Dewy Aprianty

Dewy Aprianty

thorr aq tungguin dari tadi malam ternyata baru up sekarang, makasih ya thorr.....

2025-09-17

4

Tri Handayani

Tri Handayani

pov naresh'bisa g sih ngga usah nyusahin orang'cukup q saja yg kamu susahin....

2025-09-17

1

Diyah Saja

Diyah Saja

pinter Abang ganteng 😍😍 gercep 🤭🤭🤭 biar gak nyesel lagi kayak dulu 😍😍

2025-09-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!