Madam Elena memegang pipinya yang terasa panas dan berdenyut sakit, karena di tampar oleh Vivienne. Namun, tatapan matanya masih terlihat nyalang seolah akan membalas dendam di detik berikutnya.
"Ya Mulia, Anda tidak boleh seperti ini, Anda harus menjaga kehormatan Anda, " tegur Rosalind.
"Sejak kapan aku menjaga kehormatan ku," ucap Vivienne kasar.
Dia ingat tubuh ini jatuh cinta pada Baron Lucius, hingga ingin meninggalkan kemewahan dan gelar besarnya. Demi tinggal bersama dengan pujaan hatinya di desa. Jadi, menurut Vivienne nama baik sudah tercoreng sejak lama, sehingga untuk apa berpura-pura lagi.
"Anda!" teriak Rosalind tidak percaya Vivienne dapat membantah semua perkataan sejak tadi.
"Ada apa ini?!"tegas seseorang yang membuat semua orang di ruangan itu terpaku dan menoleh pada sumber suara, dan ternyata itu Magnus, sang kaisar.
Rosalind nampak terkejut karena Magnus dan Thomas ada disana, Rosalind kalang kabut melihat mereka telah tiba. Terlihat dari kening Rosalind yang mulai berkerut dalam, mencari ide untuk membuat alasan.
Sedangkan Vivienne nampak tenang dengan menoleh pada pintu masuk, dia menyadari pengawal yang tadi menghadang nya telah pergi mungkin saja, tadi pengawal itu mengadu pada Magnus.
"Syukurlah, Aku tidak perlu membereskan semua ini sendiri, " gumam Vivienne dalam hati.
"Ya Mulia Kaisar, Permaisuri, telah menganggu belajar Pengeran," adu Rosalind berharap Magnus percaya dan menghukum Vivienne.
Magnus kemudian menoleh pada Vivienne dengan datar, "Apakah benar begitu?"
Vivienne kaget tiba-tiba Magnus bertanya padanya, padahal pria di hadapan nye terlihat dingin dan sepertinya tak suka dengan Vivienne.
Namun, Vivienne merasa ini waktu yang tepat untuk membongkar perbuatan Madam Elena dan Rosalind.
"Aku tidak melakukan dengan sengaja, Madam Elena yang membuat ku bertindak. Berani-beraninya dia mencambuk anak ku," tunjuk Vivienne dengan kasar.
Magnus kemudian menoleh pada Madam Elena melihat cambuk masih ada di genggaman nya. Madam Elena yang melihat tatapan mata tajam Magnus langsung menjatuhkan cambuk yang di pegangnya dengan gemetar.
"Tidak..tidak, Ya Mulia, Anda salah paham," ucap Madam Elena melambaikan tangannya.
"Iya, Ya Mulia, Madam Elena hanya mendisiplinkan pangeran," sahut Rosalind mencoba membela Madam Elena.
"Kalau hanya untuk mendisiplinkan nya, harusnya kau tidak perlu pakai cambuk. Dia hanya anak yang berumur tujuh tahun, kau bisa membuat pedekatan lain," bantah Vivienne.
"T.. tapi, Pengeran sering kabur, " gagap Madam Elena.
"Itu artinya kau bukan guru yang baik, anak tidak akan takut kalau kau lembut padanya, Ya Mulia, saya mohon keadilan nya, " mohon Vivienne menoleh pada Magnus.
Magnus nampak menimang-nimang perkataan Vivienne, jika menolong putranya, seperti apa jadinya reputasi. Tetapi jika tidak di tolong maka Madam Elena dan Rosalind akan merajalela di istana, bahkan mungkin menyakiti putranya lebih parah dari ini.
Namun, semua bukti sudah di depan mata rasanya pas untuk menujukan pada para bangsawan yang merepotkan itu, tentang yang terjadi pada Asher. Magnus sebenarnya hanya benci mendengar suara-suara sumbang yang menganggu telinga nya.
"Kau akan di hukum karena telah melukai pengeran dan kau juga akan di pecat. Istana akan mengumumkan kelakuanmu di kalayak umum agar tidak ada satupun menerima mu bekerja di tempat mereka," tegas Magnus.
Tubuh Madam Elena merosot ke lantai setelah mendengar perkataan telak dari Magnus, jika Magnus sudah memutuskan seperti itu. Itu artinya dia mendapatkan hukuman terberat, tersingkirkan dari masyarakat, seperti dipenjara seumur hidup.
"Ya Mulia, saya mohon jangan lakukan itu, " ucap Madam Elena bersujud, namun matanya masih melirik ke Rosalind seolah meminta pertolongan.
"Ya Mulia, maafkan lah Madam Elena, dia sudah lama bekerja untuk Pengeran Ke-tiga," mohon Rosalind pada Magnus.
"Owh, Jadi kau menolak keputusan Kaisar, "kata Magnus penuh dengan penekanan.
"Bukan begitu, Ya Mulia, Saya tidak berani menantang keputusan Anda, hanya saja..." jawab Rosalind tergagap kali tak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Madam Elena atau apa yang dia bangun selama juga akan selesai.
"Pengawal cepat seret perempuan ini untuk mendapatkan hukuman!" teriak Magnus pada pengawal yang berada di depan pintu masuk.
Tidak berselang lama, beberapa pria dengan jas masuk kedalam ruangan itu, dan mengangkat Madam Elena yang masih bersujud di lantai.
Madam Elena yang melihat para pengawal telah mengangkatnya kemudian memberontak, namun pengawal itu memegang tangan Madam Elena dengan kuat.
"Ya Mulia, ampuni saya! ampuni saya!" teriak Madam Elena.
Magnus memalingkan wajah seolah tak perduli dengan teriakkan yang mengganggu itu, kemudian mengatakan, "Bawa cambuk itu sebagai bukti kelakuannya dan untuk menghukumnya,"
Madam Elena kelabakan,"Ya Mulia ampuni aku! Rosalind!"
"Rosalind!"
Madam Elena terus memekik seperti suara gagak berharap Rosalind bisa membantu nya untuk terakhir kalinya. Namun, Rosalind terlihat memalingkan wajahnya seolah mengatakan 'Kali ini aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi, '
Mata Vivienne melirik pada Madam Elena, terpampang senyum di wajahnya, seolah kini telah puas dengan hukuman Madam Elena. Meskipun Madam Elena tidak di penjara, mungkin saat itu Vivienne akan lebih puas lagi.
"Anda tidak boleh berprilaku seperti ini, Ya Mulia," ucap Rosalind melototi Vivienne, membuat nya terkejut.
Mungkin jika Vivienne penakut mungkin dia akan menciut seperti seekor siput yang bersembunyi di cangkang nya. Namun, Vivienne tidak takut sama sekali.
"Aku akan mengambil kembali pekerjaan ku, sebagai pengurus rumah tangga istana," telak Vivienne tersenyum simpul, dia tau hal itu pasti akan membuat Rosalind ketakutan.
"Apa?"
Mata Rosalind membulat tidak percaya dengan perkataan Vivienne. Jika benar yang di katakan oleh permaisuri, maka pamornya di istana ini akan berakhir. Bahkan mungkin orang-orang nya juga akan di singkirkan.
Rosalind menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa, aku harus mencari cara agar permaisuri tidak ikut campur,"
"Ya Mulia, Anda tidak bisa melakukan ini, Anda belum pernah bekerja mengurus, urusan rumah tangga istana," kata Rosalind berdalih.
"Aku bisa," telak Vivienne tidak takut dengan ancaman Rosalind.
"Anda hanya bisa..."
"Aku setuju dengan keinginan Permaisuri, tapi sebelum itu aku ingin melihat kinerja mu," potong Magnus terlihat menoleh pada Vivienne dengan datar.
"Terimakasih, Ya Mulia," ucap Vivienne tersenyum simpul.
Magnus kemudian menoleh pada Thomas yang masih berdiri di belakangnya, "Thomas, bawakan aku buku kas istana,"
"Tidak," bisik Rosalind ketakutan, dia takut semua yang ada di dalam sana di ketahui oleh Magnus.
Meskipun mereka mendengar samar-samar suara itu, namun tidak ada yang perduli dengan keluhannya Rosalind, malah hal itu makin menjelaskan ada tidak beres pada rumah tangga istana.
Begitupun dengan Thomas, dia terus berjalan mengambil buku yang di titah kan oleh majikannya. Tidak berselang lama, Thomas sudah kembali bersama buku kas di tangan nya kemudian memberikan pada Magnus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments