[3] Siapa Disana?

Vivienne menarik nafas kasar, mencoba mencium aroma bunga-bunga yang bermekaran disana. Sembari menunggu Anna kembali dengan persiapan nya, dia menyusuri jalanan di taman itu.

Hingga sampailah Vivienne di sebuah pohon besar yang berada di tengah taman itu, Vivienne menarik gaun sedikit ketika melihat kaki kecil yang terjulur, membuat Vivienne penasaran.

Vivienne mendekati kaki itu dengan perlahan dengan matanya terus tertuju pada kaki itu, semakin mendekat kearah kaki terdengar pula suara isakkan anak kecil, membuat Vivienne makin penasaran.

"Siapa disana?" tanya Vivienne.

Beberapa langkah kemudian akhirnya dia sampai di hadapan anak kecil yang bersembunyi itu.

Terlihat anak itu sangat ketakutan ketika menatapnya dan ingin segera melarikan diri dari hadapan Vivienne. Tapi, dengan cepat Vivienne menarik tangan anak itu, sampai dia tidak bisa berkutik.

"Lepaskan aku! lepaskan!" teriak anak itu memukul-mukul tangan Vivienne.

Vivienne menjadi bingung dengan alasan anak itu begitu takut dengan nya. Namun, terbesit di pikiran nya, tempat yang dia pijaki sekarang masih istana kerajaan, itu artinya anak kecil di hadapan nya merupakan salah satu pengeran, yang adalah anaknya sekarang.

"Apakah nama mu Asher?" tanya Vivienne dengan lembut.

"Iya, nama ku Asher, jangan hukum aku,"

"Owh, kamu terlihat lucu," kata Vivienne mencoba mengelus surai Asher.

Tetapi, detik berikutnya Asher menepis tangan Vivienne ketika wanita itu melepaskan tangan Asher. Anak itu kemudian berlari meninggalkan Vivienne.

Mata Vivienne terus tertuju pada Asher yang begitu lari begitu cepat dengan raut wajah yang ketakutan. Vivienne jadi ingin tau alasan Asher begitu ketakutan. Karena anak sekecil Asher tidak mungkin takut kalau bukan ada penyebabnya.

"Seperti nya, aku harus cari tau, " gumam Vivienne.

"Iya, Ya Mulia," sahut Anna tiba-tiba mengagetkan Vivienne, membuat nya sontak menoleh kearah pelayannya.

"Kamu ini mengagetkan ku saja," gerutu Vivienne.

"Maaf, Ya Mulia, tapi semua yang Ya Mulia perintahkan sudah siapkan," jawab Anna menundukkan pandangannya.

"Itu tidak penting lagi, sekarang aku ingin tahu jadwal harian Asher, " kata Vivienne, matanya masih tertuju pada dimana perginya Asher.

"Ya Mulia Pengeran Ke-tiga, Ya Mulia?"

"Iya, cepat jawab, " desak Vivienne.

"Pengeran Ke-tiga, bisanya belajar bersama madam Elena, kemudian belajar bela diri ser Roric, Ya Mulia," jelas Anna.

"Itu saja?"

"Iya, itu saja yang saya tau, Ya Mulia,"

"Dan sekarang dimana Asher?" tanya Vivienne lagi.

"Di ruang belajar, Ya Mulia, bersama Madam Elena,"

"Oke, sekarang kita kesana." titah Vivienne.

Anna menganggukkan kepalanya kemudian mengarahkan Vivienne menuju kearah ruang kelas yang di maksud kan oleh Anna.

Ruang kelas berada di sayap kanan dari istana utama, nampak begitu hening serta taman hijau yang membuat udara disana terasa segar. Vivienne yang melihat pemandangan itu nampak mengangguk beberapa kali, karena memang tempat ini sangat cocok untuk belajar.

Sebagai seorang introvert seperti nya, tempat itu bagus untuk bersantai, Vivienne nampak ingin memiliki salah satu ruangan disana.

"Ini tempatnya, Ya Mulia," tunjuk Anna.

Vivienne melihat ruangan itu dari berbagai arah, terlihat jendela besar yang pasti cahaya akan masuk dari segela sudut serta pintu yang cukup besar.

Tapi, yang menarik perhatiannya mengapa semua jendela di tutup dengan rapat mengunakan tirai seolah orang luar tidak boleh melihat kedalam. Vivienne makin penasaran.

"Ya Mulia, ada apa anda kesini?" tanya seorang pengawal yang berjaga.

"Apakah salah aku ingin melihat putra ku belajar?" Vivienne bertanya balik.

"Buka pintu ini sekarang untuk ku, cepat!" titah Vivienne.

Pengawal itu menciut dan membukakan pintu ruangan itu dengan perlahan, hingga Vivienne melihat hal tidak terduga di dalamnya.

"Tunggu tahan," ucap Vivienne menghentikan tindakkan pengawal, dan pengawal itu terlihat mengikuti titahnya.

Vivienne terkejut melihat keadaan di dalam ruangan itu.

"Anda melarikan diri kemana tadi, Ya Mulia Permaisuri akan murka pada Anda," dalih Elena.

"Agar Anda terdidik, permaisuri memerintahkan saya untuk mencambuk Anda sepuluh kali,"

Cetar... cetar...

Madam Elena memukul cambuk di tangannya kearah lantai. Sedangkan Asher terlihat ketakutan, kemudian membalik tubuh membelakangi Madam Elena, layaknya sudah terbiasa di perlakuan seperti itu oleh Madam Elena.

"Aku? Apakah aku pernah mengatakan hal seperti itu?" gumam Vivienne.

"Hamba, tidak tau, Ya Mulia," jawab Anna gugup.

Detik berikut nya, Madam Elena mencambuk kaki Asher. Vivienne tidak tahan lagi dengan pemandangan itu, kemudian mendobrak pintu dan membuat Madam Elena terkejut.

"Ya... Ya Mulia," gagap Elena.

"Apa yang kau lakukan pada putraku?!" bentak Vivienne menarik tangan Asher mendekat padanya, kemudian menyerahkannya pada Anna.

Awalnya Madam Elena nampak ketakutan, namun detik berikut nya keberanian datang karena Rosalind pernah mengatakan padanya, bahwa permaisuri bodoh dan terkesan cuek pada para pengeran.

Madam Elena yakin, Perlakuan Vivienne saat ini hanya lah sebuah pura-puraan. Madam Elena tersenyum sinis mencoba memancing reaksi sebenarnya dari Vivienne.

"Ya Mulia, bukan kah Anda sendiri yang mengatakan, jika Pengeran berbuat salah maka saya harus menghukumnya," ucap Elena menggosok tangan nya.

"Aku tidak pernah mengatakan hal seperti itu, kau hanya membuat alibi. Agar kesalahan kau di maafkan," tunjuk Vivienne penuh amarah.

"Ya Mulia, Anda tidak harus melakukan ini, saya adalah guru Ya Mulia Pengeran Ke-tiga," terang Elena dalam tenang.

"Aku bisa mengantikan mu dengan orang-orang yang lebih hebat dan profesional,"

"Ya Mulia, Anda tidak bisa menganti saya begitu saja," ucap Elena karena dia di bawah oleh Rosalind, dan yang berkuasa di istana ini bukan Vivienne, namun pelayan istana itu.

"Kenapa tidak bisa, aku adalah permaisuri, aku lebih berkuasa dari perempuan itu," sinis Vivienne.

Tidak berselang lama dari perdebatan itu, datang lah sang dalang utama, yaitu Rosalind.

"Ya Mulia, apa yang anda lakukan?"

Rosalind mungkin terlihat mempertanyakan Vivienne tentang yang terjadi di ruang kelas itu, namun bagi Vivienne pertanyaan itu seperti tudingan dan ancaman.

Vivienne menatap nyalang pada Rosalind seolah dia tidak takut dengan tuduhan yang utarakan kepala pelayan itu.

"Maksud mu aku salah? lalu apa salah ku?" sarkas Vivienne menyipitkan matanya.

"Bukan begitu Anda tidak boleh menganggu belajar pangeran," ucap Rosalind menyeringai.

"Belajar, belajar seperti apa mengunakan ini, aku rasa belajar bela diri pun tidak mengunakan ini," jawab Vivienne mencengkram tangan Madam Elena yang masih memegang cambuk.

"Ya Mulia, Anda tidak boleh berbuat kasar, " panik Rosalind, karena Madam Elena berada pihaknya, dia harus melindungi Madam Elena.

"Kasar? Dia duluan yang bertindak kasar pada pengeran, tidak tau sopan santun,"

Plakkk...

Vivienne menampar pipi Madam Elena, menujukan pada Rosalind bahwa dia tidak takut sama sekali dengan ancaman mereka. Baik itu dari Madam Elena ataupun Rosalind.

Anna terlihat memalingkan wajah Asher agar sang pengeran tidak melihat kekerasan yang terjadi di depan mereka.

Terpopuler

Comments

swanaswana

swanaswana

lanjuttt thorrrrr, cumungud yaww🌷

2025-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!