Adrian langsung mengingat masa yang dikatakan Nadia, dimana masa itu dia dibawa oleh Papanya menjenguk keluarga Nadia yang baru tertimpa musibah.
Masa itu Adrian belum mengenal Nadia, karena waktu Bapak Nadia masih menjadi sopir dirumah Papanya Adrian Nadia tidak pernah kerumah Adrian, jadi keduanya tidak saling mengenal.
Adrian hanya mengenal Bapaknya Nadia yaitu Bapak mertuanya sekarang, Bapak Nadia waktu itu sopir dikeluarga Adrian, dan Bapak Nadia juga yang menolong Adrian kecil dari penculikan, makanya Papa Adrian sangat menyayangi Bapaknya Nadia.
Bapak Nadia berhenti jadi sopir karena ingin membuka usaha sendiri, yaitu membuka toko sembako dan Papa Adrian juga memberi modal untuk Bapak Nadia.
Saat Adrian dibawa kerumah Nadia, itu karena toko Bapak Nadia terbakar, dan Papanya Adrian ingin memberikan bantuan, termasuk membiayai sekolah Nadia dan juga kedua adiknya.
Adrian waktu itu anak pendiam, dia sama sekali tidak melirik nadia, walaupun kedua orang tuanya sudah mengenalkan mereka satu sama lain.
Waktu itu Papa Adrian dan Bapak Nadia juga ingin menjodohkan mereka berdua, tapi Adrian maupun Nadia tidak membantah waktu itu walaupun keduanya tidak saling menyapa.
Flashback on
"Saya akan memberikan modal lagi untuk usaha mu, dan saya akan membiayai sekolah anak-anak mu, suatu hari saya berharap Nadia bisa bekerja di perusahaan membantu Adrian, dan saya juga ingin menjodohkan mereka, gimana menurut kalian ?" tanya Papa Adrian pada kedua orang tua Nadia.
"Kalau jodoh saya tidak apa-apa, asalkan mereka saling terima, tapi saya merasa tidak enak, Pak Brata sudah banyak sekali membantu keluarga kami." Jawab Bapaknya Nadia merasa tidak enak hati.
"Itu tidak perlu dipikirkan, yang saya beri ini tidak seberapa dengan kamu menyelamatkan Adrian dari penculikan." Jawab Papanya Adrian.
Singkat cerita kedua pihak setuju, dan setelah Pak Brata meninggal Adrian sudah menguasai perusahaan, dan sekolah Nadia dan juga kedua adiknya masih diteruskan oleh Adrian hingga keduanya menikah.
Flashback off.
"Memang waktu itu aku cuek, tapi setelah Papa meninggal aku diam-diam sudah jatuh cinta sama kamu, tapi aku tidak berani mengatakannya, tapi saat Bapak mengatakan perjodohan dan meminta kita menikah, aku sangat senang, karena aku tidak perlu lagi bersusah payah mengatakan cinta padamu, karena kamu sudah jadi istriku." Keduanya tertawa, namun air mata masih Sajau berjatuhan.
"Mas curang, kenapa tidak memberitahu ku, aku pikir mas tidak mencintaiku sama sekali," Nadia tersenyum namun wajahnya sangat terlihat sedang menahan sakit.
"Sekarang kamu sudah tau aku mencintaimu, jadi kamu jangan meninggalkanku, aku tidak bisa tanpa mu, kamu harus kuat, kita harus sampai kerumah, kita akan punya anak dan hidup bahagia." Adrian menangis memeluk tubuh Nadia.
"Terimakasih mas, aku sangat ingin seperti yang mas katakan, tapi maafkan aku mas, aku tidak bisa lagi menemanimu, aku sudah tidak kuat mas, maafkan aku."
"Tidak, jangan berkata seperti itu, kamu harus menemaniku hingga kita menua bersama," air mata Adrian sudah tidak bisa dibendung, dia mengeratkan pelukannya, bermacam pikiran sudah terlintas di otaknya.
"Mas, tolong ambil buku catatanku dan pulpen," Adrian segera mengambil buku yang Nadia maksud didalam tas.
Nadia menulis sesuatu dan setelah itu dia memberikan pada suaminya lagi.
"Apa ini ?" tanya Adrian saat menerima kertas yang terbalut rapi walupun ada sedikit noda darah bekas darah ditangan Nadia.
"Mas, kamu mencintaiku 'kan ?" Bukannya menjawab pertanyaan Adrian, Nadia malah balik bertanya.
"Sangat, aku sangat mencintaimu sayang." Cepat-cepat Adrian mengangguk dan berkata.
"Kalau mas mencintaiku, apa mas mau menuruti satu permintaanku?" tanya Nadia lagi dengan suara semakin lirih.
Tanpa berpikir panjang, Adrian langsung mengangguk dan menyetujui permintaan istrinya itu.
"Mas tidak boleh ingkar, mas jangan membuka kertas tadi, berikan pada Bapak dan Mama, mas permintaanku, setelah aku pergi mohon mas, menikahlah dengan Nadira, jangan tinggalkan keluarga ku." Ucapan Nadia semakin tersengal, suaranya sudah mulai hampir tidak terdengar.
"Mas, tidak mau, mas hanya mencintaimu, mas tidak akan mengkhianatimu, kamu istriku, kamu wanita yang kucintai dan hanya kamu seorang."
"Tidak mas, maafkan aku, aku tidak bisa menemanimu selamanya, menikahlah dengan Nadira, anggap ini permintaan terakhirku."
Kalau sudah mengatakan permintaan terakhir, Adrian sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Mas, kembalilah dengan selamat, jangan pedulikan aku."
"Tidak, aku tidak akan kembali tanpa kamu, jika kamu tidak kembali, aku juga tidak akan kembali, kita akan tetap disini." Adrian tetap bersikeras, dia tidak mau kembali jika seorang diri.
"Mas, aku mohon, aku akan pergi dengan tenang, jika kamu masih hidup, hiduplah untukku jaga keluargaku." Nafas Nadia mulai tercekat, suaranya sudah hilang.
Perlahan matanya mulai tertutup, nafasnya berhenti, tubuhnya lemas, tangannya jatuh dari pipi Adrian.
Adrian menangis histeris, tubuhnya lemas, tangisannya pecah, ia memeluk erat tubuh Nadia yang sudah tidak bernyawa lagi.
Bermacam kata-kata terucap dari mulut Adrian, dia seperti tidak sanggup melepaskan istrinya.
Beberapa menit Adrian menangis, hingga suaranya sudah tidak terdengar lagi, dia membawa jasad Nadia kembali ke dalam gua.
"Ini tempat yang aman, maafkan aku sayang, ini yang bisa kulakukan, aku akan kembali membawa pulang jasadmu, aku janji akan menuruti semua permintaanmu, aku ikhlas melepasmu, semoga kamu tenang disana, sampai kapanpun aku akan tetap mencintaimu." Adrian sudah ikhlas, dia sadar kalau setiap manusia pasti akan mati.
Lebih baik dia merelakan istrinya pergi agar dia bisa pergi dengan tenang.
dengan janji akan membawa pulang jasad Nadia, dengan semangat Adrian memanjat tebing, sebelum itu dia mengecup kening Nadia untuk yang terakhir kali.
Dengan membawa janji, dan semangat, tekat yang kuat Adrian memanjat tebing yang tinggi untuk sampai kepermukaan.
Membutuhkan tenaga yang extra akhirnya ia sampai kepermukaan. Tubuhnya sangat kelelahan hingga dia terbaring lemas dipermukaan.
beberapa menit kemudian setelah mengumpulkan tenaga, Adrian berjalan menelusuri hutan mencari jalan untuk keluar dari hutan yang pekat itu.
Bermacam rintangan dan halangan yang menghadang dirinya namun tidak menjadi masalah baginya.
Dia tetap bertahan dan harus hidup, karena banyak janji yang harus dia tepati, dia siap dengan segala permintaan almarhumah istrinya.
Adrian selalu ingat kalau dia harus menjaga keluarga istrinya dan kembali membawa jasad istrinya agar bisa dikebumikan dengan wajar seperti pada umumnya.
Satu hari penuh Adrian berjalan menulusuri hutan tanpa mengenal lelah, akhirnya tepat ditengah malam dia Samapi kejalan raya.
Tenaganya sudah habis, tubuhnya sudah tidak kuat lagi berjalan, dan akhirnya dia jatuh tidak sadarkan diri tepat ditepis jalan.
Adrian terbaring tidak sadarkan diri, jalan sudah sunyi dan jarang sekali orang yang lewat.
Beberapa jam kemudian sebuah mobil melintas dijalan itu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
neng ade
Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ..
2025-09-15
1
Abu Yub
lanjut dek
2025-09-14
2
nonoyy
kuat bgt adrian
2025-09-13
2