Bab 3. Gua

Serigala yang tadi melompat ingin menerkam Adrian dan tidak artinya, juga terjatuh bersama mereka, sedangkan serigala yang satu lagi masih diatas karena serigala itu tidak melompat.

Tidak lama setelah Adrian dan istrinya jatuh, terdengar ledakan yang begitu dahsyat bersalah dari pesawat yang jatuh itu.

Didalam jurang yang gelap, Adrian sempat mendengar ledakan yang dahsyat itu, dia sudah menebak kalau ledakan itu adalah pesawat yang meledak, namun Adrian tidak mempedulikan itu, yang penting bagi Adrian adalah istrinya yang tidak ada disampingnya sat ini.

"Sayang..., sayang, kamu dimana ?" Adrian memanggil istrinya, malam yang pekat dan jurang yang gelap membuat Adrian susah untuk melihat.

Tidak ada suara dan jawaban dari Nadia istrinya, Adrian coba bangkit walaupun tubuhnya ada beberapa luka goresan dari ranting, tubuh Adrian juga merasa sakit semua, namun semua itu tidak membuat Adrian sakit.

Dia tetap memanggil dan mencari Nadia istrinya, Adrian membuka tas yang ada padanya yaitu tas milik Nadia.

Ia mencari didalam tas itu apa saja yang bisa digunakan untuk penerangan.

Adrian mendapatkan ponsel milik Nadia, dia langsung melihat batrei yang masih tersisa 30 persen.

Dengan memadai lampu ponsel Nadia, ia mencari dimana Nadia berada ataupun tersangkut.

Adrian mencari dan memanggil nama istrinya, hingga telinganya menangkap suara yang lirih hampir tidak terdengar ditelinga nya.

Suara itu seperti bisikan, namun Adrian tau suara siapa itu, ia kenal sangat dengan suara itu.

"Sayang, kamu dimana ?" tanyanya setelah mendengar suara itu.

"Mas, tolong, tolong aku." Suara Nadia seperti tercekat, dan hampir tidak terdengar.

Adrian yang menajamkan telinganya untuk mendengar, dia langsung berjalan cepat kearah suara istrinya.

"Sayang..." Adrian langsung berjongkok saat melihat Nadia yang terbaring sambil memegang perutnya.

"Perutku sakit, tolong aku !" suara itu lirih dan tertahan seperti sedang menahan kesakitan.

Adrian langsung melihat perut Nadia istrinya, betapa terkejut dan syok saat melihat banyak darah ditangan istrinya.

"Perut ku mas." Bibir Nadia gemetar menahan sakit yang teramat dia rasakan.

"Kamu berdarah." Adrian langsung melihat perut Nadia yang ternyata tertusuk oleh ranting.

"Sayang, tahan ya, aku akan mencabut rantingnya." Adrian mencabut ranting yang tertusuk diperut Nadia dengan perlahan.

Nadia menjerit kesakitan, walaupun dia menggigit bibirnya.

"Sakit mas, aku tidak tahan." air mata Nadia keluar dan wajahnya meringis menahan sakit.

Akhirnya Adrian berhasil mencabut ranting diperut Nadia, dan Nadia pun pingsan karena sakit yang tidak bisa dia tahan.

Adrian segera merobek kemejanya lagi, dia membalut luka perut Nadia yng terus mengeluarkan darah.

Setelah membalut luka diperut Nadia, ia menggendong tubuh itu mencari jalan keluar dari jurang itu.

Dengan penerangan lampu ponsel, ia berjalan entah kemana arah dia sendiri tidak tau, namun satu yang ada dalam benaknya yaitu menjari jalan keluar.

Malam semakin larut, hawa dingin terus menggeliat di kulit kedua anak manusia itu.

Tidak lama kemudian, Adrian melihat seperti batu besar didepannya, dan ada lobang seperti pintu.

Adrian berjalan pelan dan hati-hati melangkah menghampiri apa yang dia lihat seperti batu besar itu.

Saat sampai disana, ternyata itu bukan bati, tetapi gua namun tidak panjang.

Adrian tidak berpikir panjang, ia langsung masuk kedalam gua itu, setidaknya bisa membuat tubuhnya hangat.

Adrian membaringkan istrinya yang masih pingsan didalam gua, dia memeluk tubuh itu untuk memberi kehangatan.

Ia terlelap sambil memeluk istrinya, hingga tidak menyadari apapun lagi.

Ketika hampir pagi, ia terbangun karena mendengar sesuatu yaitu suara seperti daun dan ranting diinjak.

Adrian bangun dengan pelan agar tidak membuat suara, tubuh, mata, dan telinga sudah waspada.

Suara itu semakin jelas terdengar dan semakin dekat seperti akan memasuki gua tempat dirinya dan istrinya berbaring saat ini.

Adrian semakin waspada, namun suara itu sudah berhenti tidak jauh dari ia berada.

Adrian meraba ponsel dan langsung menyalakan lampu, ternyata seekor ular sawa sudah mengacungkan mulut padanya.

Adrian langsung mengambil tas disampingnya dan langsung melemparkan ke arah ular itu dan akhirnya ular itupun pergi dari situ.

Adrian menarik nafas lega, namun dia dia terkejut saat menyentuh pipi Nadia yang terasa begitu panas.

Adrian menyentuh dahi Nadia untuk memastikan, dan ternyata dahi Nadia juga sangat panas.

"Kamu demam, sayang." Adrian semakin panik dan khawatir, dia tidak tau apa yang harus dia lakukan, saat ini tidak ada apapun yang bisa dia buat untuk menurunkan panas istrinya.

"Maafkan aku, ini salahku, aku yang ingin kembali ke Indonesia, seandainya aku tidak ngeyel pasti kita tidak berada disini dan kamu tidak akan seperti ini." Adrian menangis dia merasa sangat bersalah dan menyesal.

"Mas, jangan salahkan dirimu, ini semua terjadi sudah kehendak tuhan, peluk aku." Nadia ingin merasakan pelukan suaminya.

Tidak lama kemudian, pagi mulai menyapa, Adrian mengucek matanya, dia melihat ada cahaya terang dimulut gua.

"Sayang, bangun, sudah pagi." Ujar Adrian sembari menyentuh lembut lengan Nadia.

Nadia masuk h enggan membuka matanya, tubuhnya terasa sangat panas, perutnya juga terasa sangat sakit.

Adrian menyentuh kening istrinya lagi yang ternyata semakin panas. "Kamu sangat panas, kita harus segera keluar dari sini, kamu butuh perawatan." Ujar Adrian khawatir.

"Mas, aku sudah tidak kuat, perutku sangat sakit, tubuhku juga sangat lemah." Ujar Nadia lirih.

"Kamu harus kuat sayang, kita harus cepat pergi, kamu harus dirawat, aku akan menggendong mu." Adrian langsung membopong tubuh Nadia keluar dari gua itu.

Nadia tidak berkata apapun dia pasrah apa yang dilakukan suaminya.

Adrian melihat sekeliling ternyata tidak ada jalan keluar selain memanjat tebing.

Ia bisa saja memanjat, namun bagaimana dengan istrinya, Nadia saat ini tidak berdaya, jangankan memanjat berjalan saja sudah tidak larat.

"Tidak ada jalan keluar selain memanjat, aku akan mengikatmu dibelakang tubuhku, kita harus keluar dari sini." Ujar Adrian mencari sesuatu yang bisa dia jadikan tali untuk mengikat Nadia dibelakang tubuhnya.

Selesai mengikat tubuh Nadia, Adrian mencoba naik kepermukaan, dengan berpegang dan menginjak pada pohon kecil Adrian berhasil naik tiga langkah.

Tapi siapa sangka pohon kecil itu patah seakan tidak mengizinkan Adrian dan Nadia keluar dari tempat itu.

Tubuh Adrian kembali jatuh dan menindih tubuh Nadia yang terikat dibelakangnya.

Nadia kesakitan, perutnya kembali mengeluarkan darah, tubuhnya sudah terasa lemas.

Nadia merasa dirinya sudah tidak sanggup lagi bertahan.

"Mas, tinggalkan aku disini, mas naiklah, biarkan aku disini, aku sudah tidak kuat," Ujarnya lirih hampir tidak terdengar.

"Tidak sayang, aku tidak akan pernah meninggalkan mu, aku mencintaimu, aku tidak mau pergi tanpa kamu." Ujar Adrian, tangannya cekatan membalut kembali luka perut Nadia.

"Terimakasih, mas sudah mencintaiku, aku pikir waktu Bapak menjodohkan kita, mas tidak mau sama aku, karena kasta keluarga kita sangat jauh berbeda."

"Mas ingat saat pertama kali Papa mas kerumahku, saat Papa memberikan bantuan untuk keluargaku, mas terlihat sangat cuek, mas sama sekali tidak melirikku." Ujar Nadia, tangannya membelai lembut pipi Adrian.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Nyonya Gunawan

Nyonya Gunawan

Nadia sdah pasrah klo dia tdak bisa selamat..

2025-09-14

1

neng ade

neng ade

semoga pertolongan cepat datang 😭

2025-09-15

1

PURPLEDEE ( ig: _deepurple )

PURPLEDEE ( ig: _deepurple )

wah.... smoga Nadia selamat😭

2025-09-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!