Bab 2. Selamat

Suasana malam menjadi senyap, tidak ada suara seekor binatang pun dihutan yang pekat itu, mungkin semua binatang lari ketakutan karena mendengar suara hantaman benda besar yang jatuh.

Beberapa saat kemudian, terdengar pergerakan seiringan dengan suara yang meminta tolong.

"Tolong, tolong aku, siapapun tolong aku." Suara itu serak dan tidak keras.

Dikursi lain seorang lelaki tampan membuka matanya, dia baru sadar dari pingsannya akibat hentakan jatuhnya pesawat yang begitu keras.

Saat membuka mata, lelaki itu merasa badannya sakit semua, dan dadanya begitu berat.

Tangan lelaki itu bergerak hendak mengusap dadanya yang sakit, mata lelaki itu membulat saat tangannya memegang kepala seorang wanita yang ternyata bersandar pada dadanya.

Pikiran lelaki itu langsung tertuju pada kejadian saat pesawat jatuh, lelaki yang bernama Adrian itu segera membangunkan wanita yang bersandar di dadanya yang tidak lain adalah Nadia istrinya.

"Sayang, sayang, bangun, sayang, kamu bisa mendengar ku 'kan ?" tanya Adrian itu panik.

Nadia masih bergeming, ia sama sekali tidak bergerak, keadaan itu membuat Adrian takut, pikirannya berkecamuk.

"Sayang, aku mohon, bangunlah, jangan tinggalkan aku, bangun lah sayang." Bermacam pikiran menghinggap dikepala Adrian, ia mengira kalau istrinya sudah tiada.

Mata Adrian mulai mengembung, tangannya masih menggoyang-goyangkan tubuh Nadia istrinya.

"Sayang, aku mohon bangunlah, jangan mati, jangan tinggalkan aku, bangunlah." Air mata Adrian sudah tidak bisa ditahan lagi.

Sebutir air matanya jatuh ke pipi Nadia, merasa pipinya basah, Nadia mengerjap.

Adrian yang merasakan pergerakan dari Nadia dia langsung membingkai wajah Nadia.

"Sayang, kamu bangun, kamu belum pergi," Adrian langsung membekap kembali tubuh Nadia ke pelukannya.

Adrian sangat senang, dia bersyukur istrinya tidak meninggalkannya.

"Mas, kita dimana, apa kita sudah mati ?" tanya Nadia saat tidak mendengar suara apapun yang terdengar ditelinga nya.

"Tidak sayang, kita masih hidup, pesawat ini jatuh, kamu tidak apa-apa 'kan ?"

Nadia menggeleng, karena dia belum merasakan sakit apapun ditubuhnya.

"Ayo kita keluar," Adrian membantu Nadia untuk bangkit, namun saat Nadia hendak bangkit, dia merasakan kakinya sakit.

"Auw," Nadia menjerit merasakan sakit dikakinya.

"Kamu kenapa sayang ?" tanya Adrian khawatir, dia mengecek tubuh Nadia.

"Kakiku sakit mas." ujar Nadia melihat arah kakinya.

Adrian langsung melihat ke kaki Nadia, betapa terkejutnya dia saat melihat darah dikaki istrinya.

"Sayang, kakimu terluka." Adrian semakin panik, dia menggendong Nadia untuk keluar dari pesawat yang sudah hancur.

Saat hendak keluar dia mendengar suara seseorang yang meminta tolong, langkah kaki Adrian terhenti, ia dan Nadia saling pandang.

"Ada yang minta tolong, turunkan aku, cari orang yang minta tolong itu !" Ujar Nadia pada suaminya.

"Tapi kamu--"

"Aku tidak apa-apa, cepat tolong orang itu."

"Baiklah, kamu duduk disini dulu." Adrian langsung mendudukkan Nadia dikursi kosong yang sudah tidak ada penumpang, mungkin penumpang dikursi itu sudah terhempas.

Adrian langsung mencari asal suara yang meminta tolong, sedangkan Nadia duduk dimana Adrian mendudukkannya tadi.

Nadia melihat pada semua penumpang yang masih duduk dikursi dengan sabung pengaman di tubuhnya, namun semua penumpang itu tidak ada satupun yang bergerak.

"Kenapa semua penumpang tidak bergerak, apakah mereka sudah mati ?" monolognya.

"Halo, apa ada yang mendengar ku ?" tanya Adrian karena Tidka mendengar lagi suara orang yang minta tolong tadi.

Adrian mencoba membangunkan beberapa penumpang namun tidak ada yang bergerak, ai mengecek nadi dan pernafasan mereka namun tidak ada reaksi apapun.

"Apa mereka semuanya sudah mati ?" tanyanya dalam hati.

Adrian terus memanggil-manggil, siapa tau ada yang masih selamat.

"Halo, apa ada yang mendengar suaraku ?" tanyanya lagi karena tadi dia mendengar orang minta tolong.

"Aku disini, tolong aku." Terdengar lagi suara wanita yang sudah sangat lemas.

Adrian langsung menuju kearah suara, dia terkejut melihat kondisi wanita itu.

Kaki wanita itu sudah putu, tangannya juga patah, diperutnya terdapat pecahan pesawat yang tertancap.

"Tolong aku, keluarkan aku dari sini," Mohon wanita itu. Adrian langsung berjongkok hendak menolong wanita itu.

"Baiklah Mbak, aku akan membawa mu keluar." Adrian mencoba menarik tubuh wanita itu namun tidak bisa karena perutnya tertancap pecahan pesawat hingga tembus di kursi.

Adrian memikirkan cara bagai mana harus menolong wanita itu, namun wanita itu sudah tidak bergerak, Adrian segera mengecek nadi wanita itu, tapi tidak ada lagi denyut nadi, wanita itu sudah mati.

"Innalilahi wa innailaihi Raji'un." Adrian mengusap mata wanita itu agar tertutup.

Adrian mencoba membangunkan lagi para penumpang yang tidak bergerak, namun tidak ada seorangpun yang terbangun.

"Mungkinkah mereka semua sudah mati ?" monolognya.

Akhirnya Adrian kembali pada Nadia. "Mas, siapa yang minta tolong, mana dia ?" tanya Nadia kerna tidak melihat siapapun yang dibawa oleh Adrian.

Adrian menggeleng. "Dia sudah tiada, semua penumpang sudah tidak bernyawa." Jawab Adrian.

"Apa hanya kita yang selamat ?" tanya Nadia lagi, namun wajahnya terlihat seperti menahan sakit.

"Sepertinya begitu, ayo keluar," Adrian ingin menggendong lagi Nadia, namun Nadia menahannya.

"Tidak usah digendong, aku masih bisa berjalan." Ujar Nadia, Adrian membiarkan saja, dia hanya membantu memapah saja.

"Kita dihutan," Ujar Adrian saat sudah diluar dan melihat kesemua arah.

Nadia hanya mengangguk, karena memang semua yang terlihat hanya hutan.

"Kita tidak tau harus pergi kemana, ini malam, udaranya juga sangat dingin, kita juga tidak boleh lama-lama disini, pesawat ini sebentar lagi akan meledak, kamu lihat api itu." Tunjuk Adrian ke badan pesawat yang mengeluarkan api.

"Tapi mas kita tidak tau harus kemana, apa tidak kita tunggu saja, mungkin sebentar lagi akan datang bantuan, mereka pasti akan mencari pesawat yang hilang kontak dengan mereka." Ujar Nadia.

Adrian berpikir sejenak, perkataan istrinya ada benarnya, para mas kapal pasti sudah tau kalau pesawat mereka jatuh karena sudah hilang dari radar kawalan mereka.

"Baiklah, tapi kita tetap harus menjauh dari sini, pesawat ini akan meledak, kita cari tempat yang aman, sini tasnya." Adrian mengambil alih tas kecil milik Nadia.

Keduanya manusia berbeda jenis kelamin itu berjalan mencari tempat aman.

Keduanya menjauh dari badan pesawat, malam gelap membuat mereka susah melihat, apa lagi disana hutannya begitu lebat.

Merasa keduanya sudah sedikit jauh dari pesawat, keduanya berhenti dan berteduh dibawah pohon besar.

Suara binatang hutan terdengar jelas ditelinga keduanya, tubuh Nadia semakin dingin, luka dikakinya semakin terasa sakit.

Adrian melihat Nadia menggigil, wajah semakin pucat, dia membuka jasnya dan memakaikan pada Nadia agar Nadia tidak semakin dingin.

"Mas, dingin," Ujar Nadia, tubuhnya selain lemas. Adrian merobek lengan kemejanya, dia membalut luka dikaki Nadia, setelah itu dia menggesek telapak tangan Nadia agar tubuh Nadia terus hangat.

"Sayang, kamu baik-baik saja 'kan, maafkan mas, mas yang menyebabkan semua ini, seandainya mas tidak mengajak kembali hari lagi ni, pasti kita tidak akan seperti ini " Adrian menyesal, seandainya dia tidak ingin cepat kembali ke Indonesia maka kecelakaan ini tidak terjadi.

"Mas, jangan bicara seperti itu, ini bukan salah mas, ini semua sudah takdir, mas jangan menyalahkan diri sendiri, kita berdoa semoga bantuan cepat datang."

Saat keduanya sedang saling menghangatkan, dua ekor serigala tiba-tiba muncul didepan mereka, serigala itu sepertinya ingin segera memangsa keduanya.

Adrian dan Nadia sangat terkejut dan ketakutan, Adrian langsung membawa tubuh Nadia kebelakang tubuhnya.

Langkah keduanya mundur perlahan, namun mata keduanya terus tertuju pada serigala yang juga semakin mendekat pada mereka.

Adrian mengambil ranting yang terinjak dikakinya, dia menggunakan Ranting itu untuk senjata mengusir serigala.

Serigala itu tidak mundur, dia terus maju, Adrian dan Nadia juga terus mundur pelan-pelan.

Namun keduanya tidak tau kalau dibelakang mereka ada jurang namun tidak dalam.

Kedua serigala itu langsung melompat hendak memangsa Adrian dan Nadia.

Tepat saat itu tubuh Nadia dan Adrian juga terjatuh kedalam jurang.

 Bersambung.

Terpopuler

Comments

PURPLEDEE ( ig: _deepurple )

PURPLEDEE ( ig: _deepurple )

Halo kak maaf bru bisa mampir skrang🤗

2025-09-23

1

neng ade

neng ade

ngeri banget..

2025-09-15

1

Nyonya Gunawan

Nyonya Gunawan

Lanjut thor

2025-09-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!