Bias Masa Lalu

Bias Masa Lalu

Perasaan Yang Biasa Saja

Headline News

Pengusaha R meninggal dunia dalam kebakaran vila milik pribadinya. Jasad pengusaha R ditemukan bersama dengan jasad wanita yang diduga adalah D, wanita yang dikabarkan memiliki hubungan khusus dengannya. Belum diketahui penyebab kebakaran yang terjadi sekitar pukul dua dini hari tadi. Sampai saat ini pihak kepolisian masih menyelidiki musibah yang menewaskan dua orang tersebut.

Sekian berita hari ini.

Gita mendengar berita itu dari balik pintu rumah milik Sarah, sahabatnya.

Dua tahun ini dia bekerja membantu ibunya Sarah yang memiliki usaha katering. Tugasnya sangat mudah hanya membantu mencuci bahan makanan, memotong sayur, mengupas bawang dan mencuci bekas peralatan memasak serta membantu dalam pengemasan jika pesanan membludak.

Tapi semua dia kerjakan karena rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan oleh Tante Lia, ibunya Sarah.

Gita tak mau menerima cuma-cuma bantuan tante Lia yang membiayai kebutuhan sekolahnya juga Galih adiknya.

Gita menerima semua bantuan dengan syarat menukar tenaganya untuk membantu tante Lia.

Sekali lagi Gita menarik nafas panjang, menahan rasa panas dimatanya karena air mata yang sejak tadi dibendungnya.

"Kamu kuat Gita, ingat Gilang dan Gian." ucap Gita pada dirinya sendiri

Tok.. tok...tok...

"Assalamualaikum..." Gita mengetuk rumah itu sambil mengucapkan salam seperti biasanya.

"Waalaikumsalam..." suar merdu Tante Lia terdengar membalas salamnya.

"Eeh... Gita??? Loh kok kamu ke sini?" tante Lia tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya saat melihat Gita.

"Ma_masuk... masuk dulu..." tante Lia mengajak Gita masuk dengan suara lembutnya.

Wanita itu menggandeng tangan Gita dan mengajaknya masuk ke dalam ruang tengah, tempat biasanya mereka duduk santai sambil menonton televisi.

"Kabar terbaru hari ini... Telah terjadi kebakaran yang mene_..." Gita menoleh ke arah televisi yang tiba-tiba mati.

Tante Lia terlihat panik dan segera mematikan televisinya. Gita tau Tante Lia menjaga perasaannya tentang pemberitaan itu.

"Nggak usah didengerin yang kayak begitu....Kamu udah makan???" tanya Tante Lia yang masih baik hati seperti biasanya.

"Udah tante, tadi makan sama Gilang dan Gian.... Sarah mana, tan?" tanya Gita

"Lagi dirumah neneknya, liburan gini dia mana mau di rumah. Pasti cari alasan buat ngehindarin kerjaan buat bantuin tante." kata Tante Lia yang mengeluhkan tingkat anak tunggalnya itu.

Sarah memang malas jika disuruh membantu ibunya di dapur. Gadis itu lebih memilih mengepel lantai rumah hingga licin dan mengkilap dibanding suruh mengiris bawang dan teman-temannya.

Gita tersenyum kecut, seandainya nasibnya seberuntung Sarah. Walaupun sudah tak memiliki ayah, tapi ibunya Sarah selalu menjadi sosok pengganti ayah yang bertanggung jawab pada putrinya.

Tak seperti dirinya.... Dan kini dia tak tau lagi dengan nasibnya nanti.

"Tan..."

"Ya... Kenapa, Ta?"

"Gita minta bantuan tante lagi, boleh?" tanya Gita takut-takut

Tante Lia mengerutkan keningnya, menatap Gita dengan sesama. Ada yang aneh dengan gadis itu. Selama ini Gita tak pernah meminta apapun padanya.

"Bisa antarin aku ke rumah sakit?" tanya Gita akhirnya.

"Ka_kamu..."

"Gita tau, tan." Gita memotong ucapan Tante Lia.

Walaupun di rumahnya tak ada televisi, tapi orang-orang sekitar rumah sudah membicarakan kejadian itu sejak pagi. Bahkan ada yang langsung datang ke rumahnya untuk mencari informasi darinya.

"Ayah sama Kak Gea juga nggak tau kemana. Mereka belum pulang dari tadi malam. Aku mau ke rumah sakit buat memastikan."

Miris....

Begitulah hidupnya, Gita punya orang tua dan kakak yang sudah lulus SMA tapi entah kenapa rasanya dia hanya hidup bertiga saja dengan dua adiknya.

"Ya_ya udah... Kalau gitu Tante siap-siap dulu ya." kata Tante Lia.

Sebelum dia beranjak ke kamarnya, wanita itu memeluk tubuh Gita.

"Apapun yang terjadi kamu harus sabar dan kuat. Ingat ada tante dan Sarah yang selalu bersama kamu." kata tante Lia sambil mengelus rambut panjang milik Gita yang diikat menggunakan karet gelang.

"Ya Tante. Aku harus tetap kuat walaupun aku capek. Ada Gilang dan Gian yang butuh aku." kata Gita sambil menghapus air matanya yang kini mengalir di pipinya.

Gita lalu membalas pelukan Tante Lia. Menghirup dalam-dalam aroma lembut yang berasal dari pewangi pakaian yang melekat di pakaian wanita empat puluh tahun itu.

"Oke... Tunggu bentar ya, tante ganti baju dulu." ucap Tante Lia ketika melihat Gita yang sudah mulai tenang.

Gita mengangguk dan tersenyum pada wanita itu. Dalam hatinya mendadak serakah dan iri pada Sarah, seandainya saja Tante Lia yang menjadi ibunya mungkin dia akan sangat bahagia. Tentu saja dia akan memanfaatkan waktu liburan untuk menemani Tante Lia.

***

Gita menyusuri lorong di sudut rumah sakit ini. Ujung lorong itu adalah tempat paling belakang di rumah sakit ini.

Kamar Jenazah

Gita merasakan tubuhnya mendadak dingin. Langkahnya pun terasa berat untuk mengikuti petugas yang mengantarnya dan Tante Lia.

"Ta... Kamu nggak usah masuk kalau nggak mau."

Gita menggeleng pelan.

Dia harus masuk dan memastikan sendiri jenazah ibunya yang terbakar tadi malam.

"Silahkan... Kami memang menunggu pihak keluarga untuk datang dan mengurus jenazahnya. Karena jenazah tuan Rizal sudah diambil oleh pihak keluarganya." kata petugas yang terlihat biasa saja masuk ke dalam ruangan yang cukup ditakuti oleh seluruh orang.

Begitu juga Gita, dia tak takut dengan ruangan ini. Tapi dia takut dengan kenyataan yang akan dia hadapi kelak.

"Nah, ini...." katanya sambil menunjukkan sosok yang terbujur kaku dengan wajah dan tubuh terbakar dan sudah gosong.

Gita sangat yakin jika itu ibunya, terlihat di tangan kirinya masih terpasang gelang emas pemberian 'lelaki itu'.

Tante Lia menggenggam tangan Gita, menguatkan gadis remaja seusia putrinya. Gadis malang itu bahkan tak menangis di depan jasad sang ibu. Sepertinya air mata Gita sudah habis setelah dia menangis di rumahnya tadi.

"Jenazah sudah di otopsi. Dari bukti dan saksi jenazah ini adalah nyonya Diana, wanita yang merupakan kekasih gelap tuan Rizal." kata petugas itu yang terlihat tak menyukai ibunya.

Ya wajarlah... Siapa yang akan suka pada ibunya. Wanita bersuami tapi berselingkuh dan menjadi wanita simpanan lelaki lain.

Parahnya lagi lelaki itu juga sudah memiliki keluarga. Rizal Saputra, pengusaha terkenal di kotanya. Memiliki kekayaan yang mampu membeli lebih dari separuh kota,

Lelaki itu... Entah sudah berapa lama mereka berhubungan, Gita tak tau pastinya.

Yang dia tau jika hal itu sudah lama karena hasil tindakan buruk mereka saja sudah berusia enam tahun.

"Kalau kalian mau membawa jenazah, silahkan menyelesaikan prosedur administrasinya." kata petugas itu

Tante Lia yang tak begitu senang dengan sikap kasar petugas itu pun segera mengajak Gita untuk segera menyelesaikan semua prosedur kepulangan jenazah Diana, ibunya Gita.

Dengan bantuan tante Lia yang cukup memiliki koneksi, jenazah Diana pun bisa pulang dan diurus untuk segera dimakamkan.

Malam itu juga, Diana dimakamkan di TPU yang letaknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Karena warga setempat yang menolak jika Diana dimakamkan di TPU daerah mereka.

Diana dianggap aib dan mencemarkan tempat mereka. Bahkan hanya beberapa orang saja yang mau mengurus dan mengantar jenazah Diana ke pemakaman.

Tante Lia lagi-lagi membantu Gita.

Sementara gadis itu tak merasakan perasaan apapun. Tak ada rasa kehilangan seperti layaknya anak yang kehilangan ibunya.

Saat menatap gundukan tanah yang basah itu, Gita merasa semuanya biasa saja.

Terpopuler

Comments

Susi Akbarini

Susi Akbarini

gita udah mati rasa..
6 thn sudah diabaikan ibunya..
❤❤❤😍😙😙

2025-09-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!