Amara mendongak dan menatap ke arah wanita yang tengah mengulurkan sebungkus roti ke padanya itu.
Kemudian tatapannya agak menurun karena wanita itu yang kemudian duduk di sisinya.
" apa kau mengenalku ?! " tanya Amara.
" tidak...aku baru melihatmu sejak kau di pindahkan ke sini " jawab wanita itu sambil menggeleng.
" kau juga tidak tahu siapa aku ?! " tanya Amara lagi.
" tidak...memangnya kenapa ?! "
" lucu...kau tidak mengenalku dan kau juga tidak tahu siapa aku tapi kau baik padaku " kata Amara dengan tersenyum sinis.
Wanita di sisinya menatapnya aneh.
" apakah berbuat baik kepada orang harus lebih dulu kita mengenalnya ?! " tanya wanita itu sambil menatap Amara lekat.
Amara tersenyum miring.
" dengar...aku ini seorang pembunuh, kau tidak perlu bersikap baik padaku " kata Amara kemudian dengan tersenyum kecut.
" memangnya kenapa jika kau seorang pembunuh ?!
apa seorang pembunuh tidak punya rasa lapar ?ku lihat....kau juga seorang manusia yang pasti juga punya rasa lapar.
Sejak kemaren aku tidak melihat kau memakan bagianmu.
Jagalah kesehatanmu, di sini kita di larang untuk sakit..." jawab wanita itu lembut.
Amara menoleh dan kembali menatap ke pada wanita itu.
Kelembutan wanita itu membuat Amara teringat dengan sosok adik sepupunya yang telah ia buat meninggalkan dunia ini.
Tak lama, Amara membuang pandangannya ketempat lain.
" tidak perlu bersikap baik apalagi kasian padaku,
aku tidak butuh itu " jawab Amara kemudian dengan ketus.
Wajah wanita itu berubah semakin muram.
Sungguh kelembutan wanita itu membuatnya kian tersiksa.
( Shelia...)
Desis Amara di dalam hati.
" terserah padamu, aku hanya ingin mencoba berkawan denganmu.
Tapi jika tidak mau...tak apa, mungkin bagimu aku tak pantas untuk jadi kawanmu " kata wanita itu kemudian.
Tak lama wanita itu bangkit dan meninggalkan Amara.
Ia kembali ke arah kasur lantai tipis dan keras yang sudah menjadi bagiannya.
Sepeninggal wanita itu Amara terdiam membisu, namun netranya mengikuti pergerakan wanita itu.
Tak lama Amara pun bangkit dan melangkah mendekat ke arah wanita itu yang kini telah berbaring.
" ada apa ?! " tanya wanita itu setelah Amara duduk di sisinya.
Di sel itu di isi dengan tujuh orang dan mereka yang lainnya telah terlelap di buai mimpi.
" siapa namamu ?! " tanya Amara
" April..."
" kau ingin berkawan denganku ?! Kenapa ?! Aku ini seorang pembunuh....kau tidak takut aku akan membunuhmu juga ?! " tanya Amara lagi.
Wanita bernama April itu kemudian bangkit dari berbaringnya dan duduk seperti Amara.
" aku ingin berkawan dengan banyak orang, siapapun itu asal dia mau berkawan denganku juga.
Kau tanya kenapa ?! karena aku berharap dengan punya banyak kawan, mungkin salah satunya akan mau membantuku.
Takut di bunuh olehmu ?! Ha ha..." April tertawa lirih.
" dengar...aku percaya satu hal, kematian itu adalah satu hal yang pasti begitupun dengan kapan dan bagaimana caranya.
Jika berkawan denganmu bisa membuatku mati, maka aku yakin mungkin itu memanglah jalan kematianku " jawab April dengan lugas dan membuat Amara menatapnya dalam.
" apakah itu bentuk keikhlasan atau ketidak berdayaanmu ?! " tanya Amara.
" entahlah.....
aku tidak tahu,
tapi menurutku pengartiannya hanya perkara sudut pandang kita " jawab wanita bernama April itu.
Hening...
Amara tak lagi bersuara, tapi kemudian ia duduk di sisi April.
" kemarikan rotimu " pinta Amara kemudian dan April pun memberikannya.
" Katakan padaku, kenapa kau bisa di sini ?! " tanya Amara sambil mulai menyuap roti pemberian April itu dengan menawarkan kembali roti itu kepada empunya yang memiliki roti.
" tidak..aku sudah makan sore tadi " tolak April sambil menggeleng.
" kau belum menjawab pertanyaanku " kata Amara lagi.
April terdengar menghela nafas.
" seseorang memasukkan aku ke penjara karena aku hamil dan mengandung anak dari suaminya " jawab April kemudian pelan.
Amara menatap wanita berwajah lembut itu dengan melotot.
Rasanya sulit di percaya jika wanita itu adalah seorang pelakor.
" kau pelakor ?!! " sengit Amara kemudian.
Ah....
kata kata itu hampir cocok di sematkan padanya juga jika saja ia berhasil menggoda dan memiliki seorang Ryuga Carter.
" aku tidak tahu jika laki laki yang menikahiku secara siri itu ternyata seorang laki laki bersuami..." jawab April penuh penyesalan.
" andai aku tahu lebih awal...tentu aku tidak akan mau di dekati olehnya.
Aku hanya seorang yatim piatu, mendapat sebuah perhatian dan kasih sayang dari seorang pria tentu aku sangat senang.
Apalagi aku tak memiliki pengalaman apapun dengan seorang laki laki.
Aku kira itu cinta....dan ketika ia menawarkan sebuah pernikahan siri,
aku pun mengiyakan " lanjut Apri sambil menunduk.
Amara diam diam meremas roti yang ia pegang.
Lagi lagi atas nama cinta dan akhirnya menjadi korban cinta...
Cinta memang bangsat...
Umpat Amara di dalam hati.
" lalu di mana sekarang anakmu ?! " tanya Amara lagi.
" satu bulan setelah aku melahirkan, suamiku dan istrinya mengambil anakku.
Namun dua bulan kemudian mereka mengembalikannya padaku.
Aku sangat bahagia saat itu.
Tapi beberapa hari kemudian aku di datangi petugas kepolisian.
Sebuah tuduhan di tudingkan padaku.
Dengan tuduhan perselingkuhan dan perzinahan, aku di penjarakan.
Terpaksa aku menitipkan anakku kepada panti asuhan di mana aku di besarkan dulu " kata April dengan wajah sendu dan sangat sedih.
" lalu laki laki itu ?! "
" entahlah...aku tak lagi bertemu dengannya sejak ia mengembalikan anakku bersama istri pertamanya waktu itu "
" ckk....menyedihkan sekali hidupmu....semoga saja laki laki itu mati agar tak lagi ada korban korban wanita bodoh sepertimu " kutuk Amara ikut jengkel mendengar cerita April itu.
April hanya diam.
" Amara..." panggil April tiba tiba sambil memegang kedua jemari Amara.
" ada apa ?! Kau membuatku kaget " omel Amara
" maukah kau membantuku ?! "
" memban..tu...mu...?! " cicit Amara tak paham kata kata April.
" iya..." jawab April.
" Membantu apa ?! Kau tidak lihat aku juga di penjara sama sepertimu ?!
memangnya apa yang bisa aku lakukan untukmu ?! "
April mengambil sebuah amplop berwarna coklat dari bawa bantalnya.
Kemudian ia mengeluarkan isi di dalamnya.
sebuah foto bayi berusia tiga atau empat bulanan,
April kemudian memberikannya kepada Amara berikut beberapa berkas berkas yang turut di keluarkan oleh April.
Sepertinya surat surat tentang kelahiran bayi itu.
" dia anakku..namanya Arista Zivilya " terang April.
Amara mengerutkan keningnya menatap foto yang kini telah berada di tangannya itu.
" lalu...kenapa kau tunjukkan ini padaku ?! " tanya Amara bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Susi Akbarini
mau bantuan apa April..
padahal Amara dipenjara lebih lama dari April..
pas keluar Amara udah jadi nenek2..
❤❤❤😍😙😗😗
2025-09-13
1
Widia Aldiev
aduh jangan bilang April mau bunuh diri d penjara dan menitipkan anaknya pada Amara 😔
2025-09-25
0
sutiasih kasih
ini gmna amara mo nolongin km april..... amara jga g tau gmn nasibnya kedepan...
2025-09-14
0