Cinta Ini Membunuhku

Cinta Ini Membunuhku

bab 1 awal

Seorang wanita nampak meringkuk di pojok ruangan sebuah penjara.

Wanita itu duduk dengan memeluk erat kedua kakinya yang ia tekuk hingga menyentuh dadanya.

Ingatannya melayang pada putusan peradilan yang memutuskan ia bersalah beberapa hari yang lalu.

Flass on

" nona Amara Santya Raharja...anda di nyatakan bersalah dan di hukum penjara selama 35 tahun di tambah denda sebesar 35 milyar rupiah karena telah mengakibatkan kerusakan fasilitas umum " suara Hakim terdengar menggema ke seluruh ruang sidang.

Terjadi sedikit keributan di belakang sana, Namun wanita cantik berusian 28 tahun itu hanya diam seolah tak mendengar keributan itu.

Tatapannya menatap kosong lurus ke depan. Deretan para Hakim di hadapannya sama sekali tak terlihat olehnya saat ini.

Tok tok tok.....

Suara palu di ketuk oleh hakim tanda putusan peradilan benar benar telah si sahkan.

Amara menarik nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya dengan perlahan.

Inilah akhir dari cintanya yang ia pupuk selama bertahun tahun yang lalu kepada seorang laki laki yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil.

Wanita cantik dengan postur tubuh tinggi semampai itu bangkit dari duduknya kemudian menundukkan kepalanya guna memberi hormat kepada para dewan hakim yang telah memimpin persidangannya selama ini.

Kemudian wanita itu beralih menundukkan kepalanya kepada para jaksa dan pengacara yang telah berusaha keras mati matian membelanya hingga akhirnya ia bisa terlepas dari hukuman mati yang di tuntutkan tim jaksa penuntut umum kepadanya.

Seorang pria sontak bangkit dari duduknya ketika mata wanita itu sampai kepadanya.

Nampak jelas mata laki laki itu menyiratkan sejuta penyesalan.

Dia adalah Ricky Heriawan Sasmita, pengacara yang menangani perkara Amara saat ini.

Ia adalah putra tunggal pengacara pribadi mendiang ibunya, Cokro Heriawan Sasmita.

Ricky di tunjuk sang ayah mendampingi dirinya karena saat ini sang ayah juga sedang menangani kasus lain.

Ricky juga salah satu teman Amara saat masih kuliah di Jerman dulu.

Sepak terjang Ricky tidak dapat di remehkan meski ia terbilang pengacara muda.

Buktinya...

Pria itu berhasil meloloskan seorang Amara Santya Raharja dari tuntutan hukuman mati karena tindak pidana pembunuhan berencana kepada Shelia adik sepupunya dan sejumlah nepotisme yang ia lakukan kepada sekelompok aparat kepolisian.

Ricky dan Amara terbilang dekat dari dulu meski keduanya tidak berada di jurusan fakultas yang sama.

Hal itu karena ayah Ricky yang merupakan pengacara pribadi mendiang mama Amara di masa lalu.

Ricky mengambil jurusan hukum sementara dirinya mengambil jurusan bisnis dan manajemen.

Mata Ricky sempat terpejam sejenak kala tatapan Amara mulai beralih darinya.

Sakit sekali rasanya hatinya melihat wanita yang kini tengah menjadi pesakitan itu gagal ia bela sesuai yang ia harapkan.

Amara adalah sosok istimewa di matanya meski kerap kali wanita itu bersikap menjengkelkan.

Amara tak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri hingga akhirnya ia kembali bergerak dan kali ini ia memutar tubuhnya kebelakang dan menatap ke arah orang orang di bangku pengunjung.

Tatapan Amara jatuh pada deretan bangku orang orang yang telah ia sakiti.

Keluarga sang paman...

Keluarga Sudibyo.

Ya...

Amara telah membunuh adik sepupunya yang merupakan wanita yang di cintai oleh laki laki yang juga sangat ia cintai dengan merancang sebuah kecelakaan yang memang sengaja ia rancang.

Amara kini menyandang gelar sebagai seorang pembunuh.

Pembunuh dari mendiang Shelia Liliana Hanung Sudibyo atau juga di kenal sebagai Shelia Carter.

Tubuh Amara tiba tiba bergetar ketika ia mengingat kebaikan orang orang yang telah ia sakiti itu.

Dulu...

Ketika ia menjadi seorang piatu karena ibunya yang tiada karena terkejut mengetahui drama perselingkuhan sang ayah.

Juga ketika sang ayah bersikeras membawanya ke Asrama. Sang pamanlah yang bersikeras melarangnya.

Keluarga sang paman juga yang selalu ada untuknya, termasuk saudara sepupunya yang telah ia bunuh atas nama cinta.

Jauh di sudut hatinya, sungguh Amara menyimpan sejuta sesal.

Andai waktu bisa ia putar kembali...ia ingin tak jatuh cinta kepada sosok Ryuga Sean Carter.

Ia bahkan berharap tak akan pernah jatuh cinta kepada siapapun.

Karena baru ia pahami kini....cinta begitu menyakitkan.

Cinta...bisa membunuh siapapun...

Dan sangking menyakitkannya...cinta itu seolah mampu membunuhnya secara perlahan dan pasti.

Seperti saat ini, jasadnya memang masih nampak tegak berdiri.

Namun yang nyata adalah...jasadnya kini hanya seonggok daging tanpa nyawa.

Kata kata terakhir laki laki yang ia cintai hingga mampu membuatnya menjadi seorang pembunuh. Telah sukses membutnya seperti tubuh tak bernyawa.

" aku tidak kejam padamu Amara..kaulah yang tidak waras karena tidak bisa mengendalikan obsesimu padaku.

Dan cinta....cinta yang kau katakan itu bukan cinta...

kau hanya tidak ingin kalah dari siapapun "

Sungguh kata kata terakhir Ryu kepadanya begitu menyakitkan.

Perlahan Amara menundukkan kepalanya kepada seluruh kelurga sang paman yang menatapnya sendu.

Lama Amara menundukkan kepalanya tanda permintaan maafnya.

Kini wanita itu kembali mengangkat kepalanya, tatapannya beralih pada seseorang di deretan lain pengunjung.

" Amara..." desis seseorang itu seperti bergumam.

Seseorang itu menatap sendu dan penuh penyesalan kepada Amara.

Dia adalah tuan Agustin Raharja, ayah Amara.

Amara menarik nafas dalam dan wajahnya segera berubah datar.

Kehadiran laki laki itu di sidangnya selama ini sama sekali tak ia harapkan.

Meski ia tahu laki laki itu mati matian berusaha menolongnya.

Bagi Amara...semua yang laki laki itu lakukan untuknya saat ini tidak ada gunanya sama sekali.

Bagi Amara, laki laki itu adalah sumber dari segala sumber kehancurannya.

Tatapan mata Amara beralih mengedar ke seluruh ruangan berharap seseorang hadir di sana.

Namun Amara harus rela menelan pil pahit kekecewaan kala ia tak menemukan seseorang itu di ruangan ini meski itu hanya bayangannya saja.

" Ryu...kau bahkan tak datang di sidang putusanku atas kematian istrimu...." desis wanita itu di dalam hatinya.

Amara berniat menarik kembali pandangannya ketika netranya tiba tiba bertubrukan dengan mata seseorang yang berdiri tegak di sisi pintu ruang sidang.

Tatapan mata pria dengan postur tubuh tinggi menjulang itu sukses membuat tubuh seorang Amara Raharja terasa meremang dan tremor seketika.

" Mattew..." desis Amara pelan dengan suara bergetar.

Amara dengan cepat memutar tubuhnya kembali menghadap para hakim agar ia tak perlu menatap mata laki laki itu lebih lama sebelum akhirnya beberapa petugas datang menghampirinya.

Rasa takut seketika mencekam jiwanya, siapa yang tidak tahu sosok Mattew Qiang Shin Nix.

Salah satu putra kembar keluarga konglomerat di China.

Bagaimana Amara tahu ?!

jawabannya Adalah tentu dia tahu dengan sosok Mattew dan kembarannya Michael karena mereka memang pernah berada di satu kampus yang sama dengannya dulu di Jerman.

Walau mereka tak pernah terlibat interaksi secara langsung sekalipun.

Jantung Amara seketika terasa berhenti berdetak ketika ia sadar...

Ia telah menyinggung laki laki itu. Tanpa sadar ia telah membuat urusan dengan laki laki itu.

Ia telah menjadikan adik perempuan satu satunya laki laki itu sebagai umpan demi terciptanya kecelakaan yang menimpa adik sepupunya.

Shelia...

Amara tanpa sadar menggigit bibirnya kuat kuat.

" apa yang di lalukan laki laki itu di sini ?! Apa..dia ingin memastikan hukumanku...?! " cicit Amara di dalam hati dengan di dera rasa takut.

Bodoh kau Amara...bagaimana bisa kau berurusan dengan laki laki mengerikan itu.

Amara masih bermonolog di dalam hati.

" nak..." tiba tiba sebuah panggilan menyadarkannya dari lamunannya.

Seorang pria berdiri di hadapannya dan menghentikan langkahnya juga beberapa petugas yang memegangi dan menyertainya.

" jangan khawatir, papa tidak akan menyerah...

papa akan carikan pengacara yang lebih bagus untukmu "

tuan Agustin Raharja yang ternyata adalah seseorang itu semakin mendekat ke arah Amara yang saat ini tengah di bawa beberapa petugas untuk kembali ke sel sebelum akhirnya nanti ia benar benar di penjara.

Amara menatap wajah sang apa yang telah sangat lama tidak ia lihat sejenak.

" tidak perlu, pakai saja uang itu untuk biaya bulan madu mu yang entah sudah kesekian kalinya dengan wanita itu...

Aku sedekahkan uang itu untuk kalian " jawab Amara dingin kepada sang papa kemudian segera wanita itu melanjutkan langkahnya,

Yakni...

Berlalu dari ruangan itu.

Tuan Raharjo terdiam membisu melihat kepergian sang putri.

Hatinya terasa sakit bagai di remas remas.

flass off

Amara masih meringkuk di pojok ruang penjara itu dengan memeluk tubuhnya ketika seorang wanita datang menghampirinya.

" makanlah...ku lihat, kau tidak makan sejak kemaren "

Kata seseorang itu yang tak lain adalah salah satu teman satu ruang penjara dengan Amara.

Wanita itu duduk di sisi Amara sambil menyodorkan sebungkus roti kepada Amara.

Amara mendongak dan menatap wajah wanita itu.

Terpopuler

Comments

Agustin Indah Setiyaningsih

Agustin Indah Setiyaningsih

Awal Baca udah nyesek sama Masa kecil mu Mara..Tapi kalau Ingat kelakuan psykopat mu gemes juga.

Selamat buat karya barunya ya kak,ceritanya stimewa ini kayanya.Siap² tisu karena babnya gak bisa ke tebak..Tahu² ikut mewek.

2025-09-12

2

Widia Aldiev

Widia Aldiev

maaf telat bacanya kak Tara q sayang...ini hukuman Amara yg ditunggu para readers..semangat dan sehat selalu kak Tara ❤️

2025-09-25

1

Titin Rosediana

Titin Rosediana

wah...suka nii...lanjutan nya...❤️❤️ semangat ka 💪💪🔥🔥🔥

2025-09-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!