Diana yang melihat ayahnya mulai berpikir, segera mendekati ayahnya itu. Dia tidak ingin ayahnya terpengaruh ucapan Shanum.
"Ayah, sudah ayah. Ini memang salahku. Aku selalu berusaha bersikap baik pada Shanum. Tapi dia tidak pernah mau menerimaku. Aku tahu ayah, aku hanya orang asing yang datang ke rumah ini. Tapi, ini pertama kalinya ibu membelikan aku gaun yang harganya cukup mahal, aku sama sekali tidak punya kesempatan memakainya. Ibu pasti sedih, aku juga..." Diana menjeda ucapannya, lalu pergi ke ibunya dan memeluk ibunya dengan sedih.
"Mas, aku tidak masalah dengan gaun itu. Tapi masalah Shanum memukul Diana, apa memang kami bisa diperlakukan seenaknya begitu mas disini?" tanya Yuyun.
Shanum sebenarnya sangat emosi. Dia masih mengingat bagaimana semua orang di depannya itu memperlakukannya dulu. Tapi, dia harus bisa mengendalikan dirinya. Mereka bermain trik bawang putih. Shanum juga bisa.
Brukk
Semua orang melihat ke arah Shanum. Shanum menjatuhkan dirinya ke lantai.
"Ayah, aku sungguh tidak pernah memukul kak Diana. Aku sungguh tidak pernah melakukan itu. Dengan tangan lemah ini, bagaimana aku bisa memukul kak Diana. Gaun ini sungguh kak Diana yang berikan padaku. Dia bilang, dia tidak suka. Kalau tidak percaya, periksa saja rekaman cctv. Kak Diana yang mengantarkan gaun ini sendiri ke kamarku!" kata Shanum sambil menangis.
Diana tersenyum menyeringai.
'Dasar bodohh, aku tentu saja sudah menghapus rekaman cctv saat aku mengantarkan gaun itu ke kamarmu. Bodohh sekali!' batin Diana yang merasa kalau hal yang akan dilakukan oleh Shanum itu sia-sia saja.
"Maksudmu adikku berbohong? heh, mana mungkin. Baiklah, periksa rekaman cctv sekarang juga. Supaya kita bisa lihat siapa yang berbohong sebenarnya!" kata Dion dengan arogan.
Tentu saja dia sangat berani. Semua ini memang rencana mereka untuk menyalahkan Shanum, juga merusak citra Shanum. Karena saat usianya nanti 21 tahun. Dia akan mewarisi semua aset ibunya. Sebelum itu, tentu saja mereka harus sepenuhnya menguasai Shanum.
Tapi, Shanum bahkan tidak perduli tentang semua itu. Dia tahu, Dion dan Diana yang licik pasti sudah menghapus rekaman cctv itu. Dia hanya mengulur waktu.
Karena seingatnya, sebenarnya paman angkatnya. Adik angkat dari ibunya memang datang malam ini untuk mencari Shanum di kehidupan sebelumnya. Tapi karena Shanum sudah di kurung di ruang bawah tanah. Ricky mengatakan Shanum tidak mau bertemu dengan paman angkatnya itu. Bahkan meminta Shanum menandatangani surat kosong di malam itu. Sebagai syarat agar Shanum bisa keluar dari gudang itu. Meski sebenarnya setelah tanda tangan, Shanum juga tidak dilepaskan.
Ricky dan istrinya yang licik itu menulis di surat itu, kalau Shanum memutuskan hubungan apapun dengan keluarga Megantara. Keluarga ibunya, jadinya paman angkatnya itu meninggalkannya.
Kalau tidak salah, dari pelayan yang waktu itu membicarakan hal ini. Seharusnya sebentar lagi pamannya itu datang. Saat itulah, Shanum akan mengakhiri sandiwara bawang putihnya ini.
"Kasihan sekali kalau benar ya, anak kandung sendiri malah di salahkan. Padahal dia difitnah!"
"Parah banget sih, kalau orang asing yang hidup enak karena menikah di keluarga ini. Malah memutarbalikkan fakta begini"
"Iya ya, sebenarnya mana yang benar sih?"
Banyak sekali yang bergunjing. Itulah kenapa, terkadang masalah yang muncul itu sebenarnya tidak terlalu besar. Hukuman dari masyarakat itu yang lebih besar dampaknya. Terkadang yang tidak kuat menanggungnya, lebih memilih menyerah dan mengakhiri hidupnya. Karena memang kita hidup di masyarakat, tidak mungkin bisa menutup mata dan telinga dari cemoohan orang.
Diana tetap tidak gentar. Dia takut apa? memang rekaman cctv itu tidak ada. Dan Shanum sendiri, sebenarnya dia tahu. Mau ada atau tidak rekaman cctv itu. Nantinya yang akan dibela ayahnya adalah Diana.
Hanya saja, karena ada banyak orang disini. Ayahnya pasti akan mengecek terlebih dahulu. Ayahnya sangat perduli pada imagenya. Dia tidak mungkin membiarkan orang lain menilai dia tidak adil.
Setelah lama menunggu. Dion datang bersama dengan operator keamanan di ruang besar ini.
"Semuanya, mari kita lihat! sebenarnya yang berbohong itu siapa!" kata Dion yang begitu percaya diri.
Dia sendiri sudah melihatnya terlebih dahulu tadi di ruangan cctv. Kalau memang tidak ada rekaman jika Diana mengantarkan gaun itu ke kamar Shanum. Karena memang Dion sendiri yang menghapusnya setelah peristiwa itu terjadi.
Rekaman itu di putar, Shanum juga ikut melihatnya. Dia berdiri dan ikut melihat apa yang terjadi.
"Mana rekaman adikku membawa pakaian itu ke kamarmu? semuanya jelas kan! siapa yang berbohong sekarang?" tanya Dion yang merasa sangat senang.
Dia sudah membuktikan pada semua orang, kalau adiknya tidak bersalah. Dan yang berbohong sebenarnya adalah Shanum.
Sayangnya, saat melihat rekaman itu. Shanum justru menemukan sesuatu. Dia terkekeh pelan.
"Kak Dion yakin sekali?" tanyanya.
Diana kembali merasa heran. Alih-alih merasa takut, dan sangat panik seperti seharusnya seseorang yang ketahuan berbohong. Shanum malah masih bisa terkekeh. Dan masih sangat tenang saat bertanya pada Dion.
"Apa maksudmu? kamu sudah ketahuan Shanum. Ayah lihat! dia sudah ketahuan, sekarang dia mau berpura-pura bodohh. Kurung saja dia di gudang bawah tanah, ayah. Biar tahu rasa, biar dia merenung!"
Dion mencoba memprovokasii ayahnya.
"Shanum, kamu keterlaluan. Sudah tidak menyesal, tidak mau minta maaf. Sekarang bukti sudah ada kamu masih berkelit. Ayah harus memberi kamu pelajaran. Jika tidak..."
"Jika tidak apa?" tanya Shanum menyela, "Ayah lihat tidak rekaman cctv itu. Semua sudah lihat belum rekaman cctv itu. Perhatikan baik-baik. Darimana teorinya, rekaman yang diambil selama 24 jam itu. Kehilangan 20 menit waktu, tapi kalian tidak menyadarinya?" tanya Shanum.
Mata Dion dan Diana melebar.
"Kalian lihat ini, dari jam 3 sore, pukul 15.23. Kenapa selanjutnya bisa menjadi 15.43. Tidak ada pergerakan? kalian yang hidup di jaman modern, apakah tidak menyadari kalau rekaman video ini di potong?" tanya Shanum pada semua orang.
Pada akhirnya semua orang kembali berpikir. Mereka kembali bergunjing. Diana yang merasa rencana mereka mungkin tidak akan sukses dengan mulus. Segera mendekati ibunya.
"Ibu, cepat bujuk ayah untuk menghukum Shanum. Jika tidak, kita yang akan malu" bisik Diana pada Yuyun.
Yuyun mengangguk paham. Lalu merangkul lengan suaminya.
"Mas, sudahlah. Kita hentikan saja sampai disini. Tidak minta maaf ya sudahlah. Daripada keluarga kita jadi tontonan orang mas, gara-gara Shanum" bisik Diana pada Ricky.
Ricky yang melihat semua orang seperti sedang menggunjing kelurganya. Pada akhirnya memilih mendekati Shanum dan minta anaknya itu diam.
"Cukup! alasan apalagi yang kamu mau katakan? mau bikin malu keluarga? berhenti bicara, minta maaf pada Diana. Atau ayah akan mengurungmu di ruang bawah tanah!" bentak Ricky dengan mata merah dan tangan terkepal di depan Shanum.
Shanum mendengus kesal. Ayahnya itu memang munafik. Sudah dia duga sebenarnya, mau dia menunjukkan bukti, atau tidak. Hasilnya akan sama. Dia yang akan tetap disalahkan.
"Tidak mau" kata Shanum lantang.
Mata Ricky melotot. Itu kalo pertama Shanum membantah ayahnya.
"Dasar ajak kurang ajarr!" pekik Ricky yang sudah mengangkat tangannya hendak menamparr Shanum.
"Coba pukul kalau berani?"
Sebuah suara membuat Ricky menahan gerakannya. Langkah kaki seorang pria berjas hitam, dengan tubuh tinggi berkarisma masuk ke dalam ruangan itu.
Shanum tersenyum.
'Paman Dimas, paman datang di waktu yang tepat' batinnya.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Azahra Rahma
untung paman Dimas datang
2025-09-13
2