Selepas menandatangani beberapa form di administrasi, Candramaya kembali ke kamar IGD suaminya dirawat. Di ruagan yang terdiri dari enam brankar yang masing-masing dibatasi dengan gorden tertutup itu hanya terisi empat orang pasien saja.
Krisna masih belum tersadar, sehingga Candramaya merasakan sendiri, seakan tak ada yang menemani di ruangan itu, meskipun ada pasien lain dan keluarga pasien masing-masing di sana.
"Hoek ... Hoek ...."
Sementara dari brankar sebelah, terdengar pasien di samping kiri Krisna munt4h-munt4h, membuat perut Candramaya sendiri merasakan mual. Dalam ruangan yang hanya bersekat tirai antara pasien satu dan pasien lainnya, tentu saja membuat ia bisa mendengar apa yang terjadi di sebelahnya.
Candramaya menghempas nafas panjang dengan rasa penat yang sangat kuat membelenggunya. Tubuh dan pikirannya butuh istirahat, tapi hatinya tak tenang melihat kondisi orang yang dicintainya seperti ini. Apalagi besok dia harus mengurus dokumen agar suaminya dapat menjalani operasi dengan cover biaya dari kartu ketenagakerjaan atau dari pihak Jasa R4harja.
Teringat dirinya harus mengurus semua dokumen itu, dia lupa kalau belum menghubungi anggota keluarganya, termasuk orang tuanya yang saat ini tinggal di Bogor.
Candramaya mengambil ponsel di dalam tasnya. Dia mencoba menghubungi Ayuning terlebih dahulu untuk memberi kabar, jika dirinya saat ini ada di rumah sakit. Tapi, Ayuning tidak juga menjawab panggilannya.
"Astaga! Ngapain aja sih itu anak? Dari tadi dihubungi susah banget!" Wajar jika Candramaya merasa kesal karena merasa penat, tapi orang yang dihubungi tidak direspon.
Kini Candramaya mencoba menghubungi orang tuanya, meskipun saat ini waktu sudah menunjukkan pu kul 11. 00 malam. Karena dia butuh kehadiran orang tuanya untuk menjaga Krisna di rumah sakit selama dia mengurus syarat agar mendapat klaim biaya operasi dan rumah sakit suaminya.
Lima menit waktu yang dibutuhkan oleh Candramaya untuk menunggu, hingga akhirnya sambungan teleponnya bisa terhubung dengan ponsel papanya.
"Halo, assalamualaikum. Ada apa malam-malam telepon Papa, May?" Suara parau Pak Arifin terdengar di telinga Candramaya. Sepertinya Papa dari Candramaya terbangun dari tidur karena telepon masuk dari anaknya.
"Waalaikumsalam, Pa. Mas Krisna kecelakaan, Pa. Sekarang ada di IGD Rumah Sakit Sumber Sehat." Tanpa banyak basa-basi, Candra Maya menceritakan tentang musibah yang dialami oleh suaminya kepada sang papa. Dia bahkan tak sempat meminta maaf karena mengganggu waktu istirahat papanya.
"Astaghfirullahaladzim! Kecelakaan di mana, May? Terus, gimana kondisi Krisna sekarang?" Suara parau Pak Arifin kini berubah karena kaget mendengar berita yang disampaikan oleh Candramaya.
"Masih belum sadar, Pa. Katanya perlu operasi karena ada tulang paha yang patah." Dengan bersedih, Candramaya menceritakan kondisi suaminya saat ini. "Besok aku mau urus-urus asuransinya, Pa. Semoga saja bisa disetujui, biar nggak membebani pengeluaran kami," sambungnya.
"Kronologinya gimana sampai Krisna bisa kecelakaan, May?" tanya Pak Arifin penasaran.
"Aku nggak tahu, Pa. Tadi itu rencananya Mas Krisna mau jemput aku di mall. Terus aku dapat kabar Mas Krisna kecelakaan, Pa." Dengan menyusut cairan bening di sudut matanya, Candramaya bercerita pada sang papa.
"Ya sudah, besok habis Shubuh Papa sama mama ke sana. Anakmu di mana?" Menyadari anaknya butuh bantuannya, Pak Arifin berniat ke Jakarta esok hari.
"Rangga sama Ayu di rumah, Pa. Tapi nggak bisa aku hubungi, mungkin sudah pada tidur." Candramaya menduga adik iparnya itu sudah terlelap sehingga tak merespon telepon darinya.
"Kamu sendirian di rumah sakit?" tanya Pak Arifin.
"Iya, Pa."
"Ya sudah, kamu yang tenang dulu. Nanti Papa ke sana." Pak Arifin meminta anaknya untuk tidak panik menghadapi situasi saat ini.
"Iya, Pa," jawab Candramaya lirih.
"Kamu juga harus istirahat dan jaga kesehatan, jangan sampai kesehatan kamu jadi drop, malah nanti repot," nasehat Pak Arifin lagi.
"Iya."
"Ya sudah, Papa tutup dulu teleponnya. Assalamualaikum ..." Pak Arifin berpamitan mengakhiri sambungan telepon mereka.
"Waalaikumsalam ...."
Usai mengakhiri sambungan telepon mereka, Candramaya menggeser kursi hingga ke tepi brankar Krisna.
Dia menyandarkan kepala ke tepi brankar dengan tangan menyentuh jari-jari kokoh Krisna. Sementara matanya menatap wajah Krisna yang pucat. Sedih rasanya melihat suami yang bisanya selalu ceria, kini berbaring lemah seperti saat ini, hingga tak terasa matanya terasa berat. Beberapa saat kemudian, Candramaya pun terlelap. Tak bisa dipungkiri, rasa lelah yang ia rasakan begitu kuat menghinggapinya, hingga tak kuasa membuatnya menyerah dan akhirnya beristirahat meskipun dengan posisi yang tak nyaman.
***
Krisna mencoba membuka kelopak matanya yang terasa berat. Pandangannya masih belum menangkap apa yang ada di hadapannya saat ini. Hingga beberapa saat, akhirnya ia bisa meihat ruangan yang di kelilingi tirai berwarna biru muda.
Dia pun mulai mengerti kalau saat ini dirinya sedang berada di rumah sakit, karena melihat infus juga bunyi patient monitor tak jauh di atas kepalanya.
Krisna mencoba mengingat apa yang terjadi dengannya, hingga menyebabkan dia terbaring di brankar rumah sakit.
"Aakkhh!" rintihnya saat dia merasakan nyeri ketika hendak menggerakkan kakinya.
Suara Krisna yang merintih sontak membangunkan Candramaya yang tertidur sejak tengah malam tadi.
"Mas? Mas sudah sadar?" Candramaya bangkit dan membelai wajah sang suami.
"Ssshhh, sakit banget kakiku, Yank." Krisna mengeluhkan sakit di kakinya.
"Mas kecelakaan dan mengalami patah tulang paha, makanya kerasa sakit banget." Tak tega Candramaya melihat Krisna merintih menahan sakit sambil memejamkan mata. "Mas jangan banyak gerak dulu, biar nyerinya nggak kerasa lagi. Nanti aku panggilkan perawat dulu, ya!?" Candramaya lalu meninggalkan suaminya untuk meminta bantuan perawat agar bisa membantu Krisna mengurangi rasa sakit yang mendera.
Setengah jam kemudian, Krisna memulai tenang dan nyeri di bagian kakinya mulai reda.
"Mas, dokter menyarankan Mas melakukan operasi," sambung Candramaya. "Aku sudah bicara dengan bagian administrasi soal biaya. Aku disuruh mengajukan klaim biaya dari kartu ketenagakerjaan Mas atau dari pihak Jasa R4harja. Besok pagi kalau papa sama mama datang, aku coba urus-urus, siapa tahu bisa dihandle biaya dari sana." Candramaya memaparkan soal operasi yang kemungkinan besar akan dijalani Krisna.
Krisna menghela nafas panjang. Dia pesimis dapat mengklaim dari keanggotaan kartu ketenagakerjaan yang ia miliki, karena dirinya tidak sedang bertugas ketika mengalami kecelakaan.
"Gimana bisa sampai terjadi kecelakaan, Mas?" tanya Candramaya yang belum tahu kronologi atas musibah yang menimpa suaminya.
"Entahlah, Yank. Seingatku, aku sedang mengambil ponsel yang terjatuh karena ada panggilan masuk. Tiba-tiba bunyi klakson kencang terdengar dari mobil di depan dan tiba-tiba saja kecelakaan itu terjadi begitu saja." Krisna menerangkan apa yang ia ingat tentang kejadian tadi malam.
Hati Candramaya mencelos mendengar cerita Krisna. Panggilan telepon itu pasti darinya yang tak sabar ingin tahu keberadaan suaminya semalam.
Candramaya pun merasa bersalah dan menganggap kecelakaan itu terjadi atas kesalahannya. Seketika air matanya berlinang, tak kuasa menahan kesedihan karena dirinya menjadi penyebab, apa yang dialami suaminya saat ini.
*
*
*
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
ᴠͥɪͣᴘͫ✮⃝ᵇᵃˢᵉ fjR ¢ᖱ'D⃤ ̐
gak ada yang tau kapan musibah itu akan terjadi.yang sudah berhati2pun jika sudah takdirnya tidak bisa mengelak.
musibah yang terjadi mengingatkan diri bahwa ujian hidup akan selalu ada untuk membuatnya lebih kuat,lebih tegar dan selalu mengingat bahwa jalan hidupnya sudah tergariskan agar selalu mengingat Sang pencipta.
2025-09-13
4
Bunda Shanum
betul bgd kdg kita sdh hati2 tp org lain yg menabrak kita, memang takdir Tuhan tdk ada yg pernah tau, tetap semangat, semua akan indah pd waktunya
2025-09-13
2
ᄂ⃟ᙚ🌻͜͡ᴀs🍁ᑲіᥣᥲ❣️💋🅚🅙🅢👻
Oh namanya ada Wisnu nya ya
2025-09-13
2