Bab 3 - Tugas Menjemput

Dengan terburu-buru Candramaya turun dari taksi. Dia bahkan tak menunggu uang kembalian dari supir, karena dirinya panik ini segera mengetahui kondisi sang suaminya.

Rasa lelah yang dirasakan seolah sirna, bergantikan rasa khawatir, takut dan sedih atas musibah yang menimpa Krisna.

Candramaya berlari menuju ruang IGD seperti yang diinfokan oleh polisi yang menghubunginya tadi.

"Mbak, mau tanya, pasien atas nama Krisna Yudha dirawat di mana? Dia pasien yang baru saja mengalami kecelakaan." Dengan mata sembab dan memerah karena menangis, Candramaya bertanya kepada petugas yang ada di ruang IGD.

"Sebentar, Bu. Saya cek dulu." Petugas rumah sakit langsung mengecek data pasien yang ada di ruangan tersebut.

"Yang baru saja kecelakaan, udah dibawa ke ruang jenazah bukan, sih?" Rekan dari petugas yang ditanya oleh Candramaya berbisik.

Bola mata Candramaya seketika membulat, mendengar suara pegawai tadi yang tertangkap di telinganya. Air matanya tak tertahan dan berderai. Tubuhnya pun hampir limbung, jika saja dia tak berpegangan pada meja, mungkin dia sudah jatuh luruh ke lantai.

"Suami saya meninggal, Mbak?" Dengan nada terkejut, Candramaya bertanya tak percaya kalau suaminya sudah meninggal.

"Eh, hmmm, maaf, Bu. Bukan suami Ibu yang meninggal, beda pasien." Petugas yang tadi berbicara dengan Candramaya langsung mengkoreksi ucapan rekannya.

"Alhamdulillah ..." Candramaya narik nafas lega, karena orang yang disebut berada di kamar jenazah bukanlah suaminya.

"Kamu hati-hati kalau kasih informasi, Dis!" Petugas tadi langsung menegur rekannya yang salah memberi informasi.

"Maaf, ya, Bu. Saya keliru, soalnya tadi juga ada korban kecelakaan lainnya." Petugas itu langsung meminta maaf kepada Candramaya setelah ditegur oleh rekannya.

"Suami saya di mana, Mbak?" Tak menggubris permintaan maaf petugas itu, Candramaya kembali menanyakan posisi suaminya berada.

"Pasien atas nama Krisna Yudha ada di kamar kedua sebelah kiri, Bu." Petugas rumah sakit menunjuk ke tempat Krisna dirawat.

"Makasih, Mbak." Candramaya langsung berlari ke ruangan yang ditunjuk oleh pegawai rumah sakit tadi, hingga akhirnya ia menemukan suaminya yang berbaring tak berdaya di salah satu brankar yang ada di ruangan itu dengan mata terpejam.

"Mas ..." Candramaya menghampiri dan memeluk tubuh Krisna. Air matanya kembali tumpah. "Mas nggak apa-apa, kan?" Candramaya menyingkap selimut yang menutupi tubuh hingga kaki Krisna. Terlihat balutan di bagian kaki selain di tangan dan di dekat pelipis.

"Maaf, Ibu dengan keluarganya pasien?" Seorang perawat membuka gorden yang memisahkan pasien yang satu dengan pasien lainnya di kamar itu.

"Iya, saya istrinya, Sus." Candramaya membenarkan apa yang ditanya oleh perawat tadi. Sementara tangannya sibuk menyusut air mata yang membasahi pipinya.

"Bisa ke bagian administrasi sebentar, Bu? Ada perlu ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien." Perawat tadi meminta Candramaya untuk melengkapi beberapa dokumen yang berhubungan dengan penanganan medis terhadap Krisna.

"Suami saya bagaimana, Sus?" Sebelum pergi ke bagian administrasi, Candramaya menanyakan bagaimana kondisi Krisna yang sebenarnya, karena saat ini suaminya masih memejamkan mata.

"Menurut hasil Rontgen yang tadi dilakukan, sepertinya ada patah tulang di bagian paha. Menurut dokter kemungkinan pasien harus menjalani operasi. Sebaiknya Ibu temui saja bagian administrasinya untuk penjelasan lebih lanjut." Perawat itu memberitahu kemungkinan Krisna menjalani operasi.

"Dioperasi?" Mendengar kata operasi seketika membuat Candramaya stress, karena pasti akan mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Apalagi seingatnya kartu sehat yang dimiliki suaminya tak mengcover untuk kecelakaan. "Biayanya berapa ya, Sus?" tanya Candramaya penasaran.

"Silakan Ibu tanyakan saja ke bagian administrasi untuk info lebih jelasnya. Permisi." Perawat langsung meninggalkan Candramaya.

Candramaya menghempas nafas panjang karena tak mendapat jawaban dari perawat tadi. Netranya kembali menatap suaminya dengan perasaan sedih. Tak langsung menemui bagian administrasi, Candramaya malah menarik kursi dan duduk di samping brankar Krisna.

"Mas harus operasi, aku nggak tahu berapa biayanya, Mas? Gimana ini, Mas?" Candramaya bukannya sayang mengeluarkan uang untuk pengobatan suaminya, hanya saja dia masih memikirkan jumlah pengeluaran yang harus ia tanggung. Dia khawatir dana yang ia dan Krisna miliki tak dapat mengcover biaya operasi, rumah sakit dan lain-lainnya.

Beberapa saat Candramaya hanya duduk termangu menatap sang suami, hingga akhirnya dia bangkit dan melangkah ke bagian administrasi untuk menandatangani beberapa form dan membicarakan soal biaya operasi.

"Mbak, saya istri dari pasien atas nama Krisna Yudha. Tadi ada perawat bilang, katanya saya disuruh menghadap kemari," kata Kirana setelah menghadap ke pegawai administrasi.

"Sebentar, ya, Bu. Ditunggu dulu." Petugas administrasi menyuruh Cadramaya untuk duduk di kursi tunggu.

"Iya, Mbak." Candramaya duduk di kursi tunggu yang berada di ruangan itu. Sebenarnya tubuh Candramaya tak kuasa menahan penat. Tapi, mana mungkin dia bisa beristirahat dalam kondisi seperti ini.

Candramaya menyandarkan kepala di dinding sambil memejamkan mata dan berdoa agar suaminya tak cidera serius hingga tak perlu menjalankan operasi seperti yang dikatakan oleh perawat tadi.

Bukan! Bukan karena ia sayang mengeluarkan uang. Dia hanya bingung memikirkan, dari mana mendapat uang tambahan kalau simpanannya mencukupi untuk melunasi pengeluaran selama di rumah sakit.

"Ibu, silakan!" Tak lebih dari lima menit Candramaya menunggu, petugas administrasi memanggilnya.

Candramanya bangkit dan menghampiri meja petugas administrasi lalu duduk di hadapannya.

"Ibu ini istrinya pasien atas nama Bapak Krisna Yudha?" tanya petugas administrasi memastikan.

"Benar, Mbak. Saya istrinya beliau." Candramaya membenarkan.

"Begini, Bu. Mohon maaf sebelumnya untuk sementara Pak Krisna masih ditaruh di ruang IGD, karena ruang rawat lainnya masih penuh." Petugas administrasi menjelaskan karena keterbatasan ruang rawat inap, Krisna masih harus menunggu di ruang IGD.

"Mbak, apa suami saya harus dioperasi? Kondisinya gimana sebenarnya? Dan berapa biaya operasinya?" Candramaya masih terbebani soal biaya operasi, sehingga ia ingin tahu jumlah yang diperlukan olehnya.

"Tadi sudah sempat dicek dokter dan diperiksa rontgen, ada tulang paha yang patah hingga membutuhkan operasi dan untuk biayanya kisaran dua puluh sampai tuga puluh jutaan." Petugas administrasi menyebut nominal yang mesti dibayar untuk operasi Krisna.

Kepala Candramaya seketika kencang mendengar nominal tadi. Itu baru dari operasinya saja, belum mencakup biaya lain-lainnya.

"Itu nggak bisa dicover dari kartu sehat, Mbak?" tanyanya lirih dan pasrah.

"Kalau untuk kasus kecelakaan memang nggak bisa dicover menggunakan kartu sehat, Bu. Tapi, bisa diklaim dari pihak Jasa R4harja atau mungkin Pak Krisna punya kartu ketenagakerjaan? Itu juga bisa diklaim dari sana untuk mengcover biayanya, Bu." Kalimat petugas administrasi kali ini sedikit memberi angin segar bagi Candramaya.

Candramaya menarik nafas lega. Beban yang sejak tadi membuat dadanya terhimpit, hilang seketika. Dia ingat jika suaminya itu mempunyai kartu ketenagakerjaan, mungkin itu bisa membantunya mengatasi biaya rumah sakit.

"Iya, suami saya punya kartu ketenagakerjaan, Mbak," jawab Candramaya.

"Kalau begitu biayanya bisa diklaim dari sana, Bu. Asalkan syarat-syaratnya terpenuhi." Petugas rumah sakit memberi penjelasan pada Candramaya, karena melihat Candramaya kebingungan menghadapi musibah yang menimpa keluarganya.

"Syarat-syaratnya apa saja ya, Mbak?" tanya Candramaya.

"Ada surat keterangan dari pihak kepolisan jika memang terjadi kecelakaan. Ada surat tugas dari pihak kantor jika kecelakaan ini terjadi saat suami ibu melakukan tugas dari kantor. Mengisi Formulir klaim dan menyiapkan dokumen lainnya yang diperlukan," jawab petugas administrasi.

Candramaya menghela nafas berat mendengar syarat yang disebutkan petugas tadi. Baru saja dia bernafas lega, kini dia dibuat bimbang, karena suaminya mengalami kecelakaan bukan karena sedang menjalani tugas kantor, tapi tugas hendak menjemput dirinya pulang.

*

*

*

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Dest Cookies

Dest Cookies

kebayang bingung candramaya...hrs mengeluarkan biaya operasi.. kejadian seperti ini banyak di temui disekitar kita.. sabar dan semangat candramaya..pasti ada jalan..

2025-09-13

3

☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ

☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ

realistis untuk orang kayak kita ya saat kena musibah dan dokter menyarankan untuk ambil tindakan operasi seketika yg dipikirkan dana nya darimana,wajar sih..

2025-09-14

3

ᄂ⃟ᙚ🌻͜͡ᴀs🍁ᑲіᥣᥲ❣️💋🅚🅙🅢👻

ᄂ⃟ᙚ🌻͜͡ᴀs🍁ᑲіᥣᥲ❣️💋🅚🅙🅢👻

Yang namanya musibah tidak akan tahu kan Maya, semoga nanti ada rezeki supaya suamimu bisa cepat di operasi, yang sabar ya kamu Maya

2025-09-13

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!