Tak tak tak
Suara langkah kaki dari wanita yang menghina high heels merah, dengan jaket senada dengan warna sepatu itu terdengar begitu cepat.
Sebuah undangan di tangannya, ada yang mengirimkannya. Undangan pernikahan kekasihnya dengan wanita lain.
Wanita cantik dengan bentuk tubuh semampai bak Kim Kardashian versi mungil itu bernama Rachel Richardson. Usianya 25 tahun, dia seorang designer. Dan dia baru saja kembali dari Prancis untuk menghadiri acara design di sana. Bukan hanya dari Prancis, dia bahkan baru tour keliling Eropa. Tapi sayangnya tour yang seharusnya berlangsung selama 2 bulan itu harus dia hentikan. Dan langsung kembali ke negara ini karena dia menerima sebuah undangan yang membuatnya sangat terkejut.
Seseorang mengirimkan padanya sebuah undangan yang ingin sekali dia hancurkan menjadi berkeping-keping.
Dengan langkah gontai dan mata sembab, Rachel ingin meminta penjelasan dari sang kekasih atas apa yang tertera di undangan yang akan di langsungkan esok hari itu.
Langkahnya yang terburu-buru itu terhenti ketika dia sampai di depan sebuah unit apartemen yang terakhir kali dia datangi adalah satu setengah bulan sebelum dia berangkat ke Italia.
Rachel menghela nafas sangat panjang. Dia menarik nafas dalam-dalam, tak ada apapun di pikirannya, hanya ingin menanyakan apakah undangan di tangannya itu benar adanya atau hanya ulah orang iseng saja yang memang kerap kali menginginkan hubungannya dengan sang kekasih bernama Raviansyah berakhir.
Jemarinya yang lentik menekan angka dengan kombinasi yang dia sudah hafal di luar kepala sejak 4 tahun yang lalu itu. Dan ketika dia menekan tombol enter, lampu indikator di bawah tombol itu berubah hijau dan pintu itu terbuka.
Dengan cepat Rachel membuka pintu itu. Tapi dia tidak menemukan Ravi di sana. Matanya mengedar ke seluruh ruangan, hingga dia mendengar suara seorang wanita yang berteriak, bukan... lebih tepatnya memekikkan suara yang sangat tidak nyaman ketika di dengar.
"Aghkkkk... Aghkkkk"
Undangan di tangan Rachel terjatuh begitu saja, tangan wanita cantik itu gemetaran. Karena selama ini kekasihnya tidak pernah membawa perempuan lain ke apartemen ini.
Apartemen ini adalah miliknya dah kekasihnya, mereka beli berdua. Rasanya sangat tidak percaya, ada wanita lain di sini.
Rachel yang berusaha berpikir kalau dia salah dengar, dan itu suara televisi di dalam kamar kekasihnya. Masih terus melangkah .
'Itu pasti suara televisi, iya.. itu pasti suara televisi' batin Rachel berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Kekasihnya memang kerap kali mengajaknya menonton film seperti itu. Tapi Rachel selalu menolak karena selain tidak ada gunanya, Rachel pikir itu malah akan menimbulkan keinginan untuk melakukan hubungan yang tidak boleh sebelum menikah.
Langkah Rachel semakin lambat, ketika dia mendengar suara Ravi.
"Mengerangglah lebih keras lagi sayang, suaramu terdengar begitu seksii"
Mata Rachel terbelalak dan menutup mulutnya sendiri. Itu jelas suara Ravi. Air matanya lolos begitu saja, rasanya tak berani melihat apa yang terjadi di dalam kamar. Tapi dia harus memastikannya, dia harus mengetahui keberadaannya.
Brakkk
Rachel mendorong pintu kamar yang tidak terkunci itu. Dan air matanya mengalir deras melihat apa yang ada di depan matanya.
Ravi kekasihnya, sedang berada di atas tubuh seorang wanita yang juga dia kenal. Wanita itu dan Ravi tidak mengenakan sehelai benangpun. Kepala wanita itu sudah berada di ujung tepi tempat tidur, sambil mendongak wanita melihat ke arah Rachel dengan senyuman yang Rachel tidak mengerti.
"Agkhhh, mas kenapa berhenti? lanjutkan mas, kamu sangat kuat dan perkasa" kata wanita itu dengan tidak tahu malunya berkata seperti itu padahal Rachel ada di sana.
Saat Ravi ingin beranjak dari tubuh wanita bernama Hani itu. Tangan Ravi di pegang kuat oleh Hani.
"Mas, jangan pergi. Kamu tidak pakai baju loh" kata Hani yang pada akhirnya membuat Ravi tersadar kalau dia tidak bisa menghampiri Rachel dalam keadaan seperti itu.
Hancur sudah hati Rachel, dengan begitu mudahnya pria yang sudah menjalin kasih dengannya selama empat tahun mengatakan secara tidak langsung jika hubungan mereka sudah berakhir, saat berada di atas tubuh seorang wanita yang merupakan sahabatnya sendiri.
Rachel tidak mau jadi penonton momen menjijikan itu. Ternyata benar, undangan itu benar. Rachel berlari keluar dari kamar itu dan dari apartemen itu.
Dia merasa begitu bodoh. Sampai di sebuah gang kecil dia berjongkok dan menangis. Dia bekerja keras, demi pria yang dia cintai itu. Demi masa depan mereka. Dia ingin mencapai karir yang bagus supaya kehidupannya dan Ravi menjadi baik di masa depan.
Rachel berjongkok meluapkan semua emosinya, amarahnya, rasa kecewanya. Segalanya. Bagaimana bisa, semua ini terjadi di saat dia merasa kalau Ravi adalah pria yang tepat untuknya.
Kisah cinta mereka selama empat tahun musnah dan hancur begitu saja. Hanya karena dia meninggalkan kekasihnya selama satu setengah bulan, dan itu untuk masa depan mereka.
Tangisan itu pecah, seiring dengan kebisingan jalan raya yang memang sedang ramai saat siang hari.
"Teganya kamu mas, teganya kamu..." lirih Rachel di sela isak tangisnya.
Rachel hanya bisa menunduk, karena hatinya yang hancur, kekuatannya untuk menatap dunia rasanya juga sudah hilang.
"Mbak, ya ampun. Saya cari kemana-mana. Itu tasnya masih di mobil taksi saya!" Kata seseorang yang membuat Rachel pada akhirnya harus menyeka air matanya.
Rasanya dia benar-benar sesak dan ingin berteriak. Bahkan untuk menangis saja dia tidak punya ruang dan waktu.
Rachel langsung berdiri, sambil menyeka air matanya yang membasahi wajahnya dengan tangannya.
"Maaf pak, tolong antarkan saja ke jalan Mangga" kata Rachel yang pada akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya saja.
Sepanjang perjalanan, di dalam taksi Rachel berusaha untuk tidak menangis. Tapi bahkan air matanya terus mengalir begitu saja tanpa dia bisa kendalikan.
Apa yang dia lihat di apartemen Ravi tadi begitu menyakiti hatinya, perasaannya hancur, cintanya di khianati dan tanpa dia tahu apapun, karena Ravi masih terus menghubunginya sampai kemarin.
Rachel benar-benar merasa seperti orang bodoh. Sangat bodoh. Dan saat dia memikirkan hal itu air mata kembali menetes di wajahnya.
"Sudah sampai mbak" kata supir taksi.
Rachel kembali menyeka air matanya, dia turun dari mobil dan membayar taksi itu.
Wanita itu menghela nafas melihat rumah yang selama ini dia berada di dalamnya hanya karena sang ayah dan adik laki-lakinya Sony yang masih SMA. Sejak ibunya meninggal, Ayahnya menikah lagi dengan bibinya sendiri, adik ibunya karena amanat sang ibu dan membawa seorang anak laki-laki yang usianya hanya beda 2 tahun lebih tua dari Rachel.
Begitu dia membunyikan bel, seseorang terlihat membuka pintu dan langsung melemparkan surat undangan yang sama pada Rachel.
"Makanya kalau punya pacar di jaga, lihat apa yang sudah pacarmu lakukan pada wanita yang aku suka!" Pekik Angga, kakak tiri Rachel yang membuat Rachel ingin sekali melemparkan koper yang dia bawa ke wajah Angga.
***
Bersambung...
Mata Rachel memerah, kalau biasanya dia memilih mengalah atas kelakuan sang ibu tiri dan kakak tirinya itu, kali ini Rachel yang memang tengah patah hati merasa kalau dia tidak mau mengalah lagi.
Rachel melepaskan genggaman tangannya dari pegangan koper. Dan mendorong Angga yang tubuhnya berada dekat di hadapannya menjauh.
Brukkk
Dan pada akhirnya dorongan yang bertambah kencang karena ada emosional dalam hati itu membuat Angga menabrak dinding yang kusen pintu yang ada di belakangnya.
"Aduh!" pekik Angga merasa sakit di tukang punggungnya.
Dengan mata berkaca-kaca, Rachel langsung berbicara dengan nada keras pada Angga.
"Kamu pikir apa? kamu pikir apa hah? perselingkuhan itu terjadi karena mas Ravi yang merayu Hani? aku tahu hatimu buta, tapi setidaknya buka matamu. Kalau keduanya tidak sama-sama mau, mana mungkin semua itu terjadi? aku di luar negeri, kamu yang di sini kan? kenapa bukan kamu yang melarang wanita yang sudah kamu sukai sejak SMA itu untuk tidak merayu kekasihku, kenapa kamu diam saja dan tidak mengakui perasaanmu padanya, kamu lupa hah... dia juga sudah punya kekasih, kekasihnya mati-matian kerja di luar negeri untuk membiayai kuliahnya, untuk membuatkannya sebuah butik. Dia bahkan mengkhianati kekasihnya itu, kenapa kamu salahkan aku?" Rachel mengatakan semuanya yang ada di dalam pikirannya. Dia menumpahkan emosinya.
Dia bicara dengan nada yang begitu tinggi. Dia ingin kakak tirinya itu mendengarnya, dan mata hatinya yang buta itu terbuka.
Mata Angga membelalak lebar. Mendengar ucapan Rachel itu seperti menamparnya, karena semua yang di katakan Rachel itu benar. Hani memang punya kekasih yang membiayai kuliahnya, membuatnya menjadi designer dan punya butik sendiri.
Brakkk
"Hah, dasar wanita tidak berguna!" kata Angga yang menggebrak pintu lalu pergi dari rumah.
Angga menyalakan motornya, menggebernya selama beberapa kali sebelum meninggalkan rumah dengan mengebut, bahkan tanpa mengenakan helm.
Rachel mendongakkan kepalanya ke atas. Dia menyeka air matanya. Psikologi manusia, akan cenderung semakin sedih dan menangis kalau menundukkan kepalanya. Air mata akan cenderung mengalir cepat dan deras. Dengan mendongak, air mata Rachel mungkin akan sedikit mereda.
Tapi baru saja dia berusaha menghentikan tangisnya. Seorang wanita paruh baya dengan daster dan rol rambut tampak keluar dan memandang Rachel dengan tatapan yang begitu sinis.
"Kamu usir Angga?" tanya wanita itu membuat Rachel rasanya ingin sekali menghilang dari tempatnya saat ini.
Masalahnya sudah cukup banyak, dia bahkan harus membayar penalti dari perusahaan tempatnya bekerja karena pulang sebelum tour bisnis itu selesai. Belum lagi kenyataan kekasih yang sangat dia cintai, yang sangat dia percaya selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Barusan, kakak tirinya juga menyalahkan dirinya, padahal dia malah tidak tahu apapun. Dan sekarang, ibu tirinya datang dengan tuduhan uang tidak-tidak. Yang Rachel sendiri tahu, kalau tujuan ibu tirinya memang membuat keributan dengannya.
Sebenarnya sejak dulu ibu tirinya itu ingin sekali Rachel keluar dari rumah ini, supaya dia bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dari ayahnya, dimulai dari kamar Rachel yang memang menjadi kamar terbesar kedua di rumah ini bisa menjadi kamar Angga.
"Kenapa diam saja? kamu usir anak ibu ya? kurang ajar sekali kamu! ibu akan katakan ini pada ayahmu ya...."
Rachel terlalu lelah untuk berdebat, dia membawa kopernya dan pergi dari rumah itu. Rachel berjalan dengan sangat cepat meninggalkan rumah ayahnya sendiri, dia tahu tidak ada yang akan membelanya, karena sang ayah pasti masih bekerja, dan adiknya pasti masih di sekolah.
Rachel memesan sebuah taksi online lagi, dan menunggu di dekat sebuah pohon besar tak jauh dari rumahnya.
Dia terlalu tidak fokus, hingga beberapa saat kemudian ada sebuah mobil jenis Rolls-Royce Cullinan berwarna hitam berhenti di depannya.
Karena memang sedang tidak konsentrasi, dan pikirannya penuh dengan kesemrawutan. Rachel kira mobil yang berhenti di depannya itu adalah taksi online yang dia pesan.
Rachel menarik kopernya mendekati mobil itu, ketika dia tiba di depan pintu belakang penumpang dia berusaha membuka pintu. Tapi pintu mobil itu terkunci.
Bakk Bakk Bakk
Rachel memukul-mukul kaca jendela mobil itu dengan telapak tangannya.
"Pak, buka ini pintunya!" kata Rachel yang masih tak fokus sama sekali.
Dan beberapa saat kemudian, Rachel bisa membuka pintu mobil itu. Rachel bahkan tidak berpikir kenapa kalau itu sebuah taksi online, supirnya tidak turun untuk membantu Rachel mengangkat koper.
Namun karena Rachel ingin cepat meninggalkan tempat itu, Rachel pun memilih untuk mengangkat kopernya sendiri, meskipun dengan susah payah dan menutup pintu mobil itu.
"Ke hotel Horizon, pak" kata Rachel yang bahkan tidak menoleh sedikitpun ke arah pengemudi mobil yang sebenarnya sangat mewah itu.
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang, dan mengarah ke hotel Horizon. Rachel hanya melihat ke arah kaca jendela yang ada di sampingnya. Dia sudah berusaha untuk sangat kuat. Tapi pada akhirnya dia tidak mampu juga.
Air mata Rachel kembali mengalir mengingat hubungannya dengan Ravi selama empat tahun ini. Hubungan mereka begitu manis, nyaris tidak pernah ada pertengkaran. Bahkan beberapa hari lalu, Ravi masih menghubunginya dan dia juga banyak bercerita tentang bisnis tournya pada kekasihnya itu. Tapi kenyataannya, dia malah melihat dengan mata kepalanya sendiri, kekasihnya memadu kasih dengan wanita lain di atas tempat tidur yang mereka cicil berdua untuk membayarnya.
Dan pemandangan ketika Rachel menangis itu di lihat oleh sepasang mata dengan manik hitam yang tampak melihat ke arah Rachel dengan mata yang seolah bisa merasakan perasaan Rachel saat itu.
"Ada kotak tissue di depanmu, pakai saja!"
Rachel masih tidak melihat ke arah pria yang mengatakan kalimat itu padanya. Tapi kemudian dia meraih kotak tissue itu dan mengambil beberapa lembar tissue laku meletakkan lagi di tempatnya.
"Baru di khianati seseorang yang sangat kamu cintai? Kita sama"
Ucap pria itu lagi, dan pada akhirnya Rachel yang merasa familiar dengan suara itu pun langsung menoleh ke arah pengemudi mobil yang dia pikir taksi online itu.
"Mas Sagara" ucap Rachel setelah melihat siapa yang tengah mengemudikan mobil yang dia tumpangi.
Rachel mengenal pria itu, dia adalah Sagara Firmansyah, orang yang telah menjalin kasih dengan selingkuhan kekasihnya bahkan saat Rachel dan Hani masih duduk di bangku SMA.
"Mas jadi supir taksi online sekarang?" tanya Rachel bingung.
Sagara sebenarnya juga masih sama perasaannya seperti Rachel, dia masih sangat sedih. Tapi pertanyaan Rachel itu malah membuatnya ingin terkekeh.
"Memangnya ada yang menggunakan Rolls-Royce Cullinan untuk jadi taksi online?" tanya pria itu pada Rachel.
Rachel pun hanya bisa menampakkan senyum terpaksa-nya. Dia tahu dia sudah salah naik mobil.
"Maaf mas, aku tidak fokus. Aku tadi memesan sebuah taksi, aku pikir ini taksinya. Kalua begitu, turunkan saja aku di sini mas" kata Rachel pada Sagara.
"Bagaimana kalau aku mengajakmu makan siang Rachel, aku pikir kamu pasti baru saja mengalami hari yang begitu berat?" tanya Sagara yang membuat Rachel terdiam melihat kekasih selingkuhan pacarnya itu.
***
Bersambung...
"Kamu mau kemana mas?" tanya Hani pada Ravi yang terburu-buru mengenakan pakaiannya ketika Rachel sudah pergi dengan cepat dan keluar dari apartemen mereka itu.
"Aku mau menemui Rachel..."
Hani langsung menarik lengan Ravi, membuat pria yang sedang mengancingkan kemejanya itu berbalik dengan cepat ke arah Hani.
"Tidak bisa mas, kamu sudah berjanji akan menikahi aku. Kamu harus menikahi aku, kamu tidak boleh lagi bertemu dengan Rachel" kata Hani pada Ravi.
"Aku tahu itu Hani, undangan juga sudah tersebar kan? besok kita akan menikah. Tapi setidaknya biarkan aku menemui Rachel dulu, kami memulai hubungan kami dengan baik, biarkan aku mengakhiri hubungan kami juga dengan baik" kata Ravi dengan mata memerah dan berkaca-kaca.
Hani yang tidak ingin rencananya berantakan pun pada akhirnya melepaskan tangan Ravi. Dia yakin kalau dia terus menahannya, Ravi malah akan marah padanya. Wanita ini memang sangat pintar memikat hati laki-laki.
"Baiklah, tapi jangan sentuh dia ya" kata Ravi.
Ravi pun mengangguk setuju. Ravi segera mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar itu.
Setelah Ravi menutup pintu, Hani membanting bantal yang ada di sampingnya ke lantai.
Bugh
"Menyebalkan, benar-benar menyebalkan. Huh... mas Ravi masih perduli pada wanita itu. Tapi lihat saja Rachel, kamu yang selalu lebih unggul dariku, akan menjadi seseorang yang tidak berguna. Kamu akan patah hati, karena aku merebut pria yang sangat kamu cintai. Belum lagi, karena kamu sudah masuk jebakanku, kamu pasti di penalti dari perusahaan tempatmu bekerja, karirmu akan berakhir. Kehidupanmu akan hancur, ha ha ha ha. Rachel... Rachel, kasihan sekali kamu" kata Hani dengan ekspresi penuh kemenangan.
Hani Monalisa. Anak dari seorang wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di sebuah tempat yang memang menjadi sebuah lokalisasii. Dia kenal dengan Rachel, karena memang mereka satu sekolah sejak SMP. Ayah dan ibu Rachel yang baik hati, menyekolahkan Hani sampai SMA. Tapi setelah ibunya meninggal, dan Hani mengenal Sagara, Hani pergi dari rumah Rachel.
Tinggal sendiri, melanjutkan kuliah dari hasil kerja keras Sagara. Lalu memiliki sebuah butik sendiri, dari uang Sagara juga sebenarnya.
Tapi wanita itu bukannya bersyukur dengan apa yang dia miliki. Hani malah sangat dengki pada Rachel dan berniat mengambil semua kebahagiaan Rachel. Banyak sekali hal yang dia lakukan untuk menjatuhkan Rachel dan membuat Rachel sedih tanpa sepengetahuan Rachel. Tanpa Rachel tahu, kalau sahabat yang bahkan sudah di anggapnya saudara itu yang melakukan semuanya sejak lama. Semua kesialan Rachel selama ini, adalah ulah Hani.
**
Sementara itu di restoran, Rachel sama sekali tidak berselera untuk memakan makanan yang sudah terhidang di satu meja penuh itu.
Meja besar di ruangan VIP itu sudah tersaji banyak sekali makanan lezat. Tapi Rachel hanya memandangnya saja. Tak ada niat dirinya untuk menyentuhnya sedikit saja, atau makan sedikit pun.
Padahal sejak semalam dia belum makan, begitu mendapatkan kiriman undangan itu, dia langsung pulang dan tidak makan atau minum.
Dan kenyataan yang dia lihat dengan mata kepalanya sendiri membuat Rachel rasanya sudah tidak punya semangat atau keinginan apapun lagi.
"Makanlah, kamu harus tetap hidup. Setidaknya untuk memberi selamat pada mantan kekasihmu itu sampai hari pernikahannya besok" kata Sagara.
Mata merah dan berkaca-kaca Rachel melirik tajam ke arah Sagara.
Tatapan mata Rachel itu seolah mengatakan semua yang ingin dia katakan pada Sagara. Ketidaksenangannya karena Sagara mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaannya.
Bagaimana bisa dia harus tetap hidup untuk menyaksikan pernikahan pria yang sangat dia cintai dan menjalin hubungan dengannya selama 4 tahun. Apalagi mengucapkan selamat pada pria itu yang menikah dengan wanita yang jelas-jelas sangat dekat selama ini dengannya dan menjadi tempat dimana Rachel kerap kali menceritakan segala sesuatu tentang hidupnya.
Sagara juga menatap mata kecewa dan sakit hati Rachel itu. Tapi kalau mau di bandingkan, Sagara jelas jauh lebih terluka. Sagara Firmansyah, pria yang selama 10 tahun menjadi seseorang yang selalu menjadi tempat Hani menyandarkan hidupnya, meminta apapun padanya. Harus menerima kepahitan yang sangat dalam, sangat besar. Wanita yang sedang dia perjuangkan masa depannya itu malah begitu tega meneleponnya, dan mengatakan kalau dia ingin mengakhiri hubungannya dengan Sagara karena akan menikah dengan Ravi.
Sagara pulang ke negeri ini, dia meninggalkan pekerjaan dan segalanya yang sedang dia upayakan untuk membahagiakan Hani. Karena alasan Hani putus adalah dia tidak mendapatkan kasih sayang dari Sagara. Tapi semua itu sudah terlambat. Hani mengaku sudah hamil anak Ravi.
Lalu apa yang bisa di lakukan Sagara. Hatinya hancur, butuh dua kali 24 jam baginya mengerti semua ini. Hanya Hani, wanita pertama bagi Sagara. Seluruh cintanya, uangnya, tenaganya dia dedikasikan untuk Hani. Tapi kenyataannya, itu saja tidak cukup. Hani bukan wanita yang bisa setia saat menjalani hubungan jarak jauh.
Dan yang lebih pahit lagi, Hani mengatakan kalau dia sudah bisa mandiri sekarang. Dan uang yang dia dapatkan lebih banyak dari yang bulanan yang biasanya Sagara kirimkan untuknya. Kalau di bandingkan dengan Rachel, maka sebenarnya Sagara hatinya lebih hancur.
"Aku akan pergi..." kata Rachel yang berdiri dan hendak beranjak dari kursinya.
Tapi langkah Rachel itu terhenti saat Sagara berkata.
"Aku bahkan mencintainya selama 10 tahun"
Mendengar ucapan Sagara itu, Rachel terdiam. Dia memejamkan matanya dan menghela nafasnya dengan berat.
Karena apa yang dikatakan Sagara itu benar. Dia sendiri menjadi saksi kisah Sagara dan Hani yang begitu membuatnya merasa kalau pria di dunia ini mungkin tidak akan ada yang sebaik Sagara.
Rachel berbalik dan kembali duduk.
"Mas, ayo makan" kata Rachel yang pada akhirnya mengalah.
Dia tahu mungkin Sagara butuh teman untuk bisa menelan sedikit saja makanan di hadapan mereka itu.
Rachel mengambil beberapa buah dimsum yang masih ada kepulan asapnya ke atas piring yang ada di depan Sagara.
"Kamu benar, setidaknya kita harus tetap hidup untuk memberi selamat pada mereka" kata Rachel yang bahkan langsung meraih satu mangkuk besar mie ramen seafood pedas yang ada di depannya.
"Ayo makan mas" kata Rachel lagi.
Sagara pun mengambil sumpit dan makan makanan yang ada di atas piringnya. Rachel mengambil lagi beberapa potong daging yang sudah di potong kecil dan memberikannya lagi ke atas piring Sagara.
Lalu, dengan lahap Rachel makan makanan itu, bahkan tanpa jeda. Dia memang kelaparan, tapi yang lebih membuatnya bisa makan seperti itu adalah rasa kesal dan sakit hatinya.
Rasanya dia ingin menelan mangkuknya juga kalau bisa. Hal seperti itu Rachel lalukan untuk melampiaskan kekesalan dan kekecewaannya pada Ravi.
Melihat Sagara berhenti makan, Rachel menatap Sagara dengan mata merah dan basah. Mungkin kalau tidak ada Sagara, pasti Rachel sudah menangis lagi sambil makan. Karena hatinya memang masih sangat sakit dan kecewa.
"Pelan-pelan Rachel" ujar Sagara dengan suara khasnya yang tenang dan dalam.
***
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!