Bayi Pemersatu Mantan

Bayi Pemersatu Mantan

Bertemu

Gerimis tipis-tipis mengguyur kota Paris sejak sore tadi. Hingga malam hari pun masih belum juga reda.

Louna berjalan cepat sambil menggerutu. Berkali-kali mengumpat atasan nya yang menyuruhnya bekerja lembur sampai malam begini.

Satu tangan nya menggenggam erat gagang payung dan satunya lagi memegangi mantelnya. Hujan yang turun memang hanya rintik-rintik tapi udara cukup dingin.

Apalagi ini sudah hampir pukul sebelas malam. Dan ia baru keluar dari Perusahaan.

"Tuan Max sungguh keterlaluan sekali. Besok aku akan mematikan ponselku agar dia tidak bisa menghubungi ku". Gerutunya di sepanjang jalan.

Louna melihat halte bus di depan sana. Lebih baik ia berteduh sejenak dan menunggu bus datang. Siapa tau masih ada bus yang masih lewat.

Saat Louna semakin dekat, ia melihat ada sebuah keranjang anyaman dari kayu berada diatas kursi halte.

Betapa terkejutnya Louna saat melihat di dalam keranjang itu ada bayi mungil yang sedang memejamkan matanya. Tubuhnya seperti menggigil sebab hanya tertutup selimut tipis. Dan ujung jempol nya ia hisap kuat-kuat.

"Astaga, bayi siapa ini ? Kenapa diletakkan disini. Kemana orang tuanya ?" Gumam Louna seorang diri.

Bayi itu mengeluarkan sedikit rengekannya. Mungkin karena mendengar suara orang atau karena sudah tidak tahan dengan hawa dingin dan rasa lapar.

Jiwa keibuan Louna mendadak keluar. Ia angkat bayi itu dan mencoba menggendongnya.

Louna memeluk makhluk kecil itu dan memasukkannya ke dalam mantel hangatnya. tangannya juga menyentuh kulit si bayi yang terasa hangat.

"Dia sepertinya demam. Sebenarnya kemana orang tuanya pergi ? Kenapa meletakkan bayi ini sendirian. Di tengah malam pula". Louna masih berpikir positif. Mungkin bayi ini ditinggalkan hanya sekejap dan nanti orang tuanya akan kembali.

Tapi hingga hampir satu jam lamanya ia berdiri dan menimang bayi itu, tetap tidak ada orang yang muncul untuk mengambilnya.

Louna jadi bingung, bagaimana ini. Di dalam keranjang ini tidak ada susu atau pakaian hangat yang lain. Hanya ada dua lembar baju yang sama usang nya seperti yang dipakai bayi ini.

"Lebih baik aku membawanya ke kantor polisi". Putus Louna.

Hujan masih turun, ia begitu kesulitan membawa keranjang serta payung ini. Sejak tadi pun tidak ada kendaraan umum yang lewat.

Jadi ia putuskan berjalan kaki saja karena sekitar lima ratus meter dari tempatnya berada adalah Kantor polisi.

Karena takut bayi di dalam keranjang ini terkena hujan, jadi Louna memutuskan berteduh sebentar di setiap ada pohon rindang.

Hingga ia sampai di pohon kedua, ada sebuah mobil yang mendekati nya. Louna bersyukur dalam hati. Ternyata masih ada orang baik yang mau menolong nya.

Tapi harapan itu menjadi lebur seketika saat melihat siapa orang yang baru saja turun dari mobil.

"Kau ? Kenapa kau disini ?" Tanya Louna sewot saat melihat orang itu adalah Edgar. Mantan kekasihnya sewaktu kuliah dulu.

Seketika Louna menyesali ucapannya. Mengapa ia mengatakan hal tidak berguna seperti itu. Apalagi ini adalah pertemuan pertama mereka setelah hampir enam tahun tidak bertemu.

Edgar menyunggingkan senyum nya. Senyum yang lebih mirip dengan ejekan menurut Louna.

"Memangnya kenapa ? Apa aku berdiri di tanah milik Kakekmu ?" Dan sialnya jawaban Edgar malah membuat sesuatu dalam diri Louna meronta-ronta. Lebih tepatnya suara Edgar. Semakin seksi dari terakhir mereka berjumpa.

Dan wajah itu, kenapa Edgar menjadi sangat tampan dan berwibawa. Kemudian kekaguman itu segera enyah dari benak Louna saat ingat jika pria dihadapannya adalah seorang playboy.

"Pergilah Ed, aku sedang tidak ingin melihatmu". Kata Louna mengalihkan pandangannya. Ia tidak mau tersihir oleh tatapan maut yang dimiliki oleh pria di depannya ini.

"Memangnya apa yang sedang kau lakukan disini. Dari tadi kulihat kau melihat kesana dan kemari. Apa yang ingin kau lakukan. Sangat mencurigakan". Kata Edgar memantik rasa kesal di hati Louna.

Louna diam saja. Tidak berniat menjawab atau menatap Edgar. Sekali lagi, ia benar-benar takut jatuh dalam pesona si mantan playboy nya.

"Eh apa ini ?" Edgar menarik keranjang yang ditenteng oleh Louna.

"Bayi ? Lou kau ingin membuang bayi mu ?" Kata Edgar dengan keras.

Louna memukul lengan Edgar dengan keras. "Diamlah. Kau bisa membangunkan burung hantu yang sedang tidur". Kata Louna dengan memelototkan matanya.

"Jadi benar kau ingin membuang nya. Ya Tuhan Lou, dimana hati mu sampai tega membuang makhluk tidak berdaya itu". Lagi-lagi Edgar mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dikatakan.

"Aku tidak membuang bayi. Apa kau tidak bisa memelankan suaramu. Telingaku sakit mendengar nya". Kata Louna penuh penekanan.

"Kalau kau tidak berniat membuangnya, apa kau menculik nya ?".

Tidak tahan dengan tuduhan Edgar, Louna menginjak kaki Edgar dengan sepatu hak tingginya sampai Edgar berteriak kesakitan.

"Rasakan. Makanya, dengarkan dulu jika ada orang ingin bicara".

Edgar tidak menjawab. Ia masih sibuk dengan kakinya yang terasa nyut-nyutan. Apalagi jempol kakinya. Mungkin nanti akan bengkak, pikir Edgar.

"Aku menemukan bayi ini tergeletak di halte sana". Ucap Louna menunjuk sebuah halte yang tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Sepertinya dia dibuang oleh orang tuanya. Aku sudah menunggunya hampir satu jam tapi tidak ada yang menjemputnya. Makanya aku ingin membawanya ke Kantor Polisi agar mereka mencari keberadaan orang tuanya". Kata Louna. Dan Edgar mengangguk-angguk saja.

"Kalau begitu ayo biar aku antar. Kasihan dia terkena hujan". Kata Edgar. Ia percaya dengan apa yang Louna katakan. Karena sepanjang ia mengenal wanita itu dulu, tidak pernah Louna membohongi nya dalam hal apapun.

"Baiklah aku tidak akan menolak". Louna pun setuju. Ia ingin mendekat ke arah pintu mobil tapi tanpa sengaja hak sepatunya tersandung akar pohon yang keluar dari tanah.. Jadi ia jatuh terduduk beserta dengan keranjang yang berisi bayi itu.

"Lou, kau kenapa ?" Edgar yang sudah membuka pintu menoleh dan mendapati Louna meringis kesakitan. Ia mengurungkan niatnya dan menghampiri Louna.

Sedangkan bayi itu menangis karena terkejut. Ditambah rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan. Makin kencang saja tangisannya.

"Ed, kau gendong dulu dia. Kaki ku sakit. Bawa dia berteduh di situ agar tidak terkena air hujan". Pinta Louna yang masih mengelus pergelangan kakinya.

Edgar mengambil bayi itu dengan perlahan dan membawanya dalam pelukan nya.

Beberapa saat kemudian dari tempat mereka berada, dapat mereka lihat ada mobil polisi yang mereka duga akan lewat di depan mereka.

"Ed, itu ada Polisi. Kebetulan sekali. Kita bisa memberitahu mereka". Kata Louna dengan binar di matanya. Dapat Edgar lihat jika Louna senang melihat mobil Polisi itu mendekat.

"Iya". Edgar hanya menjawab singkat. Ia masih sibuk mengamati Louna yang tidak melihatnya. Wanita itu sekarang bertambah cantik dengan penampilan yang lebih dewasa.

..

Hai assalamualaikum teman-teman. Othor minta tolong buat dukungan novel baru othor ini ya. Makasih🙏

Terpopuler

Comments

Ayudya

Ayudya

wah kayaknya seru ni ada tom end jery

2025-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!