NovelToon NovelToon

Bayi Pemersatu Mantan

Bertemu

Gerimis tipis-tipis mengguyur kota Paris sejak sore tadi. Hingga malam hari pun masih belum juga reda.

Louna berjalan cepat sambil menggerutu. Berkali-kali mengumpat atasan nya yang menyuruhnya bekerja lembur sampai malam begini.

Satu tangan nya menggenggam erat gagang payung dan satunya lagi memegangi mantelnya. Hujan yang turun memang hanya rintik-rintik tapi udara cukup dingin.

Apalagi ini sudah hampir pukul sebelas malam. Dan ia baru keluar dari Perusahaan.

"Tuan Max sungguh keterlaluan sekali. Besok aku akan mematikan ponselku agar dia tidak bisa menghubungi ku". Gerutunya di sepanjang jalan.

Louna melihat halte bus di depan sana. Lebih baik ia berteduh sejenak dan menunggu bus datang. Siapa tau masih ada bus yang masih lewat.

Saat Louna semakin dekat, ia melihat ada sebuah keranjang anyaman dari kayu berada diatas kursi halte.

Betapa terkejutnya Louna saat melihat di dalam keranjang itu ada bayi mungil yang sedang memejamkan matanya. Tubuhnya seperti menggigil sebab hanya tertutup selimut tipis. Dan ujung jempol nya ia hisap kuat-kuat.

"Astaga, bayi siapa ini ? Kenapa diletakkan disini. Kemana orang tuanya ?" Gumam Louna seorang diri.

Bayi itu mengeluarkan sedikit rengekannya. Mungkin karena mendengar suara orang atau karena sudah tidak tahan dengan hawa dingin dan rasa lapar.

Jiwa keibuan Louna mendadak keluar. Ia angkat bayi itu dan mencoba menggendongnya.

Louna memeluk makhluk kecil itu dan memasukkannya ke dalam mantel hangatnya. tangannya juga menyentuh kulit si bayi yang terasa hangat.

"Dia sepertinya demam. Sebenarnya kemana orang tuanya pergi ? Kenapa meletakkan bayi ini sendirian. Di tengah malam pula". Louna masih berpikir positif. Mungkin bayi ini ditinggalkan hanya sekejap dan nanti orang tuanya akan kembali.

Tapi hingga hampir satu jam lamanya ia berdiri dan menimang bayi itu, tetap tidak ada orang yang muncul untuk mengambilnya.

Louna jadi bingung, bagaimana ini. Di dalam keranjang ini tidak ada susu atau pakaian hangat yang lain. Hanya ada dua lembar baju yang sama usang nya seperti yang dipakai bayi ini.

"Lebih baik aku membawanya ke kantor polisi". Putus Louna.

Hujan masih turun, ia begitu kesulitan membawa keranjang serta payung ini. Sejak tadi pun tidak ada kendaraan umum yang lewat.

Jadi ia putuskan berjalan kaki saja karena sekitar lima ratus meter dari tempatnya berada adalah Kantor polisi.

Karena takut bayi di dalam keranjang ini terkena hujan, jadi Louna memutuskan berteduh sebentar di setiap ada pohon rindang.

Hingga ia sampai di pohon kedua, ada sebuah mobil yang mendekati nya. Louna bersyukur dalam hati. Ternyata masih ada orang baik yang mau menolong nya.

Tapi harapan itu menjadi lebur seketika saat melihat siapa orang yang baru saja turun dari mobil.

"Kau ? Kenapa kau disini ?" Tanya Louna sewot saat melihat orang itu adalah Edgar. Mantan kekasihnya sewaktu kuliah dulu.

Seketika Louna menyesali ucapannya. Mengapa ia mengatakan hal tidak berguna seperti itu. Apalagi ini adalah pertemuan pertama mereka setelah hampir enam tahun tidak bertemu.

Edgar menyunggingkan senyum nya. Senyum yang lebih mirip dengan ejekan menurut Louna.

"Memangnya kenapa ? Apa aku berdiri di tanah milik Kakekmu ?" Dan sialnya jawaban Edgar malah membuat sesuatu dalam diri Louna meronta-ronta. Lebih tepatnya suara Edgar. Semakin seksi dari terakhir mereka berjumpa.

Dan wajah itu, kenapa Edgar menjadi sangat tampan dan berwibawa. Kemudian kekaguman itu segera enyah dari benak Louna saat ingat jika pria dihadapannya adalah seorang playboy.

"Pergilah Ed, aku sedang tidak ingin melihatmu". Kata Louna mengalihkan pandangannya. Ia tidak mau tersihir oleh tatapan maut yang dimiliki oleh pria di depannya ini.

"Memangnya apa yang sedang kau lakukan disini. Dari tadi kulihat kau melihat kesana dan kemari. Apa yang ingin kau lakukan. Sangat mencurigakan". Kata Edgar memantik rasa kesal di hati Louna.

Louna diam saja. Tidak berniat menjawab atau menatap Edgar. Sekali lagi, ia benar-benar takut jatuh dalam pesona si mantan playboy nya.

"Eh apa ini ?" Edgar menarik keranjang yang ditenteng oleh Louna.

"Bayi ? Lou kau ingin membuang bayi mu ?" Kata Edgar dengan keras.

Louna memukul lengan Edgar dengan keras. "Diamlah. Kau bisa membangunkan burung hantu yang sedang tidur". Kata Louna dengan memelototkan matanya.

"Jadi benar kau ingin membuang nya. Ya Tuhan Lou, dimana hati mu sampai tega membuang makhluk tidak berdaya itu". Lagi-lagi Edgar mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak perlu dikatakan.

"Aku tidak membuang bayi. Apa kau tidak bisa memelankan suaramu. Telingaku sakit mendengar nya". Kata Louna penuh penekanan.

"Kalau kau tidak berniat membuangnya, apa kau menculik nya ?".

Tidak tahan dengan tuduhan Edgar, Louna menginjak kaki Edgar dengan sepatu hak tingginya sampai Edgar berteriak kesakitan.

"Rasakan. Makanya, dengarkan dulu jika ada orang ingin bicara".

Edgar tidak menjawab. Ia masih sibuk dengan kakinya yang terasa nyut-nyutan. Apalagi jempol kakinya. Mungkin nanti akan bengkak, pikir Edgar.

"Aku menemukan bayi ini tergeletak di halte sana". Ucap Louna menunjuk sebuah halte yang tidak jauh dari tempat mereka berada.

"Sepertinya dia dibuang oleh orang tuanya. Aku sudah menunggunya hampir satu jam tapi tidak ada yang menjemputnya. Makanya aku ingin membawanya ke Kantor Polisi agar mereka mencari keberadaan orang tuanya". Kata Louna. Dan Edgar mengangguk-angguk saja.

"Kalau begitu ayo biar aku antar. Kasihan dia terkena hujan". Kata Edgar. Ia percaya dengan apa yang Louna katakan. Karena sepanjang ia mengenal wanita itu dulu, tidak pernah Louna membohongi nya dalam hal apapun.

"Baiklah aku tidak akan menolak". Louna pun setuju. Ia ingin mendekat ke arah pintu mobil tapi tanpa sengaja hak sepatunya tersandung akar pohon yang keluar dari tanah.. Jadi ia jatuh terduduk beserta dengan keranjang yang berisi bayi itu.

"Lou, kau kenapa ?" Edgar yang sudah membuka pintu menoleh dan mendapati Louna meringis kesakitan. Ia mengurungkan niatnya dan menghampiri Louna.

Sedangkan bayi itu menangis karena terkejut. Ditambah rasa lapar yang sedari tadi ia rasakan. Makin kencang saja tangisannya.

"Ed, kau gendong dulu dia. Kaki ku sakit. Bawa dia berteduh di situ agar tidak terkena air hujan". Pinta Louna yang masih mengelus pergelangan kakinya.

Edgar mengambil bayi itu dengan perlahan dan membawanya dalam pelukan nya.

Beberapa saat kemudian dari tempat mereka berada, dapat mereka lihat ada mobil polisi yang mereka duga akan lewat di depan mereka.

"Ed, itu ada Polisi. Kebetulan sekali. Kita bisa memberitahu mereka". Kata Louna dengan binar di matanya. Dapat Edgar lihat jika Louna senang melihat mobil Polisi itu mendekat.

"Iya". Edgar hanya menjawab singkat. Ia masih sibuk mengamati Louna yang tidak melihatnya. Wanita itu sekarang bertambah cantik dengan penampilan yang lebih dewasa.

..

Hai assalamualaikum teman-teman. Othor minta tolong buat dukungan novel baru othor ini ya. Makasih🙏

Dibawa Ke Kantor Polisi

Mobil Polisi berhenti tepat di depan mobil Edgar. Dua orang Polisi turun dan menghampiri Louna dan Edgar yang masih berteduh di bawah pohon.

Louna berusaha berdiri meskipun kakinya masih terasa sakit. Ia ingin mengatakan kalau ia menemukan seorang bayi dan berharap Polisi bisa menemukan orang tuanya.

"Apa yang kalian lakukan disini ?" Tanya seorang Polisi.

Louna hampir membuka mulutnya untuk menjawab. Tapi Polisi yang satunya tidak memberinya kesempatan bicara.

"Kalian hendak membuang bayi ? Yang benar saja ? Mau enaknya saat sudah berbuah malah dibuang". Perkataan Polisi yang kedua benar-benar membuat Edgar dan Louna terkejut. Untuk beberapa saat mereka hanya diam tidak tau mau berkata apa.

"Pak bukan seperti itu. Kau salah paham". Bantah Louna setelah bisa mencerna ucapan Polisi itu.

"Lalu apa yang kalian lakukan di balik pohon yang gelap seperti ini ?" Tanya Polisi yang pertama.

"Pak, aku menemukan seorang bayi di halte sana. Dia sepertinya demam dan lapar. Aku berencana membawanya ke Kantor polisi di depan sana". Jelas Louna.

"Lalu apa yang kau lakukan ?" Polisi itu bertanya pada Edgar yang masih saja diam sambil berusaha menenangkan bayi itu yang mulai menangis.

"Aku baru saja tiba dan melihatnya berteduh. Aku berencana memberinya tumpangan agar tidak kehujanan". Jelas Edgar. Louna yang mendengarnya juga ikut membenarkan dengan mengangguk kan kepalanya.

"Itu hanya alasan yang biasa dipakai pasangan muda untuk membuang bayi mereka. Awalnya yang wanita berpura-pura menemukan bayi dan kemudian datanglah pria yang ingin memberi tumpangan. Bukankah begitu ?" Cemooh Polisi yang kedua seakan sudah hafal dengan kasus-kasus seperti ini.

"Tapi kami memang tidak membuang nya. Kami tidak mengenal nya". Louna sudah merasa panik karena dituduh yang tidak-tidak.

"Benar. Jangan sembarang menuduh kalau tidak ada buktinya". Geram Edgar.

"Bagaimana mendapatkan bukti kalau kalian pintar sekali beraksi di tempat yang tidak terjangkau cctv jalan".

"Sudahlah. Lebih baik ikut kami ke kantor dan hubungi keluarga kalian". Putus Polisi yang pertama.

Edgar dan Louna merasa keberatan. Mereka mencoba melawan tapi Polisi itu memaksa keduanya. Hingga akhirnya mau tidak mau Edgar, Louna dan bayi yang mereka temukan harus ikut ke Kantor polisi.

Disepanjang perjalanan Louna tidak berhenti mengomel. Menyalahkan Edgar yang tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga menyalahkan Edgar kenapa menghampiri nya.

"Kalau saja kau tidak menghampiriku, aku tidak akan terjatuh dan segera sampai ke Kantor polisi sebelum Polisi-polisi itu datang. Ini semua salah mu". Kata Louna frustasi. Apalagi bayi di gendongan nya masih juga tidak bisa diam.

"Kalau kau membawanya sendiri ke Kantor polisi apa menurutmu mereka akan percaya jika bukan kau ibunya ?" Edgar bertanya setengah mengejek.

Mendengar penjelasan dua orang saja para Polisi itu tidak percaya. Apalagi hanya seorang diri. Sudah pasti penjelasan Louna tidak akan diterima.

Tidak lama kemudian mereka sampai di Kantor Polisi. Perdebatan terjadi lagi antara Louna-Edgar dan beberapa Polisi. Mereka sungguh menganggap alasan Louna dan Edgar adalah alasan klasik yang sudah basi.

"Semua orang yang berniat membuang bayi mereka juga mengatakan hal yang sama. Lebih baik sekarang hubungi keluarga kalian suruh mereka datang kemari atau kalian akan bermalam disini". Putus Polisi yang memiliki pangkat. tinggi.

"Kalau kami tidak mau bagaimana ?" Tantang Edgar.

"Kau akan dikenakan pasal karena membuang darah dagingmu sendiri. Membuang bayi sama dengan menelantarkan hidup mereka. Kau bisa dipenjara bertahun-tahun dan denda yang sangat besar".

Akhirnya Edgar dan Louna memilih menghubungi keluarga mereka masing-masing. Karena mereka sudah tidak memiliki pilihan lain selain sakit kepala jika terus-menerus berdebat dengan para Polisi itu.

Edgar memilih menghubungi Mommy nya. Ia tidak peduli jika malam ini Mommy nya sedang memadu kasih dengan Daddy sambungnya.

Louna pun sama, ia juga menghubungi Mommy nya yang mungkin saja masih berada di Restoran keluarga.

"Nyonya, apa ASI mu belum keluar ? Lihatlah bayimu menangis kelaparan sejak tadi". Seorang Polisi wanita datang dan menyerahkan si bayi yang masih menangis.

"Aku tidak..." Rasanya ia sudah ti memiliki kata lagi untuk diucapkan.

"Berikan padaku". Edgar mengambil bayi itu dan menimang nya. Ia juga meminta pada Polisi itu untuk membelikan susu formula.

"Coba lihat, kau memang Daddy nya. Buktinya dia diam saat kau gendong". Ujar salah seorang Polisi yang merasa benar.

Edgar menarik napas panjang. Sama seperti Louna, rasanya ia juga kehabisan kata-kata. Jadi ia hanya diam.

Polisi datang membawa botol susu dan memberikannya pada si bayi.

Bersamaan dengan itu datanglah Nyonya Elise, Mommy nya Louna dan Nyonya Monik, Mommy nya Edgar.

Mereka sudah saling mengenal sejak lama. Sejak Edgar dan Louna menjadi sepasang kekasih di masa kuliah. Walaupun hubungan anak-anak mereka sudah putus di tengah jalan, tapi hubungan keduanya tetap berlanjut sebagai teman sosialita.

"Ada apa ini kenapa kau sampai berada di sini, Ed ?" Suara Nyonya Monik sudah terdengar bahkan sebelum melihat wajah Edgar.

"Louna ? Kau bersama dengan Edgar ? Apa yang kalian lakukan sampai berada di Kantor polisi ?" Nyonya Elise juga tak kalah hebohnya dengan teman nya itu.

Kedua wanita paruh baya yang masih cantik itu membelalakkan matanya saat melihat Edgar menggendong seorang bayi dan Louna yang memegangi botol susu yang sedang di minum oleh bayi itu.

"Apa mereka berdua mempunyai bayi ?"

"Tidak mungkin. Aku tidak tau kalau perut Louna membesar".

"Benar juga. Lagi pula kapan mereka melakukannya. Edgar kan baru tiba satu minggu yang lalu".

"Jadi itu anak siapa ya".

"Entahlah. Tapi mereka mirip keluarga kecil yang bahagia ".

Begitulah bisik-bisik dua wanita yang suka bergosip. Bukannya sedih dengan kasus yang menimpa anak-anaknya malah sibuk berasumsi sendiri.

"Nyonya, anak-anak kalian terciduk petugas saat akan membuang bayi mereka. Mereka akan terjerat hukum jika tidak mau mengurus nya. Masalahnya, kedua sama-sama mengelak dan tidak mau mengaku". Kata komandan itu.

Nyonya Elise dan Nyonya Monik saling bertatapan. Kemudian diam sejenak sebelum memberikan jawaban.

Dua wanita itu sepertinya sedang merencanakan sesuatu yang tidak baik menurut Louna dan Edgar.

"Apa yang mereka rencanakan. Semoga bukan sesuatu yang merugikanku". Kata Louna pelan yang masih bisa di dengar oleh Edgar.

"Lalu kau berharap aku yang dirugikan ? Begitu ?" Sahut Edgar. Louna hanya memutar bola matanya malas.

"Sebentar Pak Polisi, biarkan kami bicara dengan anak-anak kami. Kau tau lah, anak muda sekarang memang susah diberi tahu". Kata Nyonya Monik segera menarik Edgar yang masih menggendong bayi itu untuk bicara berdua.

Begitu pula Nyonya Elise, ia juga menuntun Louna ke sudut ruang untuk bicara empat mata.

..

Mohon dukungan sebanyak-banyaknya ya teman-teman 🫶

Bujukan Untuk Menikah

"Apa benar itu anakmu dan Louna ?" Nyonya Monik segera menanyakan hal itu meskipun ia sudah tau pasti bukan.

"Apa yang Mommy katakan ? Tentu saja bukan". Sungut Edgar.

"Tapi wajah bayi ini mirip dengan mu. Dia laki-laki atau perempuan ?" Tanya Nyonya Monik sangat menikmati ekspresi kesal putranya itu. Sebab menurutnya, si sulung Edgar terlalu datar.

"Mom, semua wajah bayi yang baru lahir hampir mirip. Tidak usah memojokkan ku". Edgar gusar sendiri mendengar Mommy nya menyamakan nya dengan bayi yang bahkan ia sendiri tidak tau apa jenis kelaminnya.

"Lalu apa keputusan mu ? Tidak mungkin kan kau mau dipenjara dan wajahmu menghiasi halaman depan surat kabar ? Kakek mu pasti akan marah besar". Tutur Nyonya Monik.

Ia memiliki rencananya sendiri. Mengingat kepulangan Edgar sangat dibenci oleh keluarga ayahnya.

Ayah Edgar. Tuan Julien Abreo sudah meninggal sejak Edgar berusia tiga belas tahun. Dua tahun kemudian Nyonya Monik menikah lagi dengan seorang pebisnis juga bernama Tuan Martin Carrel dan dikaruniai dua anak perempuan kembar yang kini berusia empat belas tahun.

Hubungan Edgar dan Ayah sambungnya terbilang cukup baik. Tapi sejak kepergian Ayah kandungnya hubungan nya dengan keluarga besar Abreo menjadi memanas.

Mereka menganggap Edgar sebagai ancaman yang bisa menguasai kekayaan Abreo. Sebab Edgar adalah cucu laki-laki pertama yang kelak menggantikan tahta Dozan Abreo. Kakek Edgar.

"Aku tidak tau Mom. Itu bukan anak kami. Louna yang menemukan nya di sebuah halte". Edgar semakin bingung menghadapi paksaan Nyonya Monik.

"Ed, kau tidak ingat apa yang dikatakan oleh Kakekmu saat kau baru datang kemarin ? Bukannya dia meminta mu segera menikah dan memberikannya seorang cicit". Kata Nyonya Monik dengan perlahan. Berharap ucapannya ini mau di dengar oleh Edgar.

"Lalu ? Mommy berharap aku menikah dengan Louna dan menjadikan bayi ini sebagai cicit Kakek ?" Edgar segera bisa menangkap maksud dari Nyonya Monik.

"Iya, menikah saja dengan Louna. Dan bayi ini anggap saja sebagai pancingan agar kalian segera punya anak".

Edgar menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak setuju dengan saran Mommy nya.

Menikah dengan Louna ? Tentu tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ia tau betapa bencinya Louna terhadap dirinya. Mana mungkin wanita itu setuju menikah.

Bahkan walaupun wajahnya jadi bintang di koran esok hari dengan judul 'Seorang wanita membuang anaknya di bawah pohon' pun, Louna pasti tetap akan menolak.

Meskipun sebenarnya di hati Edgar masih ada sisa rasa yang belum sepenuhnya habis. Salahnya sendiri dulu saat masih muda suka sekali menggoda banyak wanita. Dan akhirnya ketahuan pula.

"Apa kau mau Rumah Sakit yang di bangun oleh Daddy mu untuk kau pimpin jika kau sudah dewasa akan diambil alih oleh Paman dan Bibi mu yang culas itu. Daddy mu pasti sedih di alam sana karena kerja kerasnya untuk putra semata wayangnya tidak bisa kau kelola dengan baik. Malang sekali nasibmu, Julien". Kata Nyonya Monik dengan mengeluarkan air mata buaya nya.

Ia sangat tau betul bagaimana sikap kedua adik Tuan Julien yang berusaha keras menjauhkan bahkan terkesan menyingkirkan Edgar.

Meskipun suaminya yang sekarang juga sama kaya nya, tapi rasanya ia tidak rela jika bagian Edgar di telan juga oleh Paman dan Bibinya.

Edgar menyerahkan bayi yang kekenyangan itu kepada Nyonya Monik. Ia memandang Louna yang juga berdiskusi dengan Mommy nya diujung ruangan. Terlihat jika Louna menggelengkan kepalanya beberapa kali. Edgar sudah menduga jika saran yang diberikan oleh Mommy nya Louna tidak jauh beda dengan yang katakan oleh Mommy nya sendiri. Tapi mungkin dengan alasan yang berbeda.

..

"Lou kalau kau tidak mau menikah dengan Edgar, Mommy yakin Daddy mu pasti akan menjodohkan mu lagi dengan temannya. Ingat bukan anak temannya. Tapi temannya". Kata Nyonya Elise berapi-api.

Ia sudah mencoba segala jenis rayuan agar Louna mau menikah dengan Edgar. Tapi jawaban Louna tetap sama. Tidak mau dan tidak akan.

"Aku tidak mau, Mom. Aku tidak tertarik menikah dengan Edgar. Lebih baik kuakui saja jika itu adalah bayiku dan akan ku besarkan sendiri". Kata Louna yakin.

"Kau yakin Daddy mu akan menerimanya ? Kalau kau bekerja dan Daddy tiba-tiba menaruhnya di panti sosial bagaimana ?" Nyonya Elise sengaja melebih-lebihkan.

"Apa Daddy setega itu ?". Hati Louna jadi menciut.

"Siapa yang tau. Apalagi Jolie juga sudah ingin menikah dengan kekasihnya. Apa kau tega menghalangi adikmu yang ingin merasakan rasanya hal yang iya-iya". Sekali lagi Nyonya Elise tidak kehabisan ide.

"Ish Mommy. Siapa yang tau jika mereka sudah melakukan nya".

"Belum. Daddy mu tidak mengizinkan. Makanya Jolie sering marah-marah padamu karena merasa kau menghalangi nya".

"Kalau dia mau menikah ya menikah saja. Tidak usah menunggu ku". Sengit Louna yang enggan disalahkan.

"Kalau bisa sudah mereka lakukan sejak dulu. Tapi Daddy mu mengeluarkan perintah untuk tidak membuat anak sebelum menikah dan kau harus menikah lebih dulu".

Louna terdiam. Ia sangat kesal dengan keluarga nya yang menurutnya semena-mena sendiri.

"Tapi aku masih belum mau menikah". Kata Louna dengan mata berkaca-kaca.

"Hei kau menikah dengan seorang Tuan muda. Apa yang membuat mu memikul beban seberat ini". Nyonya Elise memukul bahu Louna. Ia bingung dengan respon putri sulungnya yang sangat aneh menurut nya.

"Baiklah sudah diputuskan..." Kata Nyonya Elise berdiri.

"Jeng, Louna bersedia menikah dengan Edgar". Teriak Nyonya Elise yang segera mendapat perhatian dari semua orang.

"Edgar juga mau menjadi suami Louna". Balas Nyonya Monik tidak kalah kerasnya.

Semua Polisi merasa heran dengan sikap kedua wanita paruh baya itu yang begitu antusias dengan pernikahan anak-anaknya. Berbeda dengan kedua anak muda yang tidak menunjukkan ekspresi apa-apa.

Edgar dan Louna sempat beradu tatap untuk beberapa detik sebelum akhirnya Louna memutus nya lebih dulu.

...

Malam itu mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan sang bayi akan ikut bersama Louna.

Esok hari mereka akan menikah di Kantor Catatan Sipil. Nyonya Monik mengatakan ia yang akan mengurusnya. Louna hanya tinggal datang saja.

Untuk resepsi Louna menolak dengan tegas. Tidak ada resepsi dalam waktu dekat. Ia masih harus memikirkan jalan apa yang harus diambilnya untuk kedepannya.

"Malam ini kau pulang ke rumah. Kau akan kesulitan mengurusnya jika pulang ke rumah mu sendiri". Kata Nyonya Elise dan Louna hanya diam saja.

"Dia sedikit mirip denganmu ya. Apa benar ini bukan anakmu ? Sepertinya usianya baru beberapa hari". Kata Nyonya Elise yang membuat Louna semakin meradang.

"Bukannya satu minggu yang lalu kau pergi ke kota Nice dengan Bos mu. Jangan-jangan..."

"Mommy, sudahlah jangan menuduh ku macam-macam. Aku ke kota Nice untuk bekerja. Bukannya melahirkan. Berhenti membuat ku pusing". Kata Louna menendang udara di sekitarnya.

Nyonya Elise menutup mulutnya dan terkekeh geli. Tentu saja ia tau jika ini bukan bayi Louna.

...

Hai teman-teman, apa kabarnya hari ini ? Othor doakan apa yang kalian harapkan hari ini segera terwujud ya😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!