Malam ini di rumah Louna hanya ada Louna, sang Mommy dan beberapa pelayan. Ayah Louna kebetulan sedang berada di rumah temannya dan mengatakan tidak pulang untuk malam ini.
Sedangkan Jolie, adiknya Louna sudah dua hari berada di luar kota karena pekerjaan.
"Kau mandilah dulu. Ini sudah sangat malam. Biar bayi ini Mommy yang akan mengurusnya". Kata Nyonya Elise menyuruh Louna pergi ke kamarnya.
Louna hanya menurut dan tidak banyak bicara. Ia merasa tubuh dan hatinya sangat lelah. Rencananya sepulang dari perusahaan tadi ia ingin bersantai. Memakan semangkuk ramen panas dengan toping sosis dan telur sambil menonton drama kesukaan nya.
Tapi siapa sangka jika takdirnya bertemu dengan bayi malang dan harus terikat kembali dengan mantan.
Memikirkan itu membuat Louna rasanya ingin berteriak. Tapi siapa yang bisa disalahkan. Bayi itu tidak salah. Ia adalah korban dari keeogoisan orang tuanya. Edgar pun juga tidak ada niat menjerumuskan nya dalam pernikahan.
Karena tidak mendengar tangisan bayi lagi, akhir Louna memutuskan untuk langsung tidur saja. Toh Mommy nya adalah wanita yang berpengalaman dalam mengurus bayi. Jadi biarkan saja.
Louna merasakan kenyamanan saat punggungnya menyentuh kasur yang empuk. Ia biarkan perutnya keroncongan karena lebih memilih untuk memejamkan mata. Berharap pernikahan nya dan Edgar yang sudah di depan mata hanyalah mimpi semata.
..
Louna bangun dari tidur setelah Mommy mengguncang-guncangkan tubuhnya. Tidak hanya itu, ia juga meletakkan bayi mungil yang sudah harum khas bayi itu dipelukan Louna.
Louna membuka matanya yang sedikit berat. Bibirnya seketika terukir indah saat melihat bayi mungil berada di depan matanya.
"Dia sudah mandi ?" Tanya Louna dengan suara yang parau.
"Tentu saja. Lihatlah dia seperti putri. Sangat lucu". Kata Nyonya Elise memuji si bayi.
"Mommy dapat darimana perlengkapan bayi dan juga dress ini ?" Tanya Louna mendudukkan dirinya. Ia mencium bayi yang memejamkan mata itu.
Tercium aroma minyak bercampur susu. Aroma yang akan Louna sukai mulai sekarang.
"Mommy menyuruh pelayan untuk membelinya tadi. Sudahlah sekarang lebih baik kau mandi. Kemudian pergilah ke kantor catatan sipil. Edgar pasti sudah menunggu mu disana". Nyonya Elise mengingatkan Louna tentang pernikahan nya.
"Apa aku harus menikah ?" Tanya Louna tidak bersemangat.
"Kau mau menikah dengan teman Daddy mu ? Kau pikir kemana pria itu jika tidak sedang meminta temannya untuk menikahi mu". Kata Nyonya Elise menggebu-gebu. Ia begitu gemas dengan putri sulungnya yang suka sekali membuatnya darah tinggi.
"Iya iya aku pergi". Kata Louna menggembungkan pipinya dan berjalan ke kamar mandi.
Saat Louna sudah selesai mandi ternyata Mommy nya sudah tidak ada. Bayi kecil itupun ikut dibawa serta.
Louna tidak tau harus memakai baju apa. Jadi ia hanya memakai dress putih di bawah lutut dengan blazer hitam yang hanya ia tempelkan di badannya nya saja.
Rambut coklat nya ia biar tergerai. Dan high heels berwarna putih transparan melengkapi penampilannya.
Suara high heels nya terdengar saat ia menuruni tangga. Nyonya Elise memuji Louna yang sangat cantik.
"Kau memang cantik. Sangat cocok menjadi menantu Monik". Katanya dengan senyum tidak surut dari wajahnya.
Mendengar itu lagi-lagi membuat Louna merasa sebal. Kenapa Mommy nya sangat menginginkan ia menikah dengan Edgar.
"Makanlah dulu. Ini Mommy memasakkan sesuatu untuk mu". Nyonya Elise meletakkan sebuah piring di depan Louna. Louna memakannya dalam diam. Pikirannya berkelan kemana-mana. Ia bingung apa yang harus ia lakukan setelah itu.
Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya. Senyuman kecil terbit di wajahnya. Jam kerja di perusahaan tempatnya bekerja sudah dimulai dari tadi.
Sesuai ucapannya tadi malam, bahwa hari ini Louna akan mematikan ponselnya. Agar Bosnya yang menyebalkan itu tidak mengganggu waktu libur nya.
Meskipun setiap lembur, Bos Louna akan mengatakan akan memberi waktu libur keesokan hari tapi itu tidak pernah terjadi. Seringkali Louna ditelpon tiba-tiba dengan alasan tidak ada yang mengerti tentang pekerjaan itu selain Louna.
Jadi Louna sudah biasa dengan janji-janji libur yang terucap dari mulut Bos nya itu. Untung muda dan tampan jadi Louna tidak keberatan meskipun agak dongkol juga.
"Mommy, aku pergi dulu. Titip si kecil ini. Jangan biarkan Daddy membuangnya atau meletakkannya di panti sosial". Kata Louna sebelum pergi.
"Tentu saja tidak. Daddy mu tidak akan sekejam itu".
Louna pergi dengan menaiki taksi yang sudah dipesan lebih dulu. Ia segera pergi ke Kantor catatan sipil.
Saat tiba disana, rupanya Edgar sudah menunggunya. Pria itu memakai setelan jas hitam sedang bersandar di dekat mobilnya sambil bermain ponsel.
"Pasti sedang membujuk salah satu kekasihnya". Cibir Louna.
Louna turun dari taksi setelah membayar ongkosnya. Ia berjalan pelan kearah Edgar. Suara hentakan sepatu hak tinggi menggema di telinga Edgar.
Edgar melihat ke asal suara itu. Rupanya calon istrinya sudah berada di depannya.
Sejenak Edgar terpaku. Inikah mantan kekasihnya dulu ? Mengapa seperti dua orang yang berbeda. Dulu Louna terkenal tomboy dan bergaul dengan banyak laki-laki. Ia senang bermain voli dan bergabung bersama klub voli di kampus mereka.
Dan wanita yang sekarang berdiri dihadapannya seperti seorang tuan putri dari negeri mimpi. Meskipun tidak mengenakan gaun yang menjuntai ke lantai, tapi Edgar merasa kecantikan Louna kali ini tidak ada duanya.
"Kenapa melihat ku begtu ? Awas sampai jatuh cinta. Aku tidak mau membalasnya". Kata Louna dengan keras membuyarkan angan-angan Edgar diatas awan.
"Siapa juga melihat mu. Aku hanya sedang melihat bunga-bunga yang bermekaran di belakang mu. Sungguh indah". Jawab Edgar bisa saja mencari alasan.
Louna membalik badannya. Melihat taman bunga yang dimaksud Edgar.
"Ayo cepat masuk". Kata Louna kemudian.
"Ayo. Kau sudah tidak sabar menjadi Nyonya Edgar ya ?" Goda Edgar.
"Apa kau bilang ? Siapa yang berharap seperti itu ? Jika bukan karena terpaksa aku tidak mau berada disini. Apalagi bersama mu". Kata Louna terang-terangan menunjukkan ketidaksukaan nya terhadap Edgar.
Edgar hanya bisa menghela napas berat. Ia tau, selamanya Louna akan tetap bersikap seperti ini padanya. Sudahlah memang salahnya juga.
Kapan-kapan ia berniat untuk memperbaiki kesalahannya pada Louna. Syukur-syukur jika wanita itu mau menerimanya dan menerima pernikahan ini seperti pada umumnya.
Keduanya memasuki gedung itu tanpa bergandengan tanga. Sudah ada petugas yang menunggu mereka. Mereka hanya tinggal menyebutkan nama saja dan menandatangani beberapa berkas. Setelah itu mereka berdua menerima akte nikah.
Edgar menerima kartu itu dengan senyum kecil di bibirnya. Ada perasaan yang sukit dijelaskan dalam hatinya.
Sedangkan Louna bibirnya sudah tertata. Ia seakan menatap kegelapan dalam masa depannya. Tidak terasa matanya berkaca-kaca dan itu tidak luput dari pandangan Edgar.
'Sebegitu benci kah kau padaku, hingga hidup bersama ku membuat mu sangat menderita ?' Gumam Edgar yang melihat butiran air mata menetes di pipi mulus Louna.
....
Kasih lope nya ya gaes♥️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments
Ayudya
semoga louna bisa menerima kehadiran Edgar kembali
2025-09-24
0