Bab 4 - Pernikahan

Dua minggu berlalu, Jogjakarta.

"SAH..."

Satu kata terucap dari bibir para saksi menandakan kini Alan Prawira telah resmi menjadi suami dari Lintang Jelita Sutedjo.

Mami Sinta tak kuasa menahan haru hingga matanya berkaca-kaca dan menangis lirih. Sebab, Lintang adalah anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. Kini Lintang sudah melepas masa la_jang dan jadi istri Alan.

Dua keluarga ini sudah saling mengenal cukup lama. Alhasil rencana perjodohan hingga berakhir pernikahan antara Alan dan Lintang tak sulit untuk mereka memberi restu dan mewujudkannya.

"Alhamdulillah..." ucap Papi Aryo yang juga menitikkan air matanya karena telah menikahkan putrinya dengan Alan.

Banyak doa baik terselip semoga pernikahan ini langgeng dan bahagia selalu hingga akhir hayat.

Di seberang sana tak jauh dari meja ijab qobul, Mama Dian juga terharu melihat kebahagiaan sang putra yang sudah resmi menikahi Lintang.

"Mas, putra kita hari ini sudah menikah dengan Lintang. Aku menikahkan Alan dengan Lintang karena yakin mereka bisa cocok dan saling mencintai, bukan hanya karena sebagai alat balas budi pada keluarga Sutedjo. Semoga di sana kamu juga merestui rencana perjodohan di antara mereka," batin Mama Dian.

Pernikahan yang berlangsung hari ini antara Alan dengan Lintang dilakukan secara tertutup. Hanya keluarga kedua belah pihak yang tau. Hanya acara akad nikah dan makan bersama tanpa resepsi mewah seperti rencana semula kedua keluarga.

Semua ini adalah syarat dari Alan pada Lintang ketika bertemu di cafe dua minggu yang lalu.

Lintang yang polos mengiyakan permintaan Alan tanpa banyak protes. Ia segera menyampaikan pada kedua orang tuanya mengenai hal itu.

☘️☘️

Dua minggu sebelum hari pernikahan.

"Adek kenapa enggak jadi bikin resepsi? Terus nikahnya kenapa main rahasia begini dari teman-teman? Apa Alan yang minta?" tanya Mami Sinta tetap penuh kelembutan, namun hatinya sebagai seorang ibu terselip rasa penasaran.

"Adek enggak mau dituduh nikah sama Kak Alan karena hamil. Nanti di sekolah pasti adek diol0k-ol0k sama teman-teman,"

"Adek kan memang enggak hamil duluan dengan Alan. Buat apa adek takut?"

"Pokoknya adek maunya begitu! Nanti resepsinya belakangan aja!" seru Lintang yang tetap bersikukuh ingin melakukan pernikahan rahasia dengan Alan tanpa diketahui oleh teman-teman kedua belah pihak. Hanya keluarga inti saja.

"Apa Alan yang menekan adek?" tanya Papi Aryo penuh selidik dengan nada suara yang tegas. Membuat tubuh Lintang mendadak gemetaran.

"Eng_gak, Pi. A_dek yang mau kok," cicit Lintang dengan bibir bergetar dan sedikit terbata-bata.

Detik selanjutnya kepalanya menunduk dan suara isak tangisnya mendadak keluar. Sangat lirih.

Papi Aryo dan Mami Sinta menghela nafas beratnya melihat Lintang yang tampak ingin sekali melakukan pernikahan secara rahasia dan tertutup dengan Alan. Mami Sinta pun memberi kode dengan matanya pada sang suami agar lebih tenang dan sabar menghadapi Lintang.

Mereka berdua sudah menebak jika hal ini kemungkinan besar pemintaan dari Alan.

"Setahun setelah menikah kalian baru mengadakan resepsi. Apa enggak terlalu jauh jeda waktunya?" tanya Mami Sinta yang terdapat kekhawatiran di hatinya.

"Enggak, Mi."

"Kenapa enggak pas kamu lulus sekolah saja kalian mengadakan resepsinya?"

"Setelah Kak Alan diwisuda, kakak pindah ke Bandung."

"Kenapa harus ke Bandung? Bukankah Alan sudah kerja di Jakarta?" cecar Mami Sinta mendadak terkejut mendengar fakta tersebut.

"Kakak katanya dipindah kerja di Bandung selama setahun," jawab Lintang sesuai ucapan dari Alan.

"Terus, setelah itu Alan balik kerja di Jakarta atau pindah ke kota lain?"

"Adek kurang tau, Mi."

Papi Aryo tetap diam sembari menyimak percakapan antara sang istri dengan si bungsu kesayangannya.

"Kalau nanti semisal sebelum resepsi, adek hamil. Gimana?" tanya Mami Sinta. "Apa adek enggak ada masalah, resepsi dalam kondisi hamil?"

"Adek enggak akan hamil kok, Mi."

"Maksudnya gimana?" tanya Mami Sinta. "Kalian kan nanti setelah resmi menikah, pasti adek tidur sama Kak Alan. Adek bisa hamil," imbuhnya.

"Kata kakak walaupun kita tidur sekamar, adek gak hamil kok. Soalnya adek sama kakak enggak main bola s0dok kayak Mas Hendri dan Mbak Rara yang akhirnya melahirkan si kembar," jawab Lintang yang lagi-lagi mengcopy paste ucapan Alan. Boleh dibilang sebagai doktrin dari Alan pada calon istri kecilnya itu.

"Cuma adek masih bingung, Mi."

"Adek bingungnya kenapa?"

"Adek kok enggak pernah lihat Mas Hendri dan Mbak Rara main bola s0dok?"

"Adek tau apa yang dimaksud dengan permainan bola sod0k yang dibilang Alan?" pancing Mami Sinta.

"Tau, Mi. Bola s0dok itu kan main bilyard yang ada di teras samping rumah kita. Biasanya yang suka main itu, papi sama Mas Dewa aja. Mas Hendri dan Mbak Rara setahu adek enggak pernah main itu,"

Lagi-lagi otak sebiji kecambah yang dimiliki Lintang tak mampu menjangkau pikiran orang dewasa seperti yang ada di dalam otak kedua orang tuanya serta Alan.

Bola s0dok yang dimaksud orang dewasa tentu acara malam pemersatu bangsa yang dilakukan suami-istri ketika akan proses mengadon bayi. Melebur bersama, saling mengusak sprei menjadi kusut dan bermandi keringat guna membanjiri rahim sang istri dengan benih-benih kehidupan di masa depan. You know what I mean.

☘️☘️

Kembali ke masa sekarang.

Pernikahan antara Lintang dan Alan terlaksana dengan baik. Walaupun awalnya terdapat perdebatan perihal resepsi yang tertunda, namun acara akad pernikahan berlangsung sakral dan lancar.

Dan pembawa acara segera memanggil mempelai wanita yakni Lintang untuk keluar dan duduk di meja akad nikah. Dikarenakan Lintang harus segera melakukan penandatanganan buku nikah serta sesi foto bersama.

Tap...tap...tap...

Lintang yang hari ini tampil cantik memakai kebaya warna putih melangkah perlahan mendekati tempat Alan dan Papi Aryo yakni di meja ijab qobul.

Alan mendadak terkesima melihat Lintang yang sedang berjalan ke arahnya. Dari jauh ia begitu terpukau akan kecantikan wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

Terakhir Alan bertatap muka dengan Lintang yakni ketika bertemu di cafe untuk kencan perdana dua minggu yang lalu. Alan begitu pangling melihat paras Lintang yang baru saja ia nikahi beberapa menit yang lalu.

"Cantik," batin Alan tanpa sadar memuja kecantikan Lintang.

Setelah selesai akad, acara sungkeman pun berlangsung.

"Jaga putriku dan jangan pernah menyakitinya. Sejatinya sejak lahir hingga sekarang, dia hidup penuh kasih sayang. Tak pernah sedikitpun kami memarahinya apalagi memukulnya," ucap Papi Aryo menjeda kalimatnya yang tengah memberikan wejangan pada Alan.

"Iya, Pi. Aku akan menjaga Lintang dengan baik,"

"Kalau kamu memang tak bisa mencintainya dan tak ingin hidup bersama dengan Lintang, pulangkan dia baik-baik ke rumah ini. Aku tak akan marah karena memang itu sudah jalannya. Tapi, aku gak akan maafin kamu kalau sampai Lintang terluka!" ancam Papi Aryo di ujung kalimatnya.

Deg...

Jantung Alan mendadak berdegup kencang mendengar ancaman dari Papi Aryo barusan.

"Alan akan berusaha sebaik mungkin membahagiakan Lintang, Pi."

"Papi pegang ucapan dan janjimu. Laki-laki sejati harus bisa dipegang ucapannya sendiri. Papi tunggu bukti dari ucapanmu itu," tegas Papi Aryo.

Acara akad pernikahan yang diadakan di kediaman pribadi keluarga Sutedjo berlangsung cukup meriah dan mewah. Walaupun hanya dihadiri keluarga inti kedua belah pihak, RT setempat dan para pelayan yang bekerja di sana.

"Semoga Lintang bahagia bersama Alan ya, Pi." Ucap Mami Sinta lirih.

Kedua matanya berkaca-kaca melihat senyuman Lintang yang malu-malu di sisi Alan yang tengah bercanda ria dengan para kakak dan kakak ipar serta si kembar.

"Aamiin..." jawab Papi Aryo seraya menggenggam erat telapak tangan sang istri. "Aku yakin Alan adalah pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia tidak akan menyia-nyiakan putri kita. Apabila hal itu sampai terjadi, aku akan membawa Lintang pergi jauh dari Alan. Walaupun putri kita mencintainya sekalipun!" desisnya.

"Jangan terlalu keras pada Alan. Aku yakin dia pria yang baik seperti almarhum ayahnya," ucap Mami Sinta.

"Semoga saja,"

Tak berselang lama, Papi Aryo ingat akan sesuatu hal yang penting.

"Mi,"

"Ya,"

"Apa Alan sudah tau tentang kondisi Lintang?" tanya Papi Aryo. "Kamu sudah memberitahukannya pada Alan kan sebelum mereka menikah?"

Bersambung...

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

apa mama Dian juga sudah tahu rahasia Lintang itu, apa dia hanya mempertimbang kan putra mereka harus segera dinikahkan agar bisa hidup lebih baik, apalagi mereka juga ada hutang budi ke keluarga Lintang yah,,,

2025-09-13

2

partini

partini

emmm kondisi nya kenapa ?
bikin parno aja jangan" something nih
aduh Daddy cari tau dulu tuh Alan orangnya kaya apa ,, ku rasa anakmu akan sakit hati dulu deh sebelum bahagia

2025-09-12

3

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

apa ini juga salah satu alasan Lintang dinikahkan oleh putra dari sahabat baik mereka yah, sepertinya kedua ortu Alan dan ortu Lintang memang bersahabat lama

2025-09-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!