"Bukankah sepuluh itu angka sebelum sebelas dan setelah angka sembilan. Di pelajaran matematika dasar sekolah begitu kan, Kak?" jawab Lintang dengan mimik wajah polosnya. "Apa kakak enggak pernah diajari bu guru matematika dasar di sekolah?" imbuhnya.
Gubrakk !!
Rasanya Alan ingin sekali menepuk jidatnya sendiri dengan kencang saat ini usai mendengar jawaban dari Lintang barusan.
"Astaga, perempuan ini beneran asli masih bocah bukan abal-abal atau bohongan." Batin Alan.
Tidak ada yang salah sebenarnya dengan jawaban Lintang, hanya saja bukan itu yang dimaksud oleh Alan. Ibarat kata otak Alan pergi invasi ke Planet Mars. Nah, otak Lintang pergi invasinya cukup jauh sampai ke Planet Pluto.
"Kakak kenapa? Kok diem,"
"Enggak," sahut Alan.
"Apa jawabanku tadi salah?" tanya Lintang yang sedikit gugup seakan tengah melaksanakan ujian sekolah dan ia salah menjawabnya.
"Jawabanmu enggak salah, tapi bukan itu yang ku maksud."
"Maafkan aku yang bodoh ini. Kak Alan mohon bimbing aku,"
"Aku bukan kakakmu, apalagi guru bimbelmu yang harus membimbingmu!" ketus Alan.
Lintang tak marah dengan sikap ketus Alan. Ia terus tersenyum manis di depan calon suaminya itu.
"Kak Alan, aku cinta kakak."
"Cintaku bukan kamu!"
Deg...
Seketika jantung Lintang seakan dihantam batu besar mendengar pria yang diam-diam ia cintai sejak lama, berucap mencintai orang lain. Padahal Alan akan menikah dengannya, pikir Lintang.
Raut wajah Lintang pun seketika berubah. Awalnya yang selalu tersenyum manis, kini pudar dan hilang entah ke mana. Alan tentu melihat jelas perubahan mimik wajah Lintang.
"Siapa ??"
Alan masih terdiam dan tak menjawabnya.
"Apa wanita itu lebih pintar daripada aku?" tanya Lintang. Alan masih belum meresponnya.
"Maaf, otakku yang bodoh ini urusan pelajaran di sekolah. Maaf, sudah buat kakak kecewa karena punya calon istri yang enggak pintar." Ucap Lintang terdengar sendu seraya jari-jemarinya saling bertautan.
Bibirnya terus berucap maaf pada Alan dan kepalanya tertunduk malu. Ia merasa bagai bumi dan langit dengan Alan soal urusan pendidikan sekolah dan isi otak.
"Wanita itu cinta pertamaku. Aku sangat mencintainya melebihi apapun di dunia ini. Kamu tau dia siapa?"
Lintang hanya tertunduk lesu dan menggelengkan kepalanya karena ia tak tau sosok wanita yang dimaksud oleh Alan.
"Wanita itu ya tentu saja ibuku, calon mertuamu sendiri."
"Hah?" Lintang terkejut.
"Kamu pikir siapa?"
"A_ku pikir..."
"Buang pikiranmu itu jauh-jauh!" desis Alan.
"Hehe..." Lintang pun nyengir dengan deretan gigi putihnya di depan Alan.
Alan memilih untuk menutupi rahasia cintanya. Melihat raut wajah Lintang yang sendu, Alan tak sampai hati untuk jujur.
Padahal sejatinya dalam sebuah hubungan terutama mereka akan memasuki bahtera rumah tangga alias menikah, sebuah kejujuran itu sangatlah penting. Walaupun kejujuran itu pahit, akan jauh lebih baik diutarakan daripada disembunyikan dari pasangan kita.
Dikarenakan dari hal sepele yang dirahasiakan justru bisa menjadi bumerang tak terduga di masa depan bila terkuak.
☘️☘️
"Kenapa kita menikah tidak menunggu kamu lulus SMA atau kuliah?" tanya Alan. Lintang masih terdiam.
"Apa kamu sedang hamil?" tanya Alan.
"Hamil?"
"Iya, hamil duluan."
"Adek enggak pernah tidur dengan teman sekolah laki-laki. Teman perempuan saja, adek enggak punya. Adek cuma pernah tidur beberapa kali sih sama laki-laki. Tapi, apa kalau begitu bisa hamil ya?"
"Pria dan wanita kalau tidur satu ranjang bersama dan begituan ya bisa hamil, Lintang!" desis Alan mendadak nada suaranya sudah naik beberapa oktaf.
Emosinya yang awalnya sleeping beauty mendadak bersiap jadi gunung meletus yang memuntahkan laharnya.
"Tapi perutku kok enggak buncit kayak Mbak Rara sewaktu hamil Radit dan Rizal?" ujar Lintang dengan mimik wajah lugunya.
Alan tentu mengenal nama kakak ipar Lintang yakni Mbak Rara. Wanita itu adalah istri dari kakak pertama Lintang bernama Hendri Sutedjo. Rara dan Hendri dikaruniai anak kembar laki-laki yang bernama Radit dan Rizal berusia lima tahun.
"Siapa saja laki-laki yang sudah meniduri kamu?"
"Papi, Mas Hendri dan Mas Dewa," jawab Lintang dengan raut kejujuran dan polosnya.
Gubrakk !!
Alan kali ini ingin sekali melarikan diri ke Hutan Amazone yang banyak binatang buasnya. Daripada harus menghadapi anak bau kencur yang otaknya hanya sebiji kecambah sehingga sering membuatnya darting.
"Belum jadi istri, sudah bikin darting. Kalau dia sudah jadi istriku, mungkin aku langsung masuk IGD tiap detik." Batin Alan.
Bagaimana Alan tidak darting mendengar jawaban Lintang tadi ?
Ketiga pria yang disebutkannya adalah keluarga kandung Lintang sendiri mulai dari ayah dan kedua kakak lelakinya.
"Kami tidur di kamar rame-rame, Kak. Seringnya pas kita liburan di vila keluarga waktu Lintang masih kecil. Hehe..." ucap Lintang seraya terkekeh sendiri di depan Alan.
"Tapi sekarang kita udah jarang tidur bersama. Soalnya kan Lintang udah gede dan Mas Hendri sama Mas Dewa kata mami sudah punya guling hidup. Jadi, Lintang enggak boleh tidur sama mereka lagi. Kakak mau kan jadi guling hidup aku?"
Alan malas menjawab pertanyaan itu. Ia hanya diam tanpa merespon. Justru Alan memilih balik bertanya pada Lintang.
"Jadi alasanmu menikah denganku apa?"
"Adek cinta kakak," jawab Lintang dengan cepat.
Alan tak menggubris untaian kalimat perasaan cinta Lintang yang baginya mirip seperti cinta monyet abege labil. Ungkapan cinta Lintang padanya, bagaikan masuk telinga kanan dan langsung keluar dari kuping kiri tanpa mampir ke hati maupun jantungnya apalagi otaknya.
"Kenapa harus dua minggu lagi kita cepat-cepat menikah?"
"Sebulan lagi kakak kan diwisuda, aku mau menemani di Jakarta. Kata mami, adek baru boleh pergi jauh sama kakak kalau sudah menikah."
"Kamu boleh ke Jakarta tanpa kita harus menikah dulu," ujar Alan.
"Papi, mami, Mas Hendri dan Mas Dewa gak ngizinin aku ke Jakarta kalau kita belum menikah,"
"Kenapa begitu?"
"Karena Kak Alan belum resmi jadi guling hidup adek," jawab Lintang sesuai dengan apa yang orang tuanya katakan padanya.
Alan menghela nafas beratnya. Keduanya memutuskan untuk minum sembari menikmati cemilan yang telah tersaji di meja.
Setelah hampir lima belas menit meja mereka hening tanpa percakapan, Alan pun memutuskan bersuara.
"Kita akan menikah dua minggu lagi, tapi aku punya syarat. Apa kamu mau mengabulkannya?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
*Tolong belikan obat sakit kepala merek Budrekk buat Dokter Alan ya biar enggak pusing menghadapi Lintang yang otaknya cuma sebiji kecambah. 😭😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Fitri Yaningsih
alan telalu menyepelekan lintang nich....rang pikiran adek lintang masi suci ko ngarepnya yg sudah terkontaminasi malahan suatu saat nanti kamu akan bersukur bersanding ama lintang karna kamu bakalan awet muda loh....makanya jangan dikit dikit darting wong si adek aja santai dalam menjalani hidup heran nich ama alan.....sehebat apa sich cinta pertamamu sehingga menyepelekan lintang tak tunggu ama part cinta pertama alan nongol
2025-09-11
4
Akhmad Soimun
Ada apa gerangan Kak Othor buat cerita macam ini... apa rahasianya menikahkan Anak yg bau anak kencur sma si Alan..kan sayang dewasanya Alan, pinter ya Alan..
2025-09-11
2
Sugiharti Rusli
apalagi didikan yang diberikan keluarga si Lintang yang dari keluarga kaya, tapi mereka tetap menerapkan norma" dan tidak membiarkan putrinya bergaul secara bebas
2025-09-11
1