Bab 5 : Menggapai Langit Pertama

Jiang Shen duduk bersila di sebuah tanah lapang yang agak terbuka, meski pepohonan raksasa hutan Yulong masih menutupi sebagian besar langit.

Cahaya matahari yang menembus celah daun jatuh tepat ke tubuhnya, membuat kulitnya terasa hangat. Ingatan warisan Sesepuh Hun Zhen berputar jelas di kepalanya, terutama mengenai teknik kultivasi yang disebut Melahap Matahari.

Ia menarik napas panjang, memejamkan mata, dan mulai mengikuti pola pernapasan yang diajarkan dalam ingatan itu.

Udara di sekitarnya seolah bergetar, dan sinar matahari yang menembus dedaunan perlahan-lahan terserap ke dalam tubuhnya. Rasa panas menjalar di setiap meridian, kadang perih, kadang seperti terbakar, namun Jiang Shen menggertakkan giginya dan bertahan.

“Jika aku ingin menjadi kuat … aku harus menanggung semua rasa sakit ini,” pikirnya.

Sekitar satu jam penuh, keringat deras bercucuran, wajahnya pucat, dan tubuhnya gemetar menahan rasa sakit yang menusuk. Namun tepat di detik berikutnya, terdengar suara samar di dalam tubuhnya—seperti saluran air yang tersumbat lalu pecah terbuka. Meridian pertamanya terbuka!

Tubuhnya segera diselimuti energi hangat. Namun, bersama dengan itu, kotoran hitam pekat yang berbau busuk keluar dari pori-porinya. Itu adalah kotoran tubuh, sisa-sisa kotoran yang menumpuk bertahun-tahun di dalam meridian yang tertutup.

Jiang Shen terengah-engah, hampir ingin muntah karena baunya begitu menyengat. Tapi di balik rasa jijik itu, ada kebahagiaan yang sulit dijelaskan.

Ia berhasil.

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia berhasil menapaki langkah awal dalam jalan kultivasi sejati dan secara resmi menjadi seorang pendekar kultivator di ranah Kondensasi Qi level 1.

Segera setelah itu, ia bergegas ke sungai kecil yang mengalir tidak jauh dari tempatnya. Airnya jernih dan dingin. Jiang Shen menceburkan diri, menggosok tubuhnya berulang-ulang hingga bau busuk itu hilang sama sekali. Rasa segar menjalari dirinya, seakan lahir kembali.

Setelah membersihkan diri, perutnya yang kosong mulai protes. Ia pun memutuskan untuk berburu ikan di sungai tersebut. Dengan ranting runcing seadanya, ia menusuk seekor ikan besar yang berenang di dekat batu.

Tidak lama kemudian, dua ekor ikan seukuran lengan sudah ditangkapnya. Jiang Shen memanggangnya di atas api kecil yang ia buat dari ranting kering. Aroma ikan bakar menyebar, membuatnya tersenyum puas untuk pertama kalinya sejak semua kejadian tragis itu menimpanya.

Malam itu, Jiang Shen duduk sendirian di tepi sungai, memakan hasil buruannya dengan lahap. Meski sederhana, baginya itu adalah santapan paling nikmat sepanjang hidupnya—karena itu adalah bukti bahwa ia masih hidup, dan ia kini sudah berubah.

Di sisi lain, di tempat kafilah dagang yang telah hancur oleh serangan gorila ekor emas, suasana begitu mengenaskan.

Jasad-jasad yang sudah membusuk berserakan, sulit dikenali, bahkan sebagian sudah tidak utuh karena terkoyak. Bau anyir dan busuk bercampur, membuat siapa pun yang melihatnya merasa mual.

Dua sosok berjubah gelap berdiri di antara bangkai gerobak dan tubuh-tubuh yang tak bernyawa. Mereka adalah pengawal bayaran keluarga Wei, dikirim langsung oleh ayah Wei Liang yang khawatir karena putranya belum juga memberi kabar.

Keduanya bukan orang biasa—kultivasi mereka sudah berada di ranah Inti Emas, level yang jauh melampaui para pengawal kafilah yang hanya berada di ranah Pembangunan Fondasi.

“Tidak salah lagi … ini perbuatan gorila ekor emas,” ujar salah satu dari mereka dengan nada berat, menatap bekas cakar raksasa di tanah.

Yang satunya mengangguk. “Tapi aneh. Jalan utama seperti ini biasanya hanya dihuni beast spiritual tingkat 1. Bagaimana mungkin tiba-tiba ada beast spiritual tingkat 3 yang muncul di sini?”

Keduanya saling pandang, sama-sama heran dengan kejanggalan itu. Namun setelah memastikan kondisi sekitar dan melihat tidak ada satu pun tanda kehidupan yang tersisa, mereka hanya bisa menarik napas panjang.

“Sepertinya … tidak ada yang selamat. Kita harus segera kembali dan melaporkan kepada Tuan Wei,” kata yang satu lagi, suaranya berat penuh penyesalan.

Tanpa menunggu lebih lama, keduanya berbalik meninggalkan lokasi pembantaian itu, membawa kabar buruk yang akan mengguncang keluarga besar Wei.

Mereka tidak tahu … bahwa di balik hutan Yulong yang gelap, ada satu pemuda bernama Jiang Shen yang berhasil bertahan dari neraka tersebut dan kini tengah memulai jalannya sebagai kultivator sejati.

...

Jiang Shen menatap hutan Yulong yang sunyi dengan napas berat. Setelah seminggu penuh merawat luka-lukanya dan berhasil membuka meridian pertamanya, ia sadar bahwa pemulihan saja tidak cukup.

Ingatan warisan Hun Zhen yang ia terima berulang kali menegaskan: kultivator sejati harus berani mengasah diri lewat pertarungan hidup dan mati.

Dengan tekad itu, Jiang Shen menebang batang pohon muda yang kokoh menggunakan tenaga tubuhnya. Dari batang tersebut ia memahat kasar sebuah pedang kayu—meski sederhana, bentuknya lurus dengan ujung runcing, cukup untuk dijadikan senjata berlatih. Ia memandang benda itu dalam genggamannya, lalu menghela napas.

“Pedang kayu ini … akan jadi saksi awal jalanku sebagai seorang pendekar kultivator.”

Tak lama setelah itu, Jiang Shen menemukan seekor kelinci bermata merah di semak belukar. Tubuh kelinci itu lebih besar dari kelinci biasa, dengan otot yang padat dan aura liar yang menekan. Dari ingatan warisan, Jiang Shen tahu bahwa kelinci ini termasuk beast spiritual tingkat 1. Cocok untuk ujian pertamanya.

Namun begitu kelinci itu melompat, Jiang Shen langsung sadar bahwa ini tidak akan mudah. Gerakannya cepat, matanya berkilat penuh naluri membunuh. Dengan tubuhnya yang baru saja pulih, Jiang Shen sempat kewalahan. Pedang kayunya hanya mengenai udara kosong, sedangkan kelinci itu berulang kali menyerang balik.

Cakar tajamnya sempat mengenai lengan dan pinggang Jiang Shen, membuat kulitnya robek dan darah mengalir. Nafasnya memburu, namun tatapannya tidak goyah.

“Tidak … aku tidak akan kalah dari seekor kelinci!” desisnya dengan gigi terkatup rapat.

Ia menggenggam pedang kayunya lebih erat, lalu memusatkan Qi spiritual yang tipis di dalam meridian ke arah lengannya. Ingatan warisan Sesepuh Hun Zhen membimbingnya: salurkan Qi ke senjata, biarkan aliran itu menyatu.

Saat ia melakukannya, pedang kayu di tangannya bergetar ringan, seolah mendapat kekuatan baru. Meski sederhana, ujung pedang itu kini memancarkan aura samar. Jiang Shen menunggu dengan sabar, menatap kelinci merah yang bersiap melompat lagi. Begitu hewan itu melesat, Jiang Shen berputar, menebaskan pedang kayunya dengan dorongan penuh Qi.

Suara hantaman keras terdengar. Tebasan itu menancap di tubuh kelinci, menembus kulit kerasnya, hingga darah muncrat ke tanah. Hewan itu berteriak parau, meronta sebentar, lalu terkapar tak bergerak.

Jiang Shen terengah-engah, tubuhnya gemetar, dan wajahnya pucat pasi. Hampir seluruh cadangan Qi spiritual di tubuhnya habis terkuras hanya untuk sekali tebasan itu.

Ia jatuh terduduk di tanah, pedang kayu masih tergenggam erat di tangannya. Pandangannya beralih pada jasad kelinci merah yang kini tergeletak tak bernyawa.

Dari warisan ingatan, ia tahu langkah selanjutnya. Dengan tangan berlumuran darah, ia merobek bagian dada kelinci itu dan menemukan sebuah inti jiwa berbentuk bola kecil mungil berwarna merah samar.

Cahaya dari inti itu berdenyut perlahan, memancarkan energi kehidupan dan Qi spiritual murni. Jiang Shen menggenggamnya erat, merasakan aura itu bergetar di tangannya.

“Tidak disangka pertarungan pertamaku akan sesulit ini,” gumamnya lirih dengan napas tersengal.

Tanpa ragu, ia duduk bersila, meletakkan inti jiwa itu di telapak tangan, dan mulai menyerap energi yang terkandung di dalamnya. Rasa panas menyebar ke seluruh tubuh, memenuhi meridiannya yang baru saja terbuka. Meski masih kasar dan lambat, aliran Qi itu membuat tubuhnya pulih sedikit demi sedikit.

Wajahnya yang pucat mulai mendapatkan warna. Luka-luka kecil di kulitnya terasa lebih ringan, dan cadangan Qi spiritual yang habis kini kembali terisi, meski belum sepenuhnya.

Saat membuka mata, Jiang Shen menatap pedang kayu di sampingnya dengan tatapan penuh tekad. Pertarungan melawan kelinci mata merah hanyalah awal. Ia tahu bahwa di hutan Yulong, ada ratusan bahkan ribuan beast spiritual lain yang lebih berbahaya menantinya.

Namun di hatinya, sebuah keyakinan baru telah tertanam—selama ia bisa bertahan hidup, ia akan menjadi lebih kuat.

Episodes
1 Bab 1 : Jiang Shen
2 Bab 2 : Penderitaan Yang Harus Dilalui
3 Bab 3 : Malam Yang Brutal
4 Bab 4 : Permata Hijau
5 Bab 5 : Menggapai Langit Pertama
6 Bab 6 : 8 Meridian
7 Bab 7 : Ranah Pembangunan Fondasi
8 Bab 8 : Jenius Sejati
9 Bab 9 : Pulang
10 Bab 10 : Ibu
11 Bab 11 : Pil Penempa Tubuh
12 Bab 12 : Janji Yang Terucap
13 Bab 13 : Tingkatan Senjata
14 Bab 14 : 3 Bulan Berlatih
15 Bab 15 : Mendaftar Turnamen
16 Bab 16 : Alkemis Kelas 4
17 Bab 17 : Ranah Inti Emas
18 Bab 18 : Atribut Bawaan Ganda
19 Bab 19 : Dimulainya Turnamen
20 Bab 20 : Tiga Monster Muda
21 Bab 21 : Menarik Perhatian
22 Bab 22 : Duel Spektakuler
23 Bab 23 : Berakhirnya Semifinal
24 Bab 24 : Malam Yang Ramai
25 Bab 25 : Final
26 Bab 26 : Hasil Akhir
27 Bab 27 : Pemulihan
28 Bab 28 : Pembagian Hadiah
29 Bab 29 : Pil Awet Muda
30 Bab 30 : Tawaran Yang Menggiurkan
31 Bab 31 : Kecewa
32 Bab 32 : Kebohongan Kecil
33 Bab 33 : Membayar Hutang Darah
34 Bab 34 : Dua Pria Misterius
35 Bab 35 : Pemenang Mengambil Hadiahnya
36 Bab 36 : Penyebab Penyerangan
37 Bab 37 : Keberuntungan Kecil
38 Bab 38 : Peningkatan Gila-gilaan
39 Bab 39 : Efek Peningkatan
40 Bab 40 : Sekte Naga Hitam
41 Bab 41 : Kesepakatan Kecil
42 Bab 42 : Mendapatkan Esensi Petir Langit
43 Bab 43 : Bahaya Sedang Mengintai
44 Bab 44 : Hong Baili
45 Bab 45 : Rasa Sakit
46 Bab 46 : Diskusi Penting
47 Bab 47 : Lengkapnya Bahan Pil Penempa Jiwa
48 Bab 48 : Membuat Pil Penempa Jiwa
49 Bab 49 : Pagoda Langit
50 Bab 50 : Menerobos
51 Bab 51 : Perasaan Seorang Wanita
52 Bab 52 : Konflik Yang Memanas
53 Bab 53 : Membalaskan Dendam
54 Bab 54 : Menghabisi Murid Inti Sekte Naga Hitam
55 Bab 55 : Batu Spiritual
56 Bab 56 : Gunung Kabut
57 Bab 57 : Pertarungan Di Gunung Kabut
58 Bab 58: Menambang Batu Spiritual
59 Bab 59 : Peti Harta
60 Bab 60 : Organisasi Bulan Merah
61 Bab 61 : Pil Penyembuh Organ
62 Bab 62 : Memulai Penyerapan Batu Spiritual
63 Bab 63 : Satu Bulan Penuh Berkultivasi
64 Bab 64 : Dimensi Raja Naga Petir
65 Bab 65 : Serangan Yang Mematikan
66 Bab 66 : Di Ambang Maut
67 Bab 67 : Serangan Terakhir
68 Bab 68 : Ranah Raja
69 Bab 69 : Pergerakan 3 Klan Besar
70 Bab 70 : Alam Kekacauan
71 Bab 71 : Terbukanya Alam Kekacauan
72 Bab 72 : Memasuki Alam Kekacauan
73 Bab 73 : Perebutan Harta
74 Bab 74 : Jiang Shen Beraksi
75 Bab 75 : Pembantaian
76 Bab 76 : Bongkahan Batu Misterius
77 Bab 77 : Kapal Perang Kuno
78 Bab 78 : Han Jingxiao
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 : Jiang Shen
2
Bab 2 : Penderitaan Yang Harus Dilalui
3
Bab 3 : Malam Yang Brutal
4
Bab 4 : Permata Hijau
5
Bab 5 : Menggapai Langit Pertama
6
Bab 6 : 8 Meridian
7
Bab 7 : Ranah Pembangunan Fondasi
8
Bab 8 : Jenius Sejati
9
Bab 9 : Pulang
10
Bab 10 : Ibu
11
Bab 11 : Pil Penempa Tubuh
12
Bab 12 : Janji Yang Terucap
13
Bab 13 : Tingkatan Senjata
14
Bab 14 : 3 Bulan Berlatih
15
Bab 15 : Mendaftar Turnamen
16
Bab 16 : Alkemis Kelas 4
17
Bab 17 : Ranah Inti Emas
18
Bab 18 : Atribut Bawaan Ganda
19
Bab 19 : Dimulainya Turnamen
20
Bab 20 : Tiga Monster Muda
21
Bab 21 : Menarik Perhatian
22
Bab 22 : Duel Spektakuler
23
Bab 23 : Berakhirnya Semifinal
24
Bab 24 : Malam Yang Ramai
25
Bab 25 : Final
26
Bab 26 : Hasil Akhir
27
Bab 27 : Pemulihan
28
Bab 28 : Pembagian Hadiah
29
Bab 29 : Pil Awet Muda
30
Bab 30 : Tawaran Yang Menggiurkan
31
Bab 31 : Kecewa
32
Bab 32 : Kebohongan Kecil
33
Bab 33 : Membayar Hutang Darah
34
Bab 34 : Dua Pria Misterius
35
Bab 35 : Pemenang Mengambil Hadiahnya
36
Bab 36 : Penyebab Penyerangan
37
Bab 37 : Keberuntungan Kecil
38
Bab 38 : Peningkatan Gila-gilaan
39
Bab 39 : Efek Peningkatan
40
Bab 40 : Sekte Naga Hitam
41
Bab 41 : Kesepakatan Kecil
42
Bab 42 : Mendapatkan Esensi Petir Langit
43
Bab 43 : Bahaya Sedang Mengintai
44
Bab 44 : Hong Baili
45
Bab 45 : Rasa Sakit
46
Bab 46 : Diskusi Penting
47
Bab 47 : Lengkapnya Bahan Pil Penempa Jiwa
48
Bab 48 : Membuat Pil Penempa Jiwa
49
Bab 49 : Pagoda Langit
50
Bab 50 : Menerobos
51
Bab 51 : Perasaan Seorang Wanita
52
Bab 52 : Konflik Yang Memanas
53
Bab 53 : Membalaskan Dendam
54
Bab 54 : Menghabisi Murid Inti Sekte Naga Hitam
55
Bab 55 : Batu Spiritual
56
Bab 56 : Gunung Kabut
57
Bab 57 : Pertarungan Di Gunung Kabut
58
Bab 58: Menambang Batu Spiritual
59
Bab 59 : Peti Harta
60
Bab 60 : Organisasi Bulan Merah
61
Bab 61 : Pil Penyembuh Organ
62
Bab 62 : Memulai Penyerapan Batu Spiritual
63
Bab 63 : Satu Bulan Penuh Berkultivasi
64
Bab 64 : Dimensi Raja Naga Petir
65
Bab 65 : Serangan Yang Mematikan
66
Bab 66 : Di Ambang Maut
67
Bab 67 : Serangan Terakhir
68
Bab 68 : Ranah Raja
69
Bab 69 : Pergerakan 3 Klan Besar
70
Bab 70 : Alam Kekacauan
71
Bab 71 : Terbukanya Alam Kekacauan
72
Bab 72 : Memasuki Alam Kekacauan
73
Bab 73 : Perebutan Harta
74
Bab 74 : Jiang Shen Beraksi
75
Bab 75 : Pembantaian
76
Bab 76 : Bongkahan Batu Misterius
77
Bab 77 : Kapal Perang Kuno
78
Bab 78 : Han Jingxiao

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!