Matahari telah naik tinggi, menyinari Desa Qinghe dengan hangat. Para penduduk sibuk dengan aktivitas masing-masing, namun kabar tentang Xiao Feng yang “berlatih kultivasi di sungai” telah menyebar ke seluruh penjuru desa.
Sebagian orang menertawakannya.
“Anak miskin itu sudah gila,” kata seorang petani.
Namun ada juga yang terdiam, seolah sedikit kagum pada ketekunannya.
Xiao Feng sendiri tidak peduli. Tubuhnya masih terasa sakit, tapi di dalam dadanya ada semangat baru. Ia bisa merasakan aliran tipis Qi yang mengalir di tubuhnya—sangat samar, namun nyata.
“Aku mungkin baru di awal jalan ini,” pikirnya, “tapi aku sudah melangkah. Tak ada jalan untuk mundur lagi.”
Wu Zhen memperhatikan murid kecilnya dari tepi hutan.
“Tubuhmu rapuh, dan Qi-mu masih seperti benih kecil. Jika ingin tumbuh, kau harus mengujinya dengan tempaan keras.”
Xiao Feng menunduk hormat. “Guru, aku siap. Ujian apapun akan kujalani.”
Wu Zhen menatapnya tajam. “Kata-kata mudah diucapkan. Tapi kali ini, ujianmu bukan sekadar duduk di air. Kau akan berhadapan dengan musuh nyata.”
Xiao Feng menelan ludah. Hatinya bergetar, tapi ia tidak menghindar.
Wu Zhen bertepuk tangan sekali. Dari dalam hutan, terdengar lolongan panjang. Beberapa saat kemudian, seekor serigala hutan abu-abu muncul, matanya merah menyala. Hewan itu jelas bukan serigala biasa—auranya tajam, menandakan ia telah menyerap sedikit energi spiritual.
Xiao Feng terkejut. “Guru! Itu… itu binatang buas tingkat pertama, bukan?”
Wu Zhen mengangguk tenang. “Benar. Ia cukup kuat untuk mencabik seorang pria dewasa. Namun, jika kau benar-benar ingin berjalan di jalan kultivasi, kau harus berani menghadapi ketakutanmu. Ini ujianmu, Xiao Feng. Kau tidak boleh lari.”
Xiao Feng merasakan darahnya berdesir. Jantungnya berdegup kencang, keringat dingin membasahi punggungnya. Namun saat melihat mata serigala yang haus darah itu, ia menggertakkan gigi.
“Aku… aku tidak akan mundur!”
Serigala itu melompat, cakarnya mengarah tepat ke wajah Xiao Feng. Bocah itu berguling ke samping, nyaris saja terkoyak. Tanah tempat ia berdiri sebelumnya tergores dalam oleh cakar tajam.
“Cepat! Gunakan Qi-mu untuk memperkuat tubuhmu!” seru Wu Zhen.
Xiao Feng mencoba mengingat aliran hangat samar yang ia rasakan di sungai. Ia menarik napas panjang, membiarkan Qi itu mengalir ke tangannya. Rasa sakit di tubuhnya sedikit berkurang, seolah kekuatannya bertambah.
Serigala kembali menyerang. Kali ini Xiao Feng tidak hanya menghindar, tapi meninju moncongnya dengan sekuat tenaga.
Bugh!
Serigala itu terhuyung, meski tidak jatuh. Xiao Feng sendiri merasa tangannya sakit luar biasa, seolah tulangnya retak.
“Ugh… meski sakit, tapi pukulanku mengenai sasaran. Qi itu… memang membuatku lebih kuat!”
Serigala marah besar, melompat lagi. Kali ini cakarnya berhasil mencakar bahu Xiao Feng, meninggalkan luka dalam dan darah segar mengucur.
Tubuhnya hampir roboh. Rasa sakit membuat pandangannya berkunang-kunang. Namun, di saat itu, ia teringat kata-kata Wu Zhen:
“Jika ingin menantang langit, jangan pernah tunduk pada rasa sakit.”
Xiao Feng berteriak keras, suara parau namun penuh tekad.
“Aku tidak akan kalah! Aku harus bertahan… demi diriku, demi mimpiku… demi janji pada ayah dan ibu!”
Qi di tubuhnya berputar lebih cepat, seolah merespons teriakannya. Tangannya terasa lebih ringan, tubuhnya lebih sigap.
Ketika serigala melompat sekali lagi, Xiao Feng melompat maju bukannya mundur. Ia merunduk di bawah cakarnya, lalu meninju tepat ke perut serigala dengan seluruh tenaga yang ia kumpulkan.
Dugh!
Serigala mengerang kesakitan, terlempar ke tanah. Meski belum mati, tubuhnya berguncang keras dan auranya melemah.
Xiao Feng, dengan tubuh penuh luka, berjalan terhuyung mendekatinya. Napasnya berat, darah masih menetes dari bahunya. Tapi sorot matanya tajam, penuh keberanian.
“Aku mungkin lemah… tapi aku tidak akan pernah lari.”
Ia mengangkat batu besar di dekatnya dengan sisa tenaga, lalu menghantamkannya ke kepala serigala.
Plaaak!
Serigala itu mengerang terakhir kali, sebelum akhirnya jatuh tak bergerak.
Xiao Feng terjatuh ke tanah, kehabisan tenaga. Dadanya naik-turun, tubuhnya gemetar. Namun senyum tipis terukir di wajahnya.
Wu Zhen berjalan mendekat, menatap tubuh kecil yang berdarah namun tidak menyerah.
“Bagus. Kau berhasil melewati ujian pertamamu.”
Ia berjongkok, menekan bahu Xiao Feng untuk menghentikan perdarahannya. “Rasa sakit ini akan menjadi pelajaran. Ingat, jalan kultivasi penuh darah dan luka. Jika kau tidak bisa berdiri setelah jatuh, kau tidak akan pernah sampai ke puncak.”
Xiao Feng mengangguk lemah. “Guru… aku… aku akan bertahan… sampai akhir…”
Wu Zhen tersenyum samar. “Ya. Dan suatu hari, mungkin kau benar-benar bisa menantang langit.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Nanik S
Bagus dan terus semangat
2025-09-11
0
༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐
👍👍👍
2025-09-10
0