Bab 3 – Ujian Pertama dalam Kultivasi

Matahari pagi muncul perlahan dari balik gunung, menyinari Desa Qinghe dengan cahaya hangat. Suara ayam berkokok bercampur dengan derap langkah para petani yang berangkat ke ladang. Bagi mereka, hari ini sama seperti kemarin, tidak ada yang istimewa.

Namun, bagi seorang bocah bernama Xiao Feng, hari ini adalah awal dari segalanya.

Ia bangun lebih awal dari biasanya, tubuhnya masih pegal dan penuh luka sisa ujian semalam. Tetapi matanya berkilat penuh semangat. Batu giok hijau peninggalan ayahnya ia genggam erat.

“Mulai hari ini, aku benar-benar akan berjalan di jalan kultivasi…” gumamnya lirih.

Di tepi sungai, sosok Wu Zhen sudah menunggu. Duduk bersila di atas batu, tubuh kurus tuanya tampak bagaikan gunung, tegak dan tak tergoyahkan.

“Kau datang,” kata Wu Zhen tanpa membuka mata. “Bagus. Mari kita lihat apakah kau benar-benar layak memulai.”

Xiao Feng menunduk penuh hormat. “Guru, apa yang harus kulakukan?”

Wu Zhen membuka matanya perlahan, menatap murid kecilnya.

“Langkah pertama kultivasi adalah mengendalikan napas dan menyatukan tubuh dengan alam. Kedengarannya mudah, tapi di sinilah banyak orang gagal. Karena hanya mereka yang tekun dan sabar bisa melangkah lebih jauh.”

Ia menunjuk ke arah sungai. “Masuklah ke air itu. Duduk bersila. Jangan bergerak sampai aku bilang berhenti.”

Xiao Feng menatap sungai yang berarus deras, dinginnya menusuk tulang bahkan dari tepi. Ia menggigil, tetapi tidak mengeluh. Dengan langkah mantap, ia masuk ke dalam air, duduk bersila di tengah arus yang mencapai dadanya.

“Sekarang tarik napas perlahan, biarkan tubuhmu menyatu dengan aliran sungai. Rasakan energi di sekitarmu.”

Air sungai begitu dingin hingga membuat tubuh Xiao Feng bergetar hebat. Setiap kali ia mencoba menarik napas panjang, arus deras membuat tubuhnya oleng. Giginya gemeretuk, tangannya membiru.

Namun ia mengingat kata-kata Wu Zhen: “Jangan bergerak sampai aku bilang berhenti.”

Waktu berjalan. Sepuluh menit terasa bagai sejam. Tubuh kecilnya semakin kaku, wajahnya pucat. Tapi ia tetap bertahan.

“Aku… tidak boleh menyerah…” pikirnya. “Kalau aku menyerah di sini, bagaimana aku bisa menantang langit?”

Wu Zhen memperhatikan dari jauh. Matanya menyipit, namun ada sedikit senyum. “Anak ini keras kepala… jauh lebih keras kepala daripada murid-murid bangsawan yang pernah kulatih dulu.”

Tepat ketika tubuhnya hampir mati rasa, Xiao Feng tiba-tiba merasakan sesuatu. Arus sungai yang tadinya hanya dingin, kini seperti berirama. Ia bisa merasakan detak aliran air, seolah menyatu dengan napasnya.

Hembusan angin di sekelilingnya juga terasa berbeda, seakan mengelus kulitnya lembut. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa dunia ini… hidup.

Matanya terpejam, napasnya melambat. Sebuah aliran hangat samar masuk melalui pori-porinya, berputar di dalam tubuhnya. Itu bukan sekadar udara—itu adalah Qi, energi kehidupan yang mengalir di alam semesta.

“Ini… Qi?” gumamnya lirih.

Wu Zhen mengangguk pelan. “Bagus. Kau berhasil merasakannya. Terus pertahankan, jangan lepaskan.

Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Dari kejauhan, beberapa anak desa melihat Xiao Feng duduk di sungai.

“Lihat, itu Xiao Feng!” seru salah satunya. “Apa yang dia lakukan? Duduk di air? Hahaha, dia benar-benar gila!”

Li Shen, yang ikut bersama mereka, menyipitkan mata. “Huh, dasar pengemis. Dia pikir dirinya kultivator? Dasar bodoh. Ayo kita lempari dia, lihat apakah dia bisa tetap duduk seperti patung!”

Mereka mengambil batu kecil dan melemparkannya ke arah Xiao Feng. Batu itu menghantam bahunya, lalu satu lagi mengenai kepalanya. Darah mengalir di pelipisnya.

Tubuh Xiao Feng berguncang, hampir kehilangan fokus. Namun ia menggertakkan giginya, menahan rasa sakit.

“Tidak… aku tidak boleh goyah… Kalau aku menyerah sekarang, semua akan sia-sia…”

Qi yang baru saja mengalir dalam tubuhnya bergetar, hampir pecah. Tetapi di dalam hatinya, api tekad menyala lebih kuat.

Wu Zhen berdiri, mengibaskan tangannya. Angin kencang bertiup, membuat anak-anak desa terpelanting mundur.

“Pergi dari sini, bocah-bocah bodoh!” bentaknya. Tatapan tajamnya membuat mereka lari terbirit-birit.

Ia lalu menoleh kembali pada Xiao Feng. Anak itu masih duduk tegak, meski darah menetes dari pelipisnya ke sungai.

Wu Zhen mengangguk puas.

“Bagus. Bahkan saat diganggu, kau tidak menyerah. Inilah yang membedakan calon kultivator sejati dari pengecut.”

Akhirnya, ia mengibaskan tangannya sekali lagi. Arus sungai mereda, dan Xiao Feng perlahan membuka matanya. Wajahnya pucat, tetapi sorot matanya tajam, berbeda dari sebelumnya.

“Guru… aku berhasil merasakannya… Qi itu… masuk ke dalam tubuhku…” katanya dengan suara bergetar.

Wu Zhen tersenyum samar. “Ya. Itu adalah benih pertamamu. Hari ini kau resmi melangkah ke jalan kultivasi.”

Xiao Feng keluar dari sungai dengan langkah goyah. Air menetes dari tubuhnya, bercampur dengan darah di pelipisnya. Tapi senyumnya merekah, penuh kepuasan.

Ia menatap langit biru yang perlahan bersih dari kabut pagi.

“Langit… kau boleh tinggi. Kau boleh dingin. Tapi mulai hari ini, aku akan mengejarmu.”

Wu Zhen berdiri di belakangnya, menatap dengan sorot penuh arti.

“Anak ini… benar-benar akan jadi badai di masa depan.”

Terpopuler

Comments

Nanik S

Nanik S

Shiiiip tekad yang kuat

2025-09-11

0

༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐

༄⍟Mᷤbᷡah²_Atta࿐

Joosss 👍👍

2025-09-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 – Anak Desa yang Diremehkan
2 Bab 2 – Pertemuan dengan Guru Misterius
3 Bab 3 – Ujian Pertama dalam Kultivasi
4 Bab 4 – Pertarungan Pertama Xiao Feng
5 Bab 5 – Cahaya Api yang Tersembunyi
6 Bab 6 – Bayangan Permusuhan
7 Bab 7 – Rahasia Batu Giok
8 Bab 8 – Bisikan Rahasia di Desa Qinghe
9 Bab 9 – Perpisahan yang Berat
10 Bab 10 – Jejak Pertama di Dunia Luar
11 Bab 11 – Kota Hongya yang Berbahaya
12 Bab 12 – Rahasia Batu Giok Mulai Terungkap
13 Bab 13 – Ujian Darah dan Api
14 Bab 14 – Bayangan Sekte Naga Merah
15 Bab 15 – Pertempuran di Penginapan
16 Bab 16 – Jejak Darah di Kota Hongya
17 Bab 17 – Kedatangan Pengawas Darah
18 Bab 18 – Raungan Naga Melawan Darah
19 Bab 19 – Bayangan Balas Dendam Sekte
20 Bab 20 – Utusan Sekte
21 Bab 21 – Pertarungan di Alun-Alun
22 Bab 22 – Bayangan Patriark
23 Bab 23 – Ujian Rahasia Naga
24 Bab 24 – Ujian Hati Naga
25 Bab 25 – Badai di Kota Hongya
26 Bab 26 – Api dan Emas, Pertempuran di Atas Kota
27 Bab 27 – Luka dan Harapan, Jalan Meditasi Naga Emas
28 Bab 28 – Berburu, Alkimia, dan Tribulasi Pertama
29 Bab 29 – Ujian Darah dan Api
30 Bab 30 – Racun, Darah, dan Pedang Tersembunyi
31 Bab 31 – Gua Rahasia dan Bisikan Naga
32 Bab 32 – Jejak Pertama di Alam Rahasia Naga Purba
33 Bab 33 – Tribulasi Pertama di Gunung Hitam
34 Bab 34 – Warisan Pertama Naga Emas
35 Bab 35 – Latihan Darah Naga, Pertemuan di Hutan
36 Bab 36 – Tribulasi Kedua, Api dan Petir
37 Bab 37 – Jejak Asal-Usul
38 Bab 38 – Api Persahabatan, Bara Iri
39 Bab 39 – Alam Rahasia Pertama
40 Bab 40 – Darah Pertama di Alam Rahasia
41 Bab 41 – Kuil Darah dan Pertarungan Seimbang
42 Bab 42 – Ujian Darah di Dalam Kuil
43 Bab 43 – Warisan Kuil Darah
44 Bab 44 – Pertemuan dengan Keluarga Darah
45 Bab 45 – Tekanan Langit, Hukum Dunia
46 Bab 46 – Pertarungan dalam Tekanan
47 Bab 47 – Darah Leluhur yang Terlarang
48 Bab 48 – Amarah Langit dan Darah Terlarang
49 Bab 49 – Jejak Darah yang Menggemparkan Dunia
50 Bab 50 – Rapat Besar Sekte Pedang Hitam
51 Bab 51 – Warisan Pedang Hitam yang Tersembunyi
52 Bab 52 – Jurus Kedua yang Membelah Jiwa
Episodes

Updated 52 Episodes

1
Bab 1 – Anak Desa yang Diremehkan
2
Bab 2 – Pertemuan dengan Guru Misterius
3
Bab 3 – Ujian Pertama dalam Kultivasi
4
Bab 4 – Pertarungan Pertama Xiao Feng
5
Bab 5 – Cahaya Api yang Tersembunyi
6
Bab 6 – Bayangan Permusuhan
7
Bab 7 – Rahasia Batu Giok
8
Bab 8 – Bisikan Rahasia di Desa Qinghe
9
Bab 9 – Perpisahan yang Berat
10
Bab 10 – Jejak Pertama di Dunia Luar
11
Bab 11 – Kota Hongya yang Berbahaya
12
Bab 12 – Rahasia Batu Giok Mulai Terungkap
13
Bab 13 – Ujian Darah dan Api
14
Bab 14 – Bayangan Sekte Naga Merah
15
Bab 15 – Pertempuran di Penginapan
16
Bab 16 – Jejak Darah di Kota Hongya
17
Bab 17 – Kedatangan Pengawas Darah
18
Bab 18 – Raungan Naga Melawan Darah
19
Bab 19 – Bayangan Balas Dendam Sekte
20
Bab 20 – Utusan Sekte
21
Bab 21 – Pertarungan di Alun-Alun
22
Bab 22 – Bayangan Patriark
23
Bab 23 – Ujian Rahasia Naga
24
Bab 24 – Ujian Hati Naga
25
Bab 25 – Badai di Kota Hongya
26
Bab 26 – Api dan Emas, Pertempuran di Atas Kota
27
Bab 27 – Luka dan Harapan, Jalan Meditasi Naga Emas
28
Bab 28 – Berburu, Alkimia, dan Tribulasi Pertama
29
Bab 29 – Ujian Darah dan Api
30
Bab 30 – Racun, Darah, dan Pedang Tersembunyi
31
Bab 31 – Gua Rahasia dan Bisikan Naga
32
Bab 32 – Jejak Pertama di Alam Rahasia Naga Purba
33
Bab 33 – Tribulasi Pertama di Gunung Hitam
34
Bab 34 – Warisan Pertama Naga Emas
35
Bab 35 – Latihan Darah Naga, Pertemuan di Hutan
36
Bab 36 – Tribulasi Kedua, Api dan Petir
37
Bab 37 – Jejak Asal-Usul
38
Bab 38 – Api Persahabatan, Bara Iri
39
Bab 39 – Alam Rahasia Pertama
40
Bab 40 – Darah Pertama di Alam Rahasia
41
Bab 41 – Kuil Darah dan Pertarungan Seimbang
42
Bab 42 – Ujian Darah di Dalam Kuil
43
Bab 43 – Warisan Kuil Darah
44
Bab 44 – Pertemuan dengan Keluarga Darah
45
Bab 45 – Tekanan Langit, Hukum Dunia
46
Bab 46 – Pertarungan dalam Tekanan
47
Bab 47 – Darah Leluhur yang Terlarang
48
Bab 48 – Amarah Langit dan Darah Terlarang
49
Bab 49 – Jejak Darah yang Menggemparkan Dunia
50
Bab 50 – Rapat Besar Sekte Pedang Hitam
51
Bab 51 – Warisan Pedang Hitam yang Tersembunyi
52
Bab 52 – Jurus Kedua yang Membelah Jiwa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!